Bagi sobat apa sih arti cinta? Bagaimana wujud cinta itu? apakah dengan kasih dan sayang telah cukup dikatakan cinta?
Nah.. dalam Islam sebuah rekomendasi kebaikan adalah cinta. Mengapa? alasannya kita tak mau jikalau orang yang kita sayang dan kasihi berada dan melakukan sesuatu yang dalam agama itu tidak boleh. yaaah begitulah cinta ialah usulan.
AsySyaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah berkata :
“Setiap orang yang berbuat baik kepadamu, apalagi dalam permasalahan agama, nasehat dan amar ma’ruf nahi munkar, mewajibkan dirimu untuk mengasihi dan menyukainya.”
“Berbeda dengan tingkah laku sebagian orang akil balig cukup akal ini. Jika engkau perintahkan beliau untuk berbuat baik, engkau cegah dari yang mungkar, engkau dakwahi terhadap yang baik dan engkau ajar kepada isyarat , kadang-kadang hatinya justru benci kepadamu.”
“Perbuatan ini menyelisihi nalar dan agama”.
(Syarh Iqtidlais Shirathil Mustaqim hal: 279)
Terus Terang dan Menasihati
Ketika berteman dengan orang-orang yang baik, seseorang kadang-kadang mendapatkan pesan tersirat yang keras.
Akan namun, ketika akrab dengan orang orang yang buruk, beliau akan sering mendapatkan basa busuk dan sanjungan.
Semoga Allah ‘azza wa jalla merahmati Malik bin Dinar saat mengatakan :
إِنَّك إِنْ تَنْقُلِ الْحِجَارَةَ مَعَ الْأَبْرَارِخَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تَأْكُلَ الْحَلْوَى مَعَالْفُجَّارِ
“Sungguh, engkau memindahkan batu bersama orang orang yang baik, itu lebih baik ketimbang engkau menyantap manisan bareng orang orang yang Buruk.”
Ibnu Qudamah rahimahullah menyampaikan :
“Sulit didapatkan pada masa ini seorang sahabat yang mempunyai sifat ini (terus terang dan menasihati).
“Sebab Jarang sekali ada mitra yang memperlihatkan sanjungan, justru menginformasikan kekurangan.”
Dahulu salaf mencintai orang yang mengingatkan mereka tentang aneka macam kekurangan mereka.
Adapun kita kini, lazimnya menimbulkan orang yang mengenali kekurangan kita sebagai orang yang paling dibenci.”
“Ini ialah tanda lemahnya keyakinan.”
(Mukhtashar Minhajil Qashidin hlm. 147)
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah mengatakan :
“Saudaramu adalah yang menasihati, mengingatkan dan memperingatkan dirimu.
“Orang yang tidak memerhatikanmu, berpaling darimu, dan berbasa basi denganmu, bukanlah saudaramu.”
“Saudaramu yang sejati yakni orang yang menasihatimu, memberimu wejangan, mengingatkanmu dan mengajakmu terhadap jalan Allah ‘azza wa jalla.”
“Ia menerangkan kepadamu jalan keselamatan sehingga engkau bisa menitinya.”
“Selain itu, ia memperingatkanmu dari jalan kebinasaan dan akhir buruknya sehingga engkau mampu menjauhinya.”
(Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah, 21/14)
Wallahu a’lam
Sumber : GROUP online Tholabul’ilmi