Ironi Sahur On The Road

Setiap bulan ramadhan aneka macam kita jumpai acara sahur on the road, acara ini dilaksanakan oleh golongan-golongan dari sekolah, penduduk ataupun klub otomotif hal ini sudah mirip menjadi tradisi setiap tahun. Kegiatan yang bermaksud untuk menolong penduduk kurang bisa di jalanan dengan mambagikan makanan ketika sahur dalam rangka bersedekah di bulan suci ramadhan sekaligus mempererat tali silaturahmi antar sesama anggota sangatlah berguna. Bagaimana kita menyebarkan dengan kaum dhuafa dan saling melepas kerinduaan sesama anggota kelompok ialah warna postif dari acara sahur on the road ini.

Seperti yang kita lihat di Makassar, kegiatan sahur on the road seringkali dijalankan setiap sabtu atau minggu dini hari. Puluhan konvoi kendaraan mengelilingi jalanan-jalanan umumnya disertai pula dengan aktivitas band berjalan dengan menggunakan kendaraan beroda empat kontainer, hal ini dikerjakan untuk lebih memeriahkan acara sahur on the road.

Namun sungguh ironis aktivitas sahur on the road di makassar menelan korban, ahad lalu terjadi aksi pemukulan kepada Kapolsek Panakukkang disusul terjadinya penikaman kepada 2 orang peserta sahur on the road……

Ternyata sahur on the road yang maksudnya sangat mulia ini mempunyai dampak negatif yang sungguh memprihatinkan. Mengapa aktivitas ibadah ini sampai menelan korban ? apa yang sebenarnya yang terjadi di lapangan ? apakah tidak ada koordinasi dengan pihak Kepolisian ? itulah pertanyaan yang mengganggu di kepala, dikala kita mengenali bahwa sahur on the road menelan korban.

Aksi pemukulan kepada Kapolsek Panakukkang menjadi korban pemukulan oleh sekelompok orang yang mengaku dari ormas Laskar Merah Putih. Pada dikala itu Kapolsek sedang bertugas mengawasi konvoi ‘Sahur on The Road’, di jalan AP Pettarani, berniat untuk mengontrol kegiatan sahur on the road ini karena menilai telah mengusik jalannya kemudian lintas, yang terjadi si Kapolsek kena bogem mentah dari penerima. Kejadian kedua yang berujung maut terjadi pada Minggu (5/9) nyawa abang-beradik tidak mampu tertolong setelah ditikam di Jalan Urip Sumoharjo. Kedua korban terlibat bentrokan ketika berpartisipasi iring-iringan sahur on the road yang digelar golongan pemuda Puri Mutiara, ketika melintas di Jalan Urip Sumoharjo, tepat di depan kursus Aliyah, sekelompok pemuda melempari iring-iringan tersebut. Kedua kelompok pemuda inipun terlibat bentrok. Aksi saling kejar terjadi di sepanjang jalan protokol itu. (tribuntimur.com).

Pada awal Ramadhan ini pihak Kepolisian lewat Kapolrestabes Makassar Komisaris Besar Polisi Chairul Anwar memastikan, pihaknya melarang kegiatan sahur on the road. Jika ada kelompok yang menggelarnya di wilayah Makassar, Maros, dan Gowa, maka polisi mengancam akan membubarkan paksa (tribuntimur.com). Namun yang terjadi aktivitas sahur on the road ini masih tetap saja kita peroleh di jalan-jalan, malahan konvoi kendaraan telah melibatkan Kepolisian yang bertindak untuk mengawal konvoi.

Kegiatan seperti ini seharusnya melibatkan pihak Kepolisian, dengan meminta izin keramaian serta adanya pengamanan konvoi dari Kepolisian. Tetapi Kepolisian juga mesti selektif dalam memberikan izin dan menunjukkan briefing yang berisi teknis aktivitas sahur on the road, adab berkendaraan dan road safety sangat ditekankan di sini diantaranya yaitu:

    1. Larangan membunyikan isyarat cahaya dan bunyi berbentuksirine kecuali petugas  kepolisian.

    2. Ajakan untuk menghormati pengguna jalan lainnya dengan tidak memainkan gas dan klakson secara berlebihan.

    3. Menjaga kecepatan dan jarak kondusif antar pengendara di dalam konvoi.

    4. Menjaga keutuhan peserta program dan tidak terprovokasi pihak lain yang tidak mendukung program ini.

Untuk itu sangat diharapkan supaya pihak Kepolisian menindak tegas para kelompok-golongan yang melaksanakan sahur on the road tanpa melibatkan pihak Kepolisian biar ketertiban di jalan dapat terwujud dan acara yang mulia ini tidak lagi memakan korban.

 

S. Maronie

07 September 2010

05.47 pm

@………