Introduksi Teknologi Biogas Selaku Energi Terbarukan Untuk Penduduk Pedesaan Rifki Alfarizi (@V25-Rifki Alfarizi)

INTRODUKSI TEKNOLOGI BIOGAS SEBAGAI ENERGI TERBARUKAN UNTUK MASYARAKAT PEDESAAN

Oleh : Rifki Alfarizi (@V25-Alfarizi)

Abstract. This paper is the progress report of research action about biogas technology introduction for a rural community in North Sulawesi, Indonesia. The purpose of this study is to discuss biogas technology utilization in the selected rural. The research method is done by literature review, interview, site visit, data collection using questioner and case study of pilot project development in biogas technology for a household in Kosio village indicate a positive response from the local community. The discussion based on literature review, data collection, and case study give some recommendations for further study in terms of scenarios and guidelines for the development of biogas technology for rural communities. 

Keywords: Energy, Biogas technology, North Sulawesi, rural community 

Abstrak. Artikel ini ialah laporan progress kerja dari penelitian introduksi teknologi biogas untuk masyarakat pedesaan di Sulawesi Utara. Tujuan artikel ini adalah mendiskusikan tentang penerapan teknologi biogas untuk masyarakat pedesaan dan selaku laporan studi perkara introduksi teknologi biogas di desa terpilih. Metode observasi yang dilakukan yaitu lewat survey lapangan, wawancara, pengumpulan data lewat kuisioner dan studi perkara berupa rancang berdiri proyek pola teknologi biogas di desa Kosio, Sulawesi Utara. Hasil evaluasi mengambarkan agresi introduksi teknologi biogas dengan membangun proyek pola skala rumah tangga di desa Kosio, Sulawesi Utara menerima respons nyata dari penduduk setempat. Inisiasi ini mengakibatkan pemberian masyarakat desa tersebut untuk memanfaatkan peluangbiogas yang tersedia. Artikel ini juga menciptakan rekomendasi berupa kajian lebih lanjut mengenai skenario dan petunjuk pengembangan teknologi biogas bagi penduduk pedesaan. 

Kata kunci: energi, teknologi biogas, Sulawesi Utara, masyarakat pedesaan

1. Pendahuluan 
    Energi menjadi keperluan fundamental bagi penduduk perkotaan dan pedesaan. Akses penduduk kepada energi menjadi sungguh penting untuk dikaji dan diterapkan. Sumber energi terbarukan menjadi alternatif untuk keperluan energi secara lokal dan berkesinambungan. Energi biogas yakni salah satu bentuk energi alternatif yang tepat diterapkan pada penduduk pedesaan. Teknologi biogas sudah meningkat dari jaman dahulu. Banyak negara mirip India, China, Afrika sudah menggunakan dan menyebarkan teknologi biogas untuk kebutuhan energi skala rumah tangga. Penggunaan untuk mengolah masakan dan listrik banyak dikembangkan juga negara-negara besar mirip Jerman, Amerika. Negara–negara Asia yang sedang berbagi instalasi biogas domestik ialah Nepal, Vietnam, Bangladesh, Laos, Kamboja, Pakistan termasuk Indonesia (Mengistu dkk, 2015).

    Perkembangan teknologi biogas bagi penduduk pedesaan di beberapa negara berkembang dan negara maju berdasarkan studi literatur dibahas dalam sumber rujukan Mital (1997), Shamsuzzoha dkk (2012), Arafa (2012) meyakinkan bahwa teknologi ini sudah terbukti dan sukses diimplementasikan. 
    Pemanfaatan biogas sebagai sumber energi alternatif memperlihatkan pengaruh konkret kepada lingkungan, kesehatan masyarakat dan keuntungan ekonomis. Limbah kotoran ternak yang diatur menggunakan teknologi biogas mampu menciptakan gas yang dapat dimanfaatkan penduduk sebagai sumber energi untuk memasak, listrik dan menciptakan pupuk organik. 
    Masyarakat pedesaan adalah sekelompok orang atau komunitas masyarakatdi lokasi desa yang secara geografis terletak jauh dari kota. Komunitas pedesaan lazimnya mempunyai populasi yang kecil dan memiliki daerah pertanian atau kehutanan. Komunitas pedesaan mempunyai kebutuhan energi untuk mengolah makanan, penerangan dan transportasi walaupun secara kuantitas jumlahnya kurang dibanding kebutuhan energi komunitas perkotaan. 
    Pemenuhan keperluan energi bagi penduduk pedesaan menawarkan kesempatan dan tantangan dalam hal pemanfaatan sumber daya yang tersedia secara lokal. Selain tersedia secara setempat, energi biogas di pedesaan, apalagi desa yang mempunyai ternak sangat menarik untuk diberdayakan dan dipakai oleh penduduk pengguna energi dengan kecil-kecilan untuk mengolah masakan dan listrik, namun pada artikel ini dibatasi untuk keperluan memasak. 
    Adapun tujuan postingan ini yakni melakukan studi perkara berbentukintroduksi teknologi biogas di desa Kosio, kecamatan Dumoga, kabupaten Bolaang Mongondow, propinsi Sulawesi Utara. Dengan urgensi penulisan memperlihatkan perlindungan ajaran tentang penerapan teknologi biogas pada masyarakat pedesaan dan sebagai contoh penerapan teknologi biogas di Sulawesi Utara.

2. Metodologi Penelitian 
    Untuk mengetahui tingkat partisipasi penduduk pada program biogas di desa Kosio dilakukan pengumpulan data dengan memakai kuisioner dan interview dilakukan terhadap penduduk sekitar proyek contoh 1 unit biogas yang telah dibangun di desa Kosio. Kuisioner digunakan sebagai faktor asesmen pada penduduk setempat dengan menggali gosip rincian tentang : 

[1]. Pengetahuan penduduk tentang energi biogas.
[2]. Penerimaan masyarakat terhadap teknologi bioga.
[3]. Kemampuan ekonomi penduduk untuk membangun teknologi biogas.
[4]. Pendapat masyarakat dalam penerapan teknologi biogas. 

Kuesioner didistribusikan kepada masyarakat di desa Kosio sebanyak 20 responden selaku sampel. Hasil analisis kuisioner menemukan bahwa 90 persen sampel mendapatkan penerapan teknologi biogas di desa Kosio, sedangkan 80 persen sampel masyarakat ingin ikut serta dalam acara biogas. Namun responden umumnya menginginkan hibah dan subsidi untuk pembangunan unit biogas. Diperoleh data kuantitatif bahwa pengetahuan penduduk kepada teknologi biogas masih kurang, akan namun kesediaan masyarakat untuk menerapkan acara energi biogas sungguh tinggi.

3. Hasil dan Pembahasan 
Potensi pemanfaatan biogas di Sulawesi Utara sungguh besar, hal ini ditunjukan dari data populasi ternak berdasarkan kabupaten/ kota seperti Tabel 1. Limbah kotoran ternak yang dihasilkan 1 ekor sapi adalah 15-20 kg per hari. Menurut Hozairi dkk (2012) dua ekor sapi bisa menghasilkan 4 m3 gas yang energinya setara dengan 2,5 liter minyak tanah. Walaupun kesempatanpeternakan sebagai materi biogas di Sulawesi Utara sangat besar, status penerapan teknologi biogas di Sulawesi Utara masih minim dan bergantung pada acara pemerintah sentra. Hal ini menjadi tantangan dan kesempatan untuk penawaran spesial dan introduksi teknologi biogas selaku sumber energi alternatif bagi penduduk pedesaan. Penerapan teknologi biogas skala rumah tangga dapat mendukung program pemerintah untuk merealisasikan desa mampu berdiri diatas kaki sendiri energi. Desa Kosio diseleksi selaku lokasi untuk introduksi teknologi biogas bagi masyarakat pedesaan alasannya adalah mempunyai potensi bahan biogas berupa limbah kotoran ternak dan air sungai sebagai campurannya. Secara geografis, desa ini terletak di daerah kecamatan Dumoga Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara dengan luas daerah 5000 Ha dan jumlah penduduk 1100 jiwa. Mata pencaharian penduduk lazimnya yaitu petani dan peternak. Peta desa Kosio ditunjukan seperti pada Gambar 1. 
Tabel 1. Data Populasi Ternak Menurut Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara (Tahun 2014) 
INTRODUKSI TEKNOLOGI BIOGAS SEBAGAI ENERGI TERBARUKAN UNTUK MASYARAKAT PEDESAAN  INTRODUKSI TEKNOLOGI BIOGAS SEBAGAI ENERGI TERBARUKAN UNTUK MASYARAKAT PEDESAAN Rifki Alfarizi (@v25-Rifki Alfarizi)
INTRODUKSI TEKNOLOGI BIOGAS SEBAGAI ENERGI TERBARUKAN UNTUK MASYARAKAT PEDESAAN  INTRODUKSI TEKNOLOGI BIOGAS SEBAGAI ENERGI TERBARUKAN UNTUK MASYARAKAT PEDESAAN Rifki Alfarizi (@v25-Rifki Alfarizi)
    Hasil survey lapangan pertanda bahwa di desa Kosio terdapat lebih kurang 200 ekor sapi. Limbah kotoran ternak dari jumlah sapi tersebut sungguh memiliki peluang dimanfaatkan sebagai sumber energi biogas. Rata-rata setiap rumah tangga memiliki 2-3 ekor sapi yang kotorannya mampu dimanfaatkan dengan teknologi biogas sederhana sebagai sumber energi alternatif. Status penduduk desa Kosio yang memiliki potensi limbah peternakan namun belum dimanfaatkan kesempatantersebut. Introduksi teknologi biogas dijalankan dengan membangun proyek teladan pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas skala rumah tangga di salah satu rumah penduduk desa Kosio. Digester biogas yang dibangun yakni tipe fixed dome dengan ukuran panjang 2,5 m, lebar 1,3 m dan tinggi 1,10 m menampung kotoran sapi sebanyak 10 ekor

  Pancasila Dan Uud 1945

4. Kesimpulan 

    Pemanfaatan biogas sebagai sumber energi alternatif bagi masyarakat pedesaan telah dikerjakan di banyak sekali lokasi. Sulawesi Utara memiliki potensi untuk pengembangan teknologi biogas selaku sumber energi alternatif alasannya adalah limbah kotoran ternak tersedia secara lokal. Introduksi teknologi biogas di desa Kosio, kabupaten Bolaang Mongondow, Propinsi Sulawesi Utara sukses diterapkan lewat pembangunan satu unit contoh digester dan sistem pemipaan untuk keperluan mengolah masakan. Tingkat penerimaan masyarakat di desa Kosio untuk penerapan teknologi biogas skala rumah tangga sungguh tinggi. 
    Rekomendasi untuk penawaran spesial teknologi biogas bagi mayarakat pedesaan dilakukan dengan aneka macam skenario yakni membangun proyek pola, menawarkan hibah dan subsidi, melaksanakan training dan pendampingan terhadap masyarakat untuk berbagi teknologi biogas skala rumah tangga di pedesaan. Penelitian lebih lanjut diarahkan untuk mengkaji nilai keekonomian pemanfaatan teknologi biogas skala rumah tangga dan menyusun petunjuk (guidelines) untuk diseminasi teknologi biogas bagi masyarakat pedesaan.

Daftar pustaka 
INTRODUKSI TEKNOLOGI BIOGAS SEBAGAI ENERGI TERBARUKAN UNTUK MASYARAKAT PEDESAAN  INTRODUKSI TEKNOLOGI BIOGAS SEBAGAI ENERGI TERBARUKAN UNTUK MASYARAKAT PEDESAAN Rifki Alfarizi (@v25-Rifki Alfarizi)