Internet dan Bahaya yang Mengintai Generasi Muda Islam
Kemudahan jalan masuk info melalui internet sudah menggeser paradigma para pelajar dalam mencari sumber pengetahuan, termasuk dalam bidang keislaman. Anak usia dewasa atau ABG yang statusnya masih pelajar setingkat SMP/SMA belum matang baik secara emosional maupun intelektualnya. Di dalam otaknya niscaya menumpuk pertanyaan-pertanyaan yang dalam menjawabnya mesti dibarengi kode dan panduan eksklusif dari orang dewasa, khususnya orang tua.
Memang di usia bawah umur atau ketika memasuki usia remaja, tingkat interaksi mereka dengan guru atau orang tua pun sangat minim, sehingga para ABG labil ini lebih memilih internet sebagai penyelesaian balasan atas pertanyaan-pertanyaannya. Usia dewasa memang usia di mana seorang anak cenderung lebih tenteram bergaul dengan teman sebayanya ketimbang guru atau orang tuanya. Bahkan, sering kali terjadi pertentangan dengan kedua orang renta. Oleh karenanya, dalam membimbing mereka harus dengan pendekatan emosional secara halus, jangan sampai dengan cara-cara bernafsu mirip membentak.
Saat ini banyak kita temui belum dewasa muda generasi islam yang belum matang secara intelektual dan emosional, mencar ilmu islam melalui internet. Padahal, mereka belum memiliki bekal yang cukup untuk melaksanakan filterisasi isu yang ada di dalamnya.
Sebagaimana kita pahami, internet bagaikan hutan belantara yang untuk masuk ke dalamnya kita butuh senjata dan penunjuk arah guna melindungi diri kita dari serangan hewan buas atau kesasar di dalamnya. Jika kita tidak mempunyai tunjangan diri yang bagus, maka kita niscaya akan tersesat atau jatuh ke dalam jurang yang menyesatkan.
Sumber gambar: pixabay.com |
Di internet, ada jutaan postingan bertema keislaman mulai dari akidah, fikih, syariah, ibadah, dan lain sebagainya. Dalam setiap pokok pembahasannya, umumnya tidak lepas dari ideologi atau ajaran tokoh tertentu yang antara satu dengan yang lain banyak ditemui perbedaan pendapat, khususnya dalam kawasan furu’iyah. Hal itu bantu-membantu termasuk perbandingan madzhab, di mana para ulama’ berlainan usulan atas satu masalah yang sama sebab perbedaan cara dan hasil ijtihadnya. Dan akal keilmuan bawah umur sekelas Sekolah Dasar/SMP/Sekolah Menengan Atas pada umumnya belum waktunya mencerna materi-materi rumit mirip itu. Jika kadung masuk ke dalam otak mereka, karenanya akan fatal.
Ketika keadaan kejiwaan dan keilmuan mereka belum matang, namun telah mengkonsumsi bahan-materi seperti itu, maka menyerupai komputer dengan prosesor pentium satu dipaksa melakukan pekerjaan yang seharusnya dijalankan oleh komputer pentium empat.
Ketika anak-anak belajar perihal perbedaan-perbedaan di kelompok imam madzhab tentang hukum-hukum fikih, maka yang hendak terjadi yakni kebingungan memilih mana yang paling benar. Dan pada akibatnya, bisa jadi mereka menolak semua pendapat para imam madzhab cuma alasannya adalah mereka banyak memiliki perbedaan usulan dalam hasil ijtihadnya.
Bertolak dari realita di atas, maka yang solusi yang sempurna ialah mengajarkan terhadap bawah umur satu madzhab saja. Hal ini merupakan kewajiban bagi para orang bau tanah, guru, dan semua pihak yang bersinggungan pribadi dengan belum dewasa dalam persoalan pendidikan agama islam. Yaitu memperlihatkan pelajaran fikih terhadap peserta ajar dengan manhaj salah satu mazhab tertentu hingga betul-betul matang dan tuntas, tidak dicampur-campur dengan manhaj dari madzhab lain. Metode pembelajaran mirip ini tujuannya ialah menguatkan iman anak supaya tidak goyah dan terombang ambing dalam keraguan.
Sejalan dengan makna pendidikan sebagai tutorial dari orang cukup umur terhadap bawah umur menuju kedewasaan/kematangan. Anak-anak tidak pribadi diajak berfikir ihwal ijtihad para imam madzhab yang berbeda-beda karenanya. Karena otak mereka belum siap untuk mendapatkan segala perbedaan.
Buat para orang bau tanah khususnya, jangan biarkan bawah umur mencari sendiri pengetahuan agama islam tanpa pembimbing. Membiarkan mereka mencari sendiri dengan kesiapan otak yang masih minim, adalah suatu ancaman yang harus kita cegah.
Menjadi orang tua di abad digital seperti ketika ini memang berat. Ada bahaya yang setiap saat mengintai anak-anak dan generasi muda kita. Internet, selain menawarkan kemudahan susukan info dan ilmu wawasan, juga memiliki segi negatif yang mesti diperhatikan para orang tua. Para orang tua mesti pintar dan jeli menyeleksi dan menentukan situs mana yang pantas atau tidak pantas diakses anak-anaknya. Sebab sukar rasanya melepaskan sama sekali eksistensi internet terhadap mereka. Ahmad Mujib Senin, 01 Februari 2016 Pendidikan
Source Article and Picture :