Insya Allah atau In Shaa Allah? Penulisan yang Benar, Arti dan Keutamaan

Seorang muslim tentu sering mendengar ucapan insya Allah. Namun banyak yg mengajukan pertanyaan, mana penulisan yg benar, “insya Allah” atau “in sha Allah”? Apa artinya & apa saja keistimewaan ucapan ini?

Penulisan Insya Allah

Banyak yg bertanya, penulisan yg benar itu “insya
Allah”  atau “in shaa Allah”? Bahkan pernah
beredar meme dr Zakir Naik melarang menulis “Insya Allah” & menyerukan
menulis “In Shaa Allah”.

Soal meme itu, dr Zakir Naik tak pernah menyampaikan apa pun perihal penulisan “insya Allah” maupun “In Shaa Allah”. Sehingga gambar yg mencatut nama dr Zakir Naik dlm hal ini adalah hoax. Akun fan dr Zakir Naik telah mengklarifikasinya.

Kedua, memang terdapat perbedaan penulisan antara bahasa Indonesia & bahasa Arab. Penulisan bahasa Indonesia menggunakan aksara alfabet sedangkan penulisan bahasa Arab menggunakan huruf hijaiyah.

Dalam bahasa Arab, penulisan yg benar adalah:

إِنْ شَاءَ اللَّهُ

Yang artinya “kalau Allah mengharapkan” atau “bila
Allah berkehendak”

Dalam bahasa Indonesia, aksara ش biasa ditulis dgn “sy”

Sedangkan dlm bahasa Inggris, huruf ش biasa ditulis dgn “sh”

Inilah yg membuat perbedaan kenapa kadang tertulis “insya Allah” & kadang tertulis “in sha Allah”. Mana pun dr kedua cara penulisan ini, asalkan maksud & bunyinya yaitu إِنْ شَاءَ اللَّهُ maka ia benar. Hanya saja yg lebih umum dlm bahasa Indonesia yaitu “insya Allah” sebagaimana kita mampu menulis “shalat isya” bukan “shalat isha”.

Penulisan insya Allah dalam bahasa Indonesia pun kadang dgn spasi & kadang menjadi satu tanpa spasi: insyaallah. Sekali lagi, jikalau maksudnya sesuai dgn goresan pena dlm bahasa Arab, maka keduanya tak salah. Dalam artikel ini pun kadang ada penulisan yg tanpa spasi. Sedangkan menurut KBBI, penulisan yg baku yakni insya Allah.

Baca juga: Jazakallah

Arti Insya Allah & Penggunaannya

Kata insya Allah (إِنْ شَاءَ اللَّهُ) artinya yakni “jikalau Allah
mengharapkan”
atau “jika Allah berkehendak.”

Maknanya ialah, segala sesuatu terjadi atau tidak
terjadi ialah atas kehendak Allah. Kata ini diucapkan seorang muslim tatkala ia
berjanji atau berniat mengerjakan sesuatu. Sebab ia tak tahu apakah hal
yang mau dikerjakannya nanti sungguh-sungguh terjadi atau tidak.

Kata insyaallah pula mengandung doa. Yakni doa isti’anah, meminta pertolongan pada Allah agar apa yg ia janjikan atau ia persiapkan dimudahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk
mengucapkannya tatkala menyampaikan akan berbuat sesuatu di masa yg akan datang.

وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا , إِلَّا
أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ

Dan jangan sekali-kali ananda menyampaikan wacana
sesuatu: “Sesungguhnya gue akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali
(dengan menyebut): “Insya Allah”..
(QS. Al Kahfi: 23-24)

Ketika menafsirkan ayat ini, Syaikh Wahbah Az Zuhaili
menciptakan sub judul “tuntunan untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam & umat
dia semoga senantiasa mengaitkan keinginannya dgn kehendak Allah.”

Buya Hamka dlm Tafsir Al Azhar menjelaskan
asbabun nuzul ayat ini. Tatkala itu, orang-orang Quraisy meminta keterangan
terhadap beliau apakah yg dikatakah ruh itu, bagaimana dongeng ashabul kahfi dan
siapa yg mengembara ke barat & ke timur.

Rasulullah berjanji akan menjawab pertanyaan-pertanyaan
itu besok. Beliau berharap malamnya Jibril tiba memberikan wahyu.

Rupanya Jibril tak datang-datang hingga lima belas
hari. Lalu Allah menurunkan ayat ini biar tatkala Rasulullah & umatnya
berjanji, mereka mengucapkan insya Allah.

Baca juga: Ayat Kursi

Penggunaan Ucapan yg Salah

Ketika seorang muslim berjanji atau menyampaikan akan
berbuat sesuatu di masa mendatang, ia dituntun untuk mengucapkan insya Allah. Saat
mengatakannya, keyakinannya kokoh bahwa masalah itu bisa terjadi atas kehendak
Allah semata. Di dikala yg sama, ia betul-betul berusaha menyanggupi janjinya itu
dengan segenap ikhtiar.

Terkadang kita dapati ada orang-orang yg tak percaya tatkala orang lain mengucapkan insyaallah ketika berjanji. Mengapa? Karena ia beranggapan orang itu tak serius berjanji & menimbulkan ucapan tersebut sebagai alasan saat janjinya tak terpenuhi.

Dan ternyata memang ada yg modelnya seperti itu. Mengucapkan
insya Allah ketika berjanji, tetapi tak rajin berikhtiar memenuhi
janjinya. Ini adalah penggunaan yg salah.

Sebagai seorang muslim, kita harus memperlihatkan bahwa
ketika kita mengucapkan insya Allah, artinya kita benar-benar serius,
tekun berusaha menyanggupi janji tersebut. Dan sebagai seorang
muslim, kita tak boleh mencurigai kesungguhan saudara kita yg mengucapkan insya
Allah dikala berjanji.

Baca juga: Barakallah

Keutamaan Ucapan Insya Allah

Salah satu keutamaan ucapan ini diriwayatkan Imam Bukhari
dan Imam Muslim dlm Shahih-nya masing-masing. Yakni hadits yg mengisahkan
Nabi Sulaiman lupa mengucapkan kata ini.

Sulaiman bin Dawud alaihimassalam berkata: “Sungguh
aku akan berkeliling (menggilir) 100 istriku malam ini, sehingga tiap perempuan
akan melahirkan anak yg akan berjihad di jalan Allah.”

Malaikat mengucapkan pada dia: “Ucapkan Insya
Allah.” Namun Nabi Sulaiman tak mengucapkan & lupa.

Kemudian ia berkeliling pada istri-istrinya. Hasilnya,
tidak ada yg melahirkan anak kecuali satu orang wanita yg melahirkan
setengah manusia.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lantas bersabda: “Kalau Nabi Sulaiman mengucapkan Insyaallah, pasti beliau tak melanggar sumpahnya & lebih diharapkan hajatnya tercukupi.” (HR. Bukhari & Muslim)

Jadi keutamaan ucapan insya Allah yakni akomodasi dari
Allah, dgn dikabulkannya hajat yg ia inginkan. Di sisi lain, kalau komitmen
tersebut atas takdir Allah tak tercukupi, maka ia tak digolongkan sebagai
orang yg mengingkari janji.

Contoh lain bagaimana Allah mengabulkan impian orang yg mengucapkan insya Allah terdapat pada Surat Ash Shaffat ayat 102. Tatkala hendak disembelih Nabi Ibrahim sebab perintah dr Allah melalui mimpi, Nabi Ismail mengatakan insyaallah.

يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ
مِنَ الصَّابِرِينَ

Wahai ayahku, lakukanlah apa yg ditugaskan
kepadamu, niscaya kamu-sekalian akan dapati gue InsyaAllah termasuk orang-orang yang
sabar.
(QS. Ash Shaffat: 102)

Maka Allah
pun menyebabkan Nabi Ismail bersabar & lulus cobaan itu dgn hasil yg baik.
Beliau tak jadi disembelih, sebab Allah menggantinya dgn kambing.

Demikian pembahasan mengenai insya Allah mulai
dari penulisan yg benar, arti, hingga keistimewaan ucapan tersebut. Semoga kita
dimudahkan Allah untuk membiasakannya. [Muchlisin BK/Wargamasyarakat]

  Tiga Karomah Umar bin Abdul Aziz