Semasa Nabi Muhammad Saw belum di angkat sebagai Nabi dan Rasul, beliau ialah salah satu orang yang diandalkan dikalangan masyarakat Makkah alasannya adalah ia memiliki sifat yang sangat bagus mirip amanah dan fatonah. Bahkan waktu itu ia mendapatkan gelar dengan istilah al amin yang artinya yang terpercaya. Namun berbanding terbalik semenjak dia di angkat menjadi Nabi dan Rasul.
Kaum Quraisy yang belum menerima aliran Islam, mulai melakukan tekanan bahkan penyiksaan terhadap kaum muslimin, hal ini bermula pada tahun ke-4 kenabian. Awalnya siksaan itu tampaklunak Namun, seiring berjalannya waktu, kaum kafir Qurays kian gencar melaksanakan penyiksaan dan memuncak hingga pada tahun ke-5 kenabian. Selain penyiksaan yang dialami kaum muslimin hingga berujung perintah melaksanakan hijrah.
Berikut pembahasan wacana 4 insiden penting selama Nabi Muhammad Saw dakwah di Makkah selengkapnya.
1. Hijrah ke Habasyah
Melihat banyak sekali macam siksaan dan derita yang dialami oleh kaum muslimin, sementara ia tidak mampu melindungi mereka, maka Rasulullah Saw berkata : “Tidakkah sebaiknya kau sekalian pergi ke Habasyah? Sesungguhnya disana ada seorang raja yang tidak ada seorangpun teraniaya di sisinya, tinggallah di negeri itu, sehingga Allah Swt memberi fasilitas dan jalan keluar dari apa yang kalian alami dikala ini”.
Pada tahun 615 Masehi atau tahun ke 5 kenabian, berangkatlah kaum muslimin menuju Habasyah. Rombongan pertama dipimpin Usman bin Affan berjumlah 15 orang, yang berisikan 11 pria dan 4 wanita. Kemudian, disusul rombongan yang kedua dipimpin Ja’far bin Abi Thalib berjumlah hampir 100 orang. Kedatangan kaum muslimin ke Habasyah diterima oleh Raja Najasyi dengan baik.
Mereka menerima sumbangan dan pertolongan bahan kuliner. Perlakuan Raja Najasyi kepada umat Islam tersebut menciptakan kaum kafir Quraisy sakit hati. Mereka menyuruh Amru bin Ash dan Abdullah bin Rabi’ah untuk menghadap Raja Najasyi. Kedua delegasi itu berkata terhadap Raja Najasyi :
”Wahai sang Raja! Mereka telah pergi dari negeriku dan datang ke negerimu. Mereka orang-orang yang kolot. Mereka telah melepaskan agama nenek moyang kami dan sudah masuk agama baru yang kami dan kamu tidak mengetahuinya. Maka kami diutus oleh pemimpin-pemimpin kami untuk minta kepadamu biar mereka dikembalikan kepada kami”.
Raja Najasyi tidak mau menyanggupi permintaan utusan itu sebelum mendengar informasi dari kaum muslimin. Lalu, Raja Najasyi bertanya terhadap umat Islam, ”Agama apakah yang menjadikan kau sekalian keluar dari agama nenek moyangmu dan tidak inginmasuk agamaku?”. Kaum muslimin yang diwakili Ja’far bin Abi Thalib menjawab:
”Wahai Raja! Kami dulu orang Jahiliyyah, menyembah berhala, mengkonsumsi bangkai, berbuat jahat, menetapkan relasi persaudaraan, dan orang-orang kami memperbudak yang lemah. Lalu, datang utusan Allah Swt, yakni seorang di antara kami (kaum Quraisy). Kami mengenal akhlaknya yang mulia, yaitu jujur, menepati kesepakatan, dan pemaaf.
Ja’far menambahkan : Beliau mengajak kami untuk menyembah Allah Swt Yang Esa, menyuruh kami berkata yang benar, bersikap jujur, adil, memenuhi amanah, menyambung persaudaraan, serta berbuat baik kepada tetangga. Beliau melarang kami berbuat jahat, berkata kotor, makan harta anak yatim dengan jalan yang tidak halal, dan menyekutukan Allah Swt. Maka kami menerima ajakannya untuk masuk Islam”.
Kaum muslim mempersiapkan rombongan untuk berhijrah ke Habasyah dengan jumlah yang lebih banyak yaitu 83 orang pria, 11 orang wanita Qurays dan 7 orang wanita asing. Akan tetapi hijrah yang kedua ini lebih berat tantangannya sebab aneka macam cara dilaksanakan oleh kaum kafir Quraisy untuk menggagalkannya.
Melihat situasi mirip itu, Usman berkata “Ya Rasulullah, kami telah berhijrah yang pertama kepada Najasy, dan kali ini yang kedua, namun engkau tidak juga ikut bersama kami”. Rasulullah Saw berkata “kalian berhijrah terhadap Allah Swt dan kepadaku. Kalian menerima kedua hijrah ini seluruhnya. “ jika begitu cukup kami saja Ya Rasulullah”, kata Utsman.
Mereka menetap di Negeri Habasyah dalam keadaan aman dan sentosa. Namun tatkala mereka mendengar tentang hijrahnya Rasulullah Saw ke Yasrib, maka pulanglah mereka ke Makkah untuk berpartisipasi dalam hijrah Rasulullah Saw keYatsrib (Madinah).
2. Amul Huzni
Abu Thalib bin Abdul Muthalib ialah orang yang paling gigih membela dakwah Rasulullah Saw. Perlindungan dan bantuan dari Abu Thalib dalam dakwah Rasulullah Saw sangatlah totalitas. Ia ialah benteng yang melindungi dakwah Rasulullah Saw, meski ia tetap berpegang pada agama nenek moyangnya.
Namun begitu, dalam Asad Al-Ghobah diceritakan, tatkala sakit Abu Thalib makin parah, ia memanggil semua warga Bani Abdul Muthalib, kemudian berpesan “bekerjsama kau sekalian akan dalam keadan baik selagi kalian mendengan perkataan Muhammad dan mengikuti perintahnya. Karena itu, ikutilah dia dan percayailah dia, pasti kalian akan selamat”.
Setelah Abu Thalib meninggal, Rasulullah Saw berkata, “biar Allah Swt merahmatimu dan mengampunimu. Aku akan memintakan ampun untukmu, sampai Allah Swt melarangku”. Tidak berselang usang dari meninggalnya Abu Thalib, Siti Khadijah istri tercinta Rasulullah Saw pun meninggal dunia.
Khadijah wafat pada bulan Ramadhan pada tahun ke 12 kenabian dalam usia 65 tahun. Dengan meninggalnya Abu Thalib dan Khadijah, petaka demi petaka datang bertubi-tubi, alasannya keduanya ialah orang yang sungguh gigih membela dan melindungi dia. Sejak saat itu kaum kafir Quraisy semakin gencar melancarkan gangguan kepada Rasulullah Saw. Tahun meninggalnya Abu Thalib dan Situ Khadijah disebut dengan Amul Huzni atau tahun kesedihan.
3. Isra Mi’raj
Peristiwa Isra Mi’raj terjadi satu tahun sebelum hijrah, tepatnya pada malam senin 27 Rajab sesudah Rasulullah pulang dari perjalanannya ke Tha’if. Isra secara bahasa artinya perjalanan malam, adapun menurut istilah adalah perjalanan Rasulullah Saw pada satu malam dari Masjidil Harom ke Masjidil Aqsa atau Baitul Maqdis di Palestina.
Mi’raj ialah naiknya Rasulullah Saw dari Masjidil Aqsha menuju ke Sidratul Muntaha untuk menghadap Allah Swt. Isra Mi’raj merupakan bantuan dari Allah Swt sekaligus hiburan dari Allah Swt atas kesedihan Rasulullah Saw alasannya ditinggal dua orang terkasihnya ialah Abu Thalib dan Siti Khadijah. Allah Swt menceritakan peristiwa Isra Mi’raj ini dalam QS. Al-Isra’ (17) : 1.
Ada perbedaan pendapat tentang penetapan kapan waktu kejadian tersebut berlangsung, adalah sebagai berikut :
- Menurut Ath-Thabari, Isra terjadi pada tahun tatkala Allah memuliakan beliau dengan nubuwwah.
- Menurut An-Nawawi dan Al-Qurtubi, Isra terjadi lima tahun sehabis diutus sebagai rasul.
- Al-Allamah Al-Manshurfuri berpendapat, Isra terjadi pada malam tanggal 27 bulan Rajab tahun ke-10 dari kenabian.
- Pendapat lain mengatakan, Isra terjadi pada enam bulan sebelum hijrah atau pada bulan Muharram tahun ke-13 dari kenabian.
- Ada yang berpendapat, Isra terjadi setahun dua bulan sesudah hijrah, tepatnya pada bulan Muharram tahun ke 13 kenabian.
- Ada juga pertimbangan yang mengatakan bahwa Isra terjadi setahun dua bulan sesudah hijrah atau pada bulan Rabi’ul Awwal tahun ke-13 kenabian.
Tiga pertimbangan yang pertama tertolak, dengan pendapatbahwa Khadijah Ra. meninggal dunia pada bulan Ramadhan tahun ke-10 dari kenabian. Sementara pada dikala meninggalnya belum ada keharusan shalat lima waktu. Sedangkan tiga pertimbangan yang lain tidak ada satu pun yang menguatkannya. Hanya saja kandungan AlIsra menunjukan bahwa Isra terjadi pada kurun-kala tamat.
Dalam perjalanan Isra Mi’raj ini malaikat mengunjungi ia dengan menenteng Buroq, lalu Jibril menaikkan dia keatas Buraq dan mengajaknya melaksanakan perjalanan dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha dan dinaikkan ke langit untuk menyaksikan gejala kebesaran Allah Swt.
Dalam perjalanan ke Sidratul Muntaha Rasulullah Saw dan Malaikat Jibril singgah di tujuh lapis langit dan dipertemukan dengan para nabi terdahulu. Lalu Rasulullah Saw naik lagi menuju Baitul Ma’mur, yang setiap harinya dimasuki 70.000 malaikat yang tidak keluar lagi darinya. Kemudian diangkat lagi untuk menghadap Allah Swt yang maha perkasa dan mendekat kepadanya.
Lalu Allah Swt mewahyukan apa yang diharapkan dan Allah Swt mewajibkan shalat sebanyak 50 rakaat. Setelah itu Rasulullah Saw berjumpa dengan Nabi Musa As, dan menyampaiakan tentang perintah shalat 50 rakaat tersebut, Nabi Musa As berkata “sebenarnya umatmu tidak akan sanggup melaksanakannya, sehingga pada risikonya Allah Swt menyuruh terhadap umat Rasulullah Saw untuk melaksanakan shalat sebanyak 5 waktu.
Sebenarnya Nabi Musa As menyuruh kepadaRasulullah Saw untuk kembali meminta keringanan terhadap Allah Swt, namun Rasulullah Saw menjawab “Aku sungguh malu terhadap Rabb-ku, aku sudah Ridha dan menerima perintah ini” beberapa dikala lalu terdengar undangan “ Aku telah menetapkan keharusan dan telah kuringankan bagi hamba-Ku”.
Peristiwa Isra Mi’raj ini tidak serta merta dapat diterima kebenarannya oleh kaum kafir Quraisy, Abu Bakar ialah orang pertama yang mempercayai kebenaran kejadian tersebut, lalu diberi gelar Ash-Shiddiq. Kafir Quraisy terus saja meminta bukti kebenaran Isra Mi’raj terhadap Rasulullah Saw, kemudian Rasulullah Saw membuktikan bukti bahwa dalam perjalanan Isra Mi’raj beliau melihat kafilah dari masyarakatMakkah dalam perjalanannya dan akan tiba di Makkah esok hari.
Setelah benar datang kabilah tersebut pada esok harinya, kaum kafir Quraisy tetap saja tidak mempercayai insiden Isra Mi’raj tersebut dan menuduh Rasulullah Saw selaku seorang peramal.
4. Hijrah ke Yatsrib
Setelah peristiwa Isra Mi’raj ada satu perkembangan besar bagi perkembangan kaum muslimin yang datang dari penduduk Yatsrib. Mereka melakukan ibadah haji ke Makkah yang berisikan suku Aus dan Khazraj. Pada animo haji berikutnya, terdiri dari dari orang-orang Yatsrib berjumlah 73 orang, atas nama penduduk Yatsrib mereka meminta kepada Rasulullah Saw untuk berkenan pindah ke Yatsrib.
Mereka berjanji akan membela Rasulullah Saw dari segala jenis bahaya, dan kemudian Rasulullah Saw menyetujui baiat Aqabah dua sehabis pada tahun kesebelas kenabian menyetujui adanya Baiat Aqabah pertama.
a. Baiat Aqabah Ula
Ketika demam isu haji datang, Rasulullah Saw menggunakannya untuk memberikan dakwah terhadap jamaah haji yang tiba dari seluruh penjuru Arab. Di antara mereka terdapat orang-orang Yatsrib dari suku Aus dan Khazraj. Kedua suku ini sering mendengar gosip dari orang-orang Yahudi bahwa Nabi akhir zaman akan secepatnya tiba.
Pada ekspresi dominan haji tahun ke 11 kenabian, bertepatan dengan tahun 621 Masehi, 12 orang dari suku Aus dan Khazraj berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Mereka bertemu dengan Rasulullah Saw di Aqabah (Mina) dan menyatakan baiat (sumpah setia). Bai’at itu lalu dikenal dengan sebutan Baiat Aqabah I atau disebut Baiatun Nisa’, alasannya adalah di antara yang ikut baiat ada seorang wanita, beliau berjulukan Afra binti Abid binti Sa’labah.
Ada 6 pokok masalah penting yang menjadi sumpah setia dalam Baiat Aqabah I yakni :
- Mereka tidak akan menyekutukan Allah Swt dengan sesuatu apapun.
- Mereka tidak akan mencuri.
- Mereka tidak akan berzina.
- Mereka tidak akan membunuh anak-anaknya.
- Mereka tidak akan berbuat fitnah, dusta dan curang.
- Mereka tidak akan mendurhakai Rasulullah Saw.
Ketika mereka pulang ke Yatsrib (Madinah), Rasulullah Saw menyuruh Mus’ab bin Umair menyertai mereka. Mus’ab bin Umair mendapat tugas mengajarkan Islam terhadap masyarakatYatsrib. Dengan demikian, agama Islam kian bersinar di Yatsrib. Penduduk berbondong-bondong masuk agama Islam, sehingga jumlah kaum muslimin makin bertambah.
b. Baiat Aqabah Tsani
Pada tahun ke 12 kenabian, bertepatan tahun 622 Masehi, serombongan kaum muslimin dari Yatsrib berangkat menuju Makkah untuk menunaikan ibadah Haji. Mereka berjumlah 75 orang, terdiri atas 73 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Mereka secepatnya menghadap Rasulullah Saw dan meminta diadakan konferensi pada hari Tasyrik di Mina.
Pada malam yang telah ditentukan, mereka keluar kemahnya secara sembunyi-sembunyi menuju Aqabah (tempat melempar jumrah). Tidak lama kemudian, Rasulullah Saw tiba diikuti pamannya, Abbas bin Abdul Muthalib yang waktu itu belum masuk Islam tetapi tidak pernah memusuhi Islam.
Adapun isi dari kesepakatanAqabah II ialah :
- Penduduk Yatsrib siap membela Islam dan Rasulullah.
- Penduduk Yatsrib ikut berjuang dalam membela Islam dengan harta dan jiwa.
- Penduduk Yatsrib ikut berupaya mengembangkan agama Islam dan memberitakan terhadap sanak keluarga mereka.
- Penduduk Yatsrib siap mendapatkan risiko dan segala tantangan.
Demikian bahasan singkat perihal 4 insiden penting selama nabi Muhammad saw dakwah di Makkah, biar berguna.