Di antara amalan yg dusunnahkan sesudah bulan Ramadhan yaitu puasa Syawal selama 6 hari dengan-cara berturut-turut atau terpisah. Sungguh, melaksanakan puasa sunnah di bulan Syawal mempunyai banyak faedah di antaranya adalah mirip yg disebutkan dlm kitab Latha’if Al-Ma’akil Fima Lil Mawasim Min Wazha`if karya Ibnu Rajab.
Pertama, puasa enam hari pada bulan Syawal setelah Ramadhan menyempurnakan pahala puasa setahun penuh mirip yg telah dijelaskan dlm hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Kedua, puasa bulan Syawal & Sya’ban seperti shalat sunnah rawatib yg dijalankan sebelum & sehabis shalat fardhu sehingga mampu menyempurnakan kelemahan yg terjadi pada puasa Ramadhan.
Amalan-amalan fardhu kelak pada hari Kiamat disempurnakan dgn amalan sunnah sebagaimana yg diriwayatkan dr Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dr aneka macam jalur.
Sebagian kaum muslimin melaksanakan puasa Ramadhan mengalami kelemahan & celah, maka mereka memerlukan sesuatu yg bisa menutup, menambal, & menyempurnakannya.
Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah pernah mengatakan, “Siapa saja yg tak menemukan sesuatu untuk ia sedekahkan, maka hendaknya ia berpuasa.”
Ketiga, membiasakan puasa setelah Ramadhan menjadi menandakan diterimanya puasa Ramadhan seseorang, karena jika Allah Ta’ala mendapatkan amalan hamba, maka ia menunjukinya untuk melakukan amal shalih sesuah amalan tersebut.
Hal ini sebagaimana dibilang oleh sebagian ulama, “Pahala dr kebaikan yaitu kebaikan yg dilaksanakan sesudahnya.” Siapa saja yg melaksanakan satu kebaikan kemudian mengikutinya dgn kebaikan lain, maka hal tersebut merupakan menunjukan amalannya yg pertama diterima.
Keempat, puasa Ramadhan itu mengharuskan adanya ampunan atas dosa-dosa seseorang yg lampau sebagaimana telah dijelaskan bahwa orang-orang yg berpuasa Ramadhan akan dipenuhi pahalanya kelak pada hari raya.
Oleh karena itu, membiasakan diri dgn puasa sesudah hari raya ialah selaku bentuk syukur atas lezat tersebut, tak ada lezat yg lebih besar ketimbang terampuninya dosa-dosa.
Dalam suatu riwayat dinyatakan, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berdiri shalat malam hingga kedua kaki ia nanah, lalu ada yg mengajukan pertanyaan,
“Mengapa Anda lakukan ini, padahal Allah sudah mengampuni dosa-dosa Anda yg dulu maupun yg akan tiba?”
Beliau menjawab, “Tidak pantaskah jikalau gue menjadi hamba yg bersyukur?” (Muttafaq Alaih).
Allah Ta’ala menyuruh para hamba-Nya untuk mensyukuri lezat puasa Ramadhan dgn menampakkan dzikir kepada-Nya & bermacam-macam bentuk rasa syukur yang lain.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Hendaklah ananda mencukupkan bilangannya & mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yg diberikan kepadamu, agar ananda bersyukur.” (QS. Al-Baqarah: 185).
[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]
Berlanjut ke Inilah Manfaat Puasa Syawal yg Perlu Diketahui (Bagian 2)