Inilah Ibadah dan Ketakwaan Abu Bakar yang Jarang Diketahui (Bagian 3)

Lanjutan dr Inilah Ibadah & Ketakwaan Abu Bakar yg Jarang Diketahui (Bagian 2)

Di samping sifat wara’ yg melekat pada dirinya, Abu Bakar pula berhati-hati dlm menganalisa kehalalan perihal sesuatu hal, bahkan dlm setiap asupan yg masuk ke dlm perutnya. Abu Bakar tak akan mau mendapatkan sesuatu yg kemungkinan mengandung syubhat.

Suatu waktu, seorang budak Abu Bakar menyerahkan upeti pada dirinya. Abu Bakar pun sudah biasa mengkonsumsi sebagian dr upeti yg diberikan budaknya itu. Oleh alasannya adalah itu, sebuah waktu budak itu menyerahkan sesuatu pada Abu Bakar & ia pun eksklusif memakannya.

Tak dinyana, budaknya pun bertanya, “Tahukah kamu-sekalian apakah itu?”

Abu Bakar pun mengajukan pertanyaan kepadanya, “Apakah itu?”

Budaknya memaparkan,

“Pada masa jahiliyah saya melakuan ramalan untuk seseorang, padahal saya tak bisa meramal, saya membohonginya saja. Lalu orang itu tiba menemuiku & memberiku kuliner tersebut. Makanan itulah yg baru saja kau-sekalian makan.”

Mendengar pemamaran budaknya itu, Abu Bakar pribadi memasukkan jari tangannya ke dlm tenggorokan sehingga beliau muntah. Lalu keluarlah semua masakan tersebut dr perutnya.

Seseorang mengajukan pertanyaan, “Semoga Allah merahmatimu, apakah kamu-sekalian melaksanakan hal tersebut cuma untuk mengeluarkan satu suapan itu?”

Abu Bakar menyampaikan, “Jika suapan itu tak mampu keluar kecuali dgn nyawaku, niscaya saya akan mengeluarkan nyawaku bersamanya. Sungguh, saya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

Setiap tubuh yg tumbuh dr sesuatu yg haram, maka neraka lebih layak untuknya.”

Oleh karena itu, saya khawatir, jika sebagian dr tubuhku berkembang dr sesuap kuliner (yang haram) itu.”

  Reem dan Obrolan Dua Pria Melambai di Commuter Line

Abu Bakar tak pernah lupa akan semua perbuatannya. Bahkan beliau selalu merasa was was pada Allah & mengatakan, “Aku berharap menjadi sehelai rambut di sisi seorang hamba yg beriman.”

Seandainya ada orang yg memujinya, ia akan berdoa, “Ya Allah, sungguh Engkau lebih mengenali akan diriku dibandingkan dengan gue sendiri, & gue lebih tahu tentang diriku daripada mereka. Ya Allah, jadikan gue lebih baik dr apa yg mereka sangka, & ampuni gue atas apa yg tak mereka pahami, & jangan hukum gue atas apa yg mereka ucapkan.”

Semoga kisah ini menginsipirasi kita semua. Aamiin.

Dikutip dr buku 10 Shahabat yg Dijanjikan Masuk Surga karya Abdus Sattar Asy-Syaikh.

[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]