Inilah Dalil-Dalil Tentang Berbuat Baik Kepada Kerabat (Bagian 4)

Lanjutan dr Inilah Dalil-Dalil Tentang Berbuat Baik Pada Kerabat (Bagian 3)

Al-Qurthubi berkata, “Rahim (ikatan) yg mesti selalu disambungkan, ada yg bersifat lazim & khusus.

Makna rahim dengan-cara lazim yakni ikatan dlm beragama; wajib disambung dgn menumbuhkan rasa kasih sayang antar sesama, saling menasihati, berlaku adil, & melaksanakan hak-hak yg diwajibkan & disunnahkan.

Sedangkan makna rahim dengan-cara khusus, yakni melaksanakan hal-hal tersebut di atas, & ditambah dgn memberikan nafkah pada saudara, melihat keadaan mereka, & memaafkan kesalahan mereka.

Hak mereka berlawanan-beda, sebagaimana hadits yg diriwayatkan dr Bahz bin Hakim, ia berkata, “Bapakku menceritakan kepadaku dr kakekku, bahwa ia berkata, ”Saya mengajukan pertanyaan,

“Wahai Rasulullah, siapa yg mesti diperlakukan dgn baik?” Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Ibumu.” Saya mengajukan pertanyaan lagi, “Lalu siapa lagi?” Rasulullah menjawab, “Ibumu.” Saya mengajukan pertanyaan lagi, “Kemudian siapa?” Rasulullah menjawab, “Ibumu.”

Saya mengajukan pertanyaan lagi, “Lalu siapa?”

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab,

ثُمَّ أَبَاكَ، ثُمَّ اْلأَقْرَبَ فَاْلأَقْرَبَ

Bapakmu, kemudian saudara terdekat & terdekat.” (HR. At-Tirmidzi).

Ibnu Abi Jamrah mengatakan,

“Bersilaturrahim dilaksanakan dgn menawarkan tunjangan harta & menyanggupi kebutuhannya, menghindarkan dr ancaman, berjumpa dgn paras ceria, & mendoakannya.

Semua itu terangkum dlm satu makna, yaitu memberikan kebaikan yg bisa diberikan & mencegahnya dr ancaman sesuai kesanggupan.

Ini akan terus dikerjakan bila kerabat tersebut beragama Islam, & komiteman menjalankan fatwa agama (istiqamah).

Jika kerabat itu kafir, atau pelaku maksiat, maka memutuskan korelasi alasannya adalah Allah terhadap mereka, itulah yg disebut dgn menyambungkan tali silaturrahim.

Tentunya, dgn syarat seseorang sudah berusaha menasehati mereka.

  Wahai Para Ayah, Perhatikanlah Ibadah Shalat Anak-Anakmu (Bagian 2)

Apabila mereka tetap melakukan hal tersebut, maka hendaklah memberitahukan pada mereka, bahwa tindakan tersebut menjauhkannya dr kebenaran.

Namun demikian, tak menggugurkan kewajiban silaturrahim dgn cara mendoakan mereka, supaya kembali pada jalan yg benar.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menunjukkan acuan yg mulia dlm korelasi dgn saudara sebagaimana dlm hadits yg diriwayatkan dr Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, ia berkata, “Ketika turun ayat,

وَأَنْذِرْ عَشِيْرَتَكَ اْلأَقْرَبِيْنَ

 “Dan berilah peringatan pada saudara-kerabatmu (Muhammad) yg terdekat.” (QS. Asy-Syu’ara`: 214).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengundang suku Quraisy dengan-cara khusus & umum, sehingga mereka berkumpul. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Wahai bani Ka’ab bin Lu`ai, selamatkan diri kalian dr api neraka. Wahai bani Murrah bin Ka`ab, selamatkan diri kalian dr api neraka. Wahai bani Abdi Syams, selamatkan diri kalian dr api neraka.

Wahai bani Abdi Manaf, selamatkan diri kalian dr api neraka. Wahai bani Hasyim, selamatkan diri kalian dr api neraka. Wahai bani Abdul Muththalib, selamatkan diri kalian dr api neraka.

Wahai Fathimah, selamatkan dirimu dr api neraka, sebab saya tak memiliki kekuasaan apapun atas kalian di hadapan Allah, cuma saja kalian mempunyai kekerabatan kekerabatan denganku, maka saya berbuat baik dgn senantiasa menyambung tali silaturrahim.” (HR. Muslim).

Semoga kita tergolong orang-orang yg berbuat baik pada kerabat dekat maupun jauh. Amiin.

Demikian disarikan dr kitab Haditsul Ihsan karya Prof. Dr. Falih bin Muhammad bin Falih Ash-Shughayyir.

[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]