Inilah 9 Keutamaan Amar Makruf Nahi Munkar (Bagian 3)

Lanjutan dr Inilah 9 Keutamaan Amar Makruf Nahi Munkar (Bagian 2)

Kedelapan, amar makruf nahi munkar penjadi penyebab dosa-dosa terampuni. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَنَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ وَالصَّلاَةُ وَالصَّدَقَةُ وَاْلأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ

“Dosa-dosa seorang laki-laki kepada istri, harta benda, diri sendiri, anak, & tetangganya, mampu dihapus dgn puasa, shalat, bederma, & mendirikan amar makruf & nahi munkar.” (HR. Al-Bukhari & Muslim).

Kesembilan, memfungsikan amar makruf & nahi munkar bermakna menjaga lima prinsip yg utama dlm Islam, yakni agama, jiwa, nalar, keturunan, & harta benda.

Sejatinya, masih banyak keutamaan lain dr amar makruf nahi munkar. Pada pada dasarnya, umat Islam mesti senantiasa melakukan perbuatan ini sesuai dgn kemampuannya masing-masing.

Hal ini semoga terjauh dr menyerupai perilaku kaum Bani Israil yg tak melaksanakan amar makruf nahi mungkar di kalangan mereka. Allah Ta’ala berfirman,

لُعِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُوْنَ – كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُوْنَ

“Orang-orang kafir dr Bani Israil sudah dilaknat lewat mulut (ucapan) Dawud & Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena mereka durhaka & senantiasa melampaui batas.

Mereka tak saling mencegah perbuatan mungkar yg selalu mereka perbuat. Sungguh, sungguh buruk apa yg mereka perbuat.” (QS. Al-Ma`idah: 78-79).

Dalam suatu hadits yg diriwayatkan dr Abu Sa’id Al-Khudri, disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيْمَانِ

  Ketika Muslim Membela Penista Agama

“Siapa saja di antara kalian yg menyaksikan kemungkara, maka hendaklah ia menggantinya dgn tangannya. Jika tak bisa, maka (hendaklah ia menggantinya) dgn lisannya.

Jika tak bisa, maka (hendaklah dia mengubahnya) dgn hatinya, & itu adalah selemah-lemahnya keyakinan.” (HR. Muslim, Ibnu Majah, & Ahmad).

Demikian tulisan yg sederhana ini, mudah-mudahan berfaedah bagi kita semua. Aamiin.

[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]