Sejarah munculnya TENS berawal dari laporan Scribonius Largus tentang stimulasi listrik untuk mengatur nyeri yang dipakai di Yunani kuno, 63 M. Hal ini dilaporkan oleh Scribonius Largus yang sakit dan merasa lega sesudah berdiri pada ikan listrik di tepi pantai. Pada 16 hingga kurun ke-18 aneka macam perangkat elektrostatik dipakai untuk sakit kepala dan nyeri. Benjamin Franklin yakni pendukung sistem ini untuk menghilangkan rasa sakit. Pada masa kesembilan belas perangkat yang disebut electreat, bareng dengan perangkat lain yang banyak digunakan untuk menertibkan nyeri dan penyembuhan kanker. Electreat digunakan cuma hingga pada ke masa kedua puluh karena tidak portabel dan memiliki kontrol terbatas dari stimulus tersebut. Pengembangan dari semua stimulasi listrik tersebut memberi inspirasi dibentuknya TENS yang akhirnya digunakan dan sudah dipatenkan di Amerika Serikat pada tahun 1974.
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) yaitu penggunaan arus listrik yang dihasilkan oleh perangkat untuk merangsang saraf untuk mengurangi rasa sakit. Unit ini lazimnya dilengkapi dengan elektroda untuk menyalurkan arus listrik yang mau merangsang saraf pada daerah yang mengalami nyeriAnother theory is that the electrical stimulation of the nerve may help the body to produce natural painkillers called endorphins, which may block the perception of pain.. Rasa geli sungguh terasa dibawah kulit dan otot yang diaplikasikan elektroda tersebut. Sinyal dari TENS ini berfungsi untuk mengusik sinyal nyeri yang mensugesti saraf-saraf dan memutus sinyal nyeri tersebut sehingga pasien mencicipi nyerinya menyusut. Namun teori lain menyampaikan bahwa stimulasi listrik saraf mampu membantu tubuh untuk memproduksi obat penghilang rasa sakit alami yang disebut endorfin, yang dapat menghalangi persepsi nyeri.
Gambar I. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation
TENS memberikan arus listrik dengan amplitudo sampai dengan 50mA dengan frekuensi 10-250Hz, banyak dipakai untuk terapi pengurangan rasa sakit. Banyak teori yang mendukung prinsip kerja TENS, satu diantaranya adalah teori pain gates yang diajukan oleh Melzack dan Walls. Menurut teori ini TENS diperkirakan mengaktifkan secara khusus perifer A beta pada kawasan tanduk dorsal sehingga memodulasi serabut A delta dan C yang menghantarkan rasa nyeri. Hipotesis lain menerangkan efek TENS dalam mengurangi nyeri melalui system neurotransmitter lain yaitu pergeseran system serotonin dan substansia P.
Dengan memakai metode TENS, transkutan (ialah melalui kulit) Listrik Stimulasi saraf, fungsi saraf penting dapat diaktifkan secara efektif. Frekuensi impuls, yang sepadan dengan bioelectricity alami, merangsang menghilangkan rasa sakit. Dengan cara ini, transmisi nyeri oleh serabut saraf terhambat dan aliran listrik menghilangkan rasa sakit, mirip zat endorphin, yang dipicu. Selanjutnya, anutan darah lewat zona badan ditingkatkan.
Terapi dengan TENS dikerjakan dengan kontak pribadi alat kepada pasien lewat sepasang elektroda. Demi memenuhi kriteria standar keselamatan alat medis sebuah tata cara keamanan harus dirancang sehingga cidera pada pasien dapat dicegah. Sistem keselamatan yang dirancang intinya adalah mencegah terjadinya luka bakar pada kulit akibat kesalahan penempatan elektroda. Kesalahan penempatan elektroda memungkinkan elektroda tidak melekat dengan baik pada kulit dan sementara itu arus dialirkan, dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien.
Adapun penempatan elektroda TENS:
• Di sekitar lokasi nyeri : Cara ini paling gampang dan paling sering dipakai, alasannya sistem ini mampu pribadi diterapkan pada daerah nyeri tanpa memperhatikan karakter dan letak yang paling maksimal dalam relevansinya dengan jaringan penyebab nyeri.
• Dermatome : Penempatan pada area dermatome yang terlibat, penempatan pada lokasi spesifik dalam area dermatome, penempatan pada dua kawasan yaitu di anterior dan di posterior dari sebuah area dermatome tertentu.
Gambar II. Aplikasi dari TENS
Keuntungan dari menggunakan TENS adalah bahwa tidak seperti menghilangkan rasa sakit oleh obat, sebab tidak menjadikan ketagihan, tidak menjadikan kantuk atau mual, dan mampu dilaksanakan kapan saja sesuai kebutuhan. Namun penggunaan alat terapi TENS saat ini kebanyakan tidak praktis sebab dibutuhkan keahlian dan pengetahuan khusus untuk menyesuaikan program yang ada pada alat terapi TENS dengan ganjalan dan jenis terapi yang dikehendaki. Akibatnya alat terapi TENS lebih banyak digunakan di klinik rehabilitasi medik dan fisioterapi.
TENS mengubah pandangan badan perihal rasa sakit. TENS juga diakui sebagai alternatif akupunktur sebagai non- farmakologis untuk mengobati dismenorea. Pada impuls rendah (2 Hz) buatan endorphin sebagai penghilang rasa sakit alami dipacu untuk dikeluarkan (Macnair, 2004). Oleh alasannya itu TENS telah dipakai untuk mengobati nyeri yang akut mirip patah tulang, nyeri sendi, strain otot, pasca operasi dan menstruasi yang menjadikan rasa sakit. Efeknya berkurangnya rasa nyeri mampu lambat tapi dapat meminimalisir rasa nyeri yang berlangsung selama beberapa jam. Pada impuls tinggi (90-150Hz) ‘gerbang ‘ rasa sakit akan ditutup. Hal ini terjadi pada sakit kepala, migrain, arthritis, neuralgia pasca-herpes, linu panggul, sakit pinggang, leher dan punggung nyeri akan secepatnya mereda, tetapi efeknya tidak begitu usang (Kenny dan Kenny, 2002)
Pada penderita yang menggunakan pacu jantung. Selain itu jangan meletakan elektroda di area arteri karotis pada region anterolateral leher dan mata, penderita dengan hilangnya sebagian besar sensasi kulit, kulit yang mengalami gangguan (luka, nanah, radang) pada lokasi penempatan TENS, dan daerah pharyngeal.
Gambar III. Diagram TENS
Unit ini memiliki sejumlah besar acara, di mana ia digunakan cuma satu. Mengukur sinyal pada keluaran perangkat dalam modus ini mengungkapkan teredam osilasi pada frekuensi sekitar 2,5 kHz, dengan tingkat pengulangan sekitar 100 Hz.
Rangkaian sederhana memakai CMOS 555 timer untuk menciptakan pulsa singkat yang feed transformator miniatur 1:10. Bersama dengan 4,7 nF kapasitor transformator menciptakan rangkaian resonansi paralel: resonansi mengarah ke peningkatan yang cukup besar dalam tegangan output. Lebar pulsa mampu diubahsuaikan dengan memakai potensiometer, di sini ditunjukkan dikombinasikan dengan switch on-off. Pulsa lebih luas menciptakan tegangan output yang lebih tinggi. Karena tegangan puncak hingga 200 V dapat diproduksi, trafo harus memiliki isolasi yang mencukupi: Conrad Electronics 516260-62 jenis cocok. Sebuah phono soket di output menunjukkan sambungan yang hebat untuk kabel elektroda.
Umumnya TENS diterapkan pada:
Frekuensi tinggi (> 50 Hz) dengan intensitas di bawah kontraksi motor (intensitas sensorik). Pada frekuensi tinggi, secara pilih-pilih merangsang syaraf tertentu ‘non-sakit’ serat untuk mengirim sinyal ke otak yang menghalangi sinyal saraf yang lain membawa pesan rasa sakit.
Frekuensi rendah (<10 Hz) dengan intensitas yang menghasilkan kontraksi motor. Pada frekuensi rendah, dengan merangsang produksi endorfin, alami menghilangkan rasa sakit-hormon.On low frequencies, by stimulating the production of endorphins, natural pain-relieving hormones.
TENS dipakai untuk mengendorkan rasa sakit yang disebabkan oleh berbagai kondisi kronis, tergolong:
· leher dan nyeri punggung bawah
· sakit kepala / migrain
· radang sendi
Perangkat ini juga efektif kepada nyeri jangka pendek, seperti:
· persalinan
· nyeri pasca bedah
· patah tulang
· otot dan nyeri sendi
· olahraga cedera
· kram menstruasi
Tidak seperti banyak-menghilangkan rasa sakit obat-obatan, TENS tidak menjadikan ketergantungan dan sepertinya memiliki beberapa imbas samping. Most people can use a TENS machine but it’s not suitable for: Kebanyakan orang mampu menggunakan mesin TENS namun tidak cocok untuk:
- Epileptics. Epilepsi.
- Those with pacemakers and certain other types of heart disease. Mereka dengan alat pacu jantung dan berbagai macam lain penyakit jantung.
- Unknown causes of pain. Diketahui penyebab sakit.
- Unsupervised in pregnancy (other than in labour). Tanpa pengawasan pada kehamilan (selain tenaga kerja).