Ilmu Laksana Harta Karun Berdasarkan Islam

ILMU LAKSANA HARTA KARUN

Rangkaian Nasihat dan Hiburan untuk para peruqyah.

Ilmu dan harta yakni cobaan, akomodasi dan infrastruktur untuk kita beramal meraih keridhoan Allah. Dengan harta, kita memenuhi keperluan dan mempunyai fasilitas untuk berzakat. Dengan ilmu kita beramal sholeh dan mengajak insan ke jalan Allah.

Dengan ilmu dan harta, seorang hamba bederma untuk melipatgandakan keberkahannya. Maka, sebagaimana sedekah harta sedekah ilmu pun perlu seni manajemen semoga ia bernilai dan strategis.

Sulaiman bin Sumair meriwayatkan, ia berkata, ‘Aku mendengar Katsir bin Murrah berkata, Janganlah engkau menyampaikan pesan yang tersirat terhadap orang-orang kurang pandai sehingga mereka mendustakanmu, janganlah engkau memberikan kebatilan di hadapan orang-orang bijak sehingga mereka membencimu, janganlah engkau membatasi ilmu dari orang yang berhak sehingga kamu berdosa, dan jangan pula engkau menyampaikan ilmu kepada orang yang belum pantas menerimanya sehingga kamu dibodoh-bodohkan, bantu-membantu ilmumu mempunyai hak atasmu (untuk didakwahkan) sebagaimana hartamu mempunyai hak atasmu (untuk disedekahkan)’.” (Az-Zuhd, hlm. 509).

Jika kita bersedekah kepada orang kaya, maka beliau tidak bermakna untuknya. Sama halnya dengan ilmu, jangan pernah kita bangun di hadapan mereka yang tidak memerlukannya.

Banyak sekali hamba-hamba Allah yang tersesat. Entah mesti ke mana, dengan cara apa ia kembali terhadap Allah. Bagaimana ia mendapatkan cahaya dan jalan keluar dari cobaan sihir yang membelenggunya.

Maka ambil dan raihlah tangannya, fahamkan langkah-demi-langkah sampai ia sungguh-sungguh keluar dan menjadi keluarga kita. Bersegeralah, jangan lirik kiri dan kanan. Dan bersungguh-sungguhlah

Ini yaitu jalan dari Allah untuk perbaiki status kita di sisi Allah.

“Apabila pintu kebaikan dibukakan terhadap salah seorang dari kalian maka hendaklah beliau bersegera melaksanakannya, alasannya beliau tidak tahu kapan pintu itu ditutup darinya.’ (Khalid bin Ma’dan, Az-Zuhd, hlm. 507).

  Waktu Terasa Lambat Bagi Mereka Yang Menunggu

Namun jangan bangkit di hadapan orang-orang yang tidak membutuhkanmu. Jangan menunjukkan diri, jangan mengajukan diri untuk naik mimbar dan masjid-masjid.

Mulailah untuk mengambil satu jiwa, satu keluarga, dan merekalah kelak yang hendak menjinjing kita ke majlisnya. Di masjidnya, dengan kemuliaan.

Jika engkau ditolak di masjid-masjid kaum muslimin, ini bukan tamat kisah. Mereka belum faham niat baik kita, dan belum ada jejak kebaikan kita disana.

Maka buatlah jejak baik. Karena setiap insan suka kebaikan dan setiap manusia yakni musuh bagi hal yang belum beliau pahami.

Berdakwah artinya bersedekah ilmu. Maka pastikan kita telah kenyang terlebih dahulu. Pastikan kita telah amalkan dan ia berbuah. Maka keharumannya tidak bisa ditolak jiwa insan. Manusia akan menerimanya.

Jika kita ditolak di masjid, gunakan madrasah, ditolak dimadrasah, gunakan restoran, dan rumah-rumah kaum muslimin. Jika ditolak juga; buka rumah sendiri. Jika di rumah juga ditolak. Maka dakwahi diri sendiri…

Jika sulit mendakwahi diri sendiri, maka mungkin hati masih keras. Maka duduklah, menunduklah, simak lebih banyak lagi ilmu dan hikmah para alim. Jangan tergesa untuk meraih banyak kebaikan sementara kita belum menyaksikan kebaikan itu membekas pada hati kita sendiri.

Sungguh selamatnya ruh kita dari tipu daya dan jebakan syaitan lebih baik dari selamatnya seribu jiwa diluar sana.

Dari Malik Bin Mighwal, Abdul Azis bin Raffi berkata, “Jika ruh orang mukmin diangkat ke langit, malaikat ‘alaihimus salam pun berkata, Mahasuci Dzat yang telah menyelamatkan hamba ini dari setan, duhai indah nian bagaimana mampu dia selamat?'” (Az-Zuhd, hlm. 232).

Sungguh selamatnya diri kita dari dosa lebih baik dibandingkan dengan menyelamatkan ribuan jiwa di luar sana.

  Jangan Berkubang Disatu Lembah Yang Menciptakan Kita Bersedih

“Dosa-dosa laksana penyakit dan istighfar yakni obatnya sedangkan kesembuhannya ialah taubatannasuha”. (Rabi’ bin Kutsaim, Kitab Az-Zuhud Hal 449)

Maknanya jikalau seseorang masih berdosa artinya jiwanya masih sedang sakit. Obat baginya yaitu istighfar-istighfar.

Lalu seseorang itu dikatakan telah sembuh kalau beliau telah bertaubat dan tidak pernah mengulang lagi dosa tersebut atau disebut taubatannasuuha. Yakni taubat yang bahwasanya. Taubat yang setelahnya tidak berdosa lagi.

Semoga menjadi hiburan untuk sobat seperjuangan dimanapun antum berada. Baarokallahu fii ahlikum wa maalikum wa ‘amalikum.

Ditulis Oleh:

Ust. Nuruddini  Al Indunissiy

(Founder Rehab Hati). @ Senin, 9 Jumadil Akhir 1441H/3 Februari 2020M