Orang yg beriman akan diuji alasannya ini ialah sunnatullah untuk pertanda benar tidaknya keimanan seseorang. Bentuk ujian beragam bentuknya, ada berbentukkesenangan & pula berupa kesulitan.
Bagi orang beriman, setiap kesenangan hidup hanya akan memajukan rasa syukurnya ke hadirat Allah SWT. & setiap musibah serta cobaan cuma akan memajukan ketabahan & keimanannya terhadap Allah SWT.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sungguh menakjubkan perkara orang yg beriman. Jika ia diberi karunia, ia bersyukur & itu kebaikan baginya. Dan jikalau ia tertimpa petaka, ia sabar & tawakal & itu pun kebaikan baginya.”
Suatu kali, Saad bin Abi Waqqas pernah berkata, “Aku orang yg sungguh berbakti pada ibuku.”
Saad memang tenar sebagai orang yg sungguh hormat & “sandhika dawuh” pada ibunya. Hubungan antara anak & ibu ini membuat banyak orang iri. Harmonis. Penuh cinta kasih sayang.
Hingga sebuah hari, Mekah menjadi saksi keislaman Saad. Ibunya, Hammah binti Abi Sufyan secepatnya mengenali keislaman putranya yg dikasihinya itu. Dari sinilah timbul problem, sang ibu tak sepakat & tak merestui status baru anaknya. Ibunya tetap mengharapkan Saad mengikuti kepercayaan nenek moyangnya.
Sebagai upaya supaya Saad mau mengurungkan niatnya. Ibunya meluncurkan bahaya, “Kamu lewati agamamu itu atau gue tak akan makan & minum sampai gue mati & ananda akan dihina insan sebagai pembunuh ibunya sendiri.”
Pagi itu ibunya betul-betul tak makan. Tatkala malam datang, tak sebutir gandum & setetes air pun yg masuk ke tubuhnya. Saad pun hanya melamun. Pagi hari kedua, ibunya tetap keukeuh tak ingin makan & minum. Kondisinya menjadi lemah. Malam itu, Saad yg menyaksikan kondisi ibunya yg tak mempunyai tenaga, masih membisu membeku. Memasuki hari ketiga, ibunya masih tak berubah. Ia tak menyentuh kuliner & minuman. Keadaannya memprihatinkan.
Barulah pada hari berikutnya, Saad memberikan sikapnya. Dengan tutur kata halus, ia berkata, “Ibunda, kalau kamu-sekalian mempunyai seratus nyawa & nyawa ibu keluar satu per satu, gue tak akan meninggalkan agamaku ini. Jika ibu mau, makanlah & jikalau ibu menentukan tak makan, silakan!”
Melihat keseriusan Saad, ibunya yg telah tidak memiliki daya itu akhirnya mau makan & minum juga.
Sungguh, untuk menjaga kondisi keimanan dlm rangka meraih ketaqwaan dibutuhkan istiqomah & keseriusan hati (mujahadah). Wallahua’lam.
[Paramuda/ Wargamasyarakat]