Ibu : (Tidak menoleh benar) Malam lebaran Narto,

dengarlah tabuh itu bersahut-sahutan. Pada malam idul fitri seperti ini dia pergi, pergi dengan tidak meninggalkan kata.

Gunarto : (Agak kesal) Ayah . . . . ?
Ibu : Keesokan harinya, hari idul fitri, sesudah sembahyang aku memaafkan dosanya.
Gunarto : Kenapa ibu ingat juga waktu yang lampau, mengingat kepada orang yang tak pernah mengenang kita.
Ibu : (Memandang Gunarto) Aku merasa ia masih ingat kita Gunarto.
Yang tergambar dalam serpihan drama di atas adalah pertentangan . . .
batin

Yang lebih tampak/tergambar pada teks tersebut yakni perasaan pelaku saat membicarakan seseorang (ayah) 

  Pemahaman Pantun Dan Syair Dalam Bahasa Indonesia (Sastra)