Kisah Penuh Hikmah : husnul khatimah seorang perampok
Pada sebuah musim haji, Syaikh Al Ashmai berangkat ke tanah suci. Beliau hendak melaksanakan ibadah haji di Makkah. Dari Makkah Syaikh AL Ashmai berangkat ke Madinah untuk menjiarahi kubur Rasulullah SAW. Malangnya, di tengah perjalanan, Syaikh Al Ashmai di hadang oleh seorang Badui. Sebilah golok besar berada di dalam genggaman tangannya. Tidak cuma golok, si Badui juga menjinjing busur dan sejumlah anak panah di bahunya.
Dengan kedua mata melotot, orang Badui menghampiri Syaikh Al Ahmai. Tujuannya hendak merampas barang-barang milik Syaikh Al Ashmai.
Syaikh Al Ashmai mulai takut dan galau, mesti bagaimana menghadapi perampok ini. Tempat itu juga sangat sepi, jauh dari pemukiman masyarakatdan tidak ada yang bisa dimintai tolong.
Ditengah kebingungan itu, spontan saja Syaikh Al Ashmai mengucapkan salam terhadap siBadui. Anehnya, si Badui menjawab salamnya.
“Kamu berasaldari mana?” hardik si Badui.
“Negeri saya sungguh jauh. Saya ke sini hendak menunaikan Ibadah haji sekaligus berziarah ke makam Rasulullah SAW.”
“Hmm, mana barang-barangmu? cepat kelauarkan!”
“Saya orang miskin, tidak ada barang berguna dalam tas aku.”
“Kamu melakukan pekerjaan selaku apa?”
“Saya guru dan mengajarkan Al Qur’an terhadap bawah umur di kawasan tinggal aku.”
“Al Qur’an? Apa itu?”
“Aneh, Tuan tidak tahu Al Q ur’an. Tadi, Tuan menjawab salam aku.”
“Jawab saja, jangan bawel!” bentak si Badui.
“Maaf Tuan, AL Qur’an yaitu Firman Allah yang diturunkan terhadap Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril.”
“Allah bisa berfirman?”
“Tentu saja.”
“Kalau begitu, coba bacakan salah satu firmannya!”
Kemudian, Syaikh Al Ashmai membacakan ayat yang artinya selaku berikut.”Dan di langit terdapat alasannya adalah-karena rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu. (QS.Adz Dzariyat [51]:22)
Di luar praduga, si Badui datang-tiba saja melemparkan golok dan panahnya. Wajahnya tampak sangat panik.
“Malang benar aku! Aku hidup sebagai perampok. Setiap ada potensi , aku merampas barang-barang orang. Bahkan, tidak jarang aku membunuh korban yang melawan. Padahal, Allah telah memilih rezekiku di langit,”demikian si Badui menyesali pekerjaannya selama ini.
Syaikh Al Ashmai merasa kagum. orang Badui itu begitu cepat berubah. Hanya dalam hitungan menit, dia menyesali perbuatannya. Tidak hanya takjub, Syaikh Al Ashmai juga merasa bahagia mendengar akad orang Badui itu.
Akhirnya, orang Badui itu meminta Syaikh Al Ashmai untuk mengajarinya shalat dan beberapa ibadah lainnya. Tentu saja, syaikh Al Ashmai memenuhi permintaan orang Badui itu dengan bahagia hati.
Singkat dongeng, pada tahun selanjutnya Syaikh Al Ashmai kembali ke Makkah. Seperti biasa, ia bertawaf mengelilingi Ka’bah. Seorang laki-laki paruh baya menghampiri dia seraya mengucapkan salam. Syaikh Al Ashmai menjawab salam sambil mengingat orang itu.
“Mungkin Syaikh lupa, aku teman ANda Tahun kemudian, kita pernah berjumpa,” kata orang itu. Sayikh Al Ashmai kian penasaran dan berkali-kali mengamati muka orang itu.
“Saya orang Badui yang tahun kemudian hampir merampok Syaikh.”
“Masya Allah,”Gumun Syaikh Al Ashmai dengan suara agak tersentak kaget. Sekarang, dia gres ingat bahwa orang yang berdiri di hadapannya ini yakni orang Badui yang dahulu pernah minta diajari shalat.
“Maaf, saya hampir lupa. Anda benar-benar telah berganti. Dulu, Anda tiba kemari untuk merampok, sekarang tiba untuk ibadah haji.”
“Alhamdulillah. Jika tidak keberatan, aku mohon kiranya Syaikh sudi membacakan firman ALlah lainnya.”
Syaikh Al Ashmai menyanggupi ajakan orang Badui ini dengan senang hati. Kemudian, ia membacakan firman Allah yang artinya: Demi Tuhan langit dan bumi, sangat yang di janjikan itu benar-benar akan terjadi seperti apa yang kamu ucapkan. (QS. Adz Dzariyat[51]:23)
Orang badui itu mendengarkan dengan khusuk dan tidak mau melewatkan satu aksara pun.
“Syaikh, kenapa Allah bersumpah seperti itu?”
“Jika Allah bersumpah dengan sesuatu, berarti sesuatu itu sangat penting.”
“Ya Allah, mohon kiranya Engkau berkenan mengampuni dosa-dosa hamba ini.”
Selesai berdoa, orang itu menangis sesenggukan sampai pingsan. Syaikh Al ashmai merangkul orang itu sehingga ia tidak terjatuh ke tanah. Kemudian, Syaikh Al Ashmai menidurkan orang itu diatas pangkuannya. Namun, Allah Maha Berkehendak. Tidak lama kemudian orang Arab Badui itu meninggal dunia.
Kesedihan menyelimuti perasaan Syaikh Ashmai. Bagaimanapun, konferensi dengan orang badui itu sangat berkesan.
“Alangkah bahagianya orang arab Badui ini. Dia usang hidup bergelimang dosa, namun kemudian pada selesai hayatnya dia bertobat dan taat. Dia menghadap ke hadirat Allah dengan hati yang bersih, ampunan telah membersihkan dirinya,” gumam Sayikh Al Ashmai.
Sumber : Buku “Like Father Like Son” Penulis Mohamad Zaka Al Farisi