![]() |
Mengakhirkan Shalat Isya |
Ada yg bilang bahwa sholat isya itu lebih baik dikerjakan di akhir waktu. Adakah ini bersumber dr Nabi ?
Jawab :
dlm Al-Mausuu’ah Al-Fiqhiyyah XXVII/317 dijelaskan :
تَأْخِيرُ صَلاَةِ الْعِشَاءِ :
ذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ – الْحَنَفِيَّةُ ،وَالْحَنَابِلَةُ ، وَهُوَ قَوْلٌ عِنْدَ الشَّافِعِيَّةِ – إِلَى أَنَّ تَأْخِيرَ الْعِشَاءِ مُسْتَحَبٌّ إِلَى ثُلُثِ اللَّيْل (1) ، قَال الزَّيْلَعِيُّ : قَدْ وَرَدَ فِي تَأْخِيرِ الْعِشَاءِ أَخْبَارٌ كَثِيرَةٌ صِحَاحٌ . وَهُوَ مَذْهَبُ أَكْثَرِ أَهْل الْعِلْمِ مِنَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ (2) ، وَمِنَ الأَْحَادِيثِ الَّتِي يَسْتَدِلُّونَ بِهَا عَلَى اسْتِحْبَابِ تَأْخِيرِ الْعِشَاءِ قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لأََمَرْتُهُمْ أَنْ يُؤَخِّرُوا الْعِشَاءَ إِلَى ثُلُثِ اللَّيْل أَوْ نِصْفِهِ
MENGAKHIRKAN SHOLAT ISYA’
Mayoritas Ulama Fuqoha (andal fiqh) yg terdiri dr kelompok Hanafiyyah, Hanabilah, & satu usulan dr Syafiiyah (pada qaul jadiid) mengakhirkan sholat isya sampai sepertiga malam hukumnya disunahkan, berkata Az-Zaila’ii banyak hadits mengambarkan perihal kesunahannya, ini adalah pendapat paling dominannya hebat ilmu dr para shahabat & tabi’iin, diantara hadits yg menunjukkannya yaitu sabda Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam riwayat Abu Hurairoh ra. : “Andaikan gue tak menghawatirkan memberi kesulitan pada umatku pasti gue perintahkan pada mereka untuk mengakhirkan sholat isya hngga sepertiga malam atau separuh malam”. (HR Turmudzi I/310-312, Ibnu Maajah I/226, Ahmad Bin Hanbal II/250, Hakim dlm mustadaroknya I/146).
وَقَيَّدَ بَعْضُ الْحَنَفِيَّةِ اسْتِحْبَابَ تَأْخِيرِ الْعِشَاءِ بِالشِّتَاءِ ، أَمَّا الصَّيْفُ فَيُنْدَبُ تَعْجِيلُهَا عِنْدَهُمْ
Kalangan Hanafiyyah memberi batas-batas kesunahan mengakhirkan sholat isya diatas pada ketika trend cuek sedang saat animo panas justru disunahkan mengawalkan sholat isya’. (Ibnu ‘Abidiin I/146).
وَذَهَبَ الْمَالِكِيَّةُ إِلَى أَنَّ الأَْفْضَل لِلْفَذِّ وَالْجَمَاعَةِ الَّتِي لاَ تُنْتَظَرُ غَيْرُهَا تَقْدِيمُ الصَّلَوَاتِ ، وَلَوْ عِشَاءً فِي أَوَّل وَقْتِهَا الْمُخْتَارِ بَعْدَ تَحَقُّقِ دُخُولِهِ
Kalangan malikiyyah menentukan yg lebih utama bagi orang yg sholat sendirian atau berjamah bersama orang-orang yg tak mampu dinanti kedatangannya mengawalkan sholat walaupun itu sholat isya sehabis percaya masuk waktunya. (Syarh alKabiir maa Hasyiyah ad-daasuqi I/180).
وَلاَ يَنْبَغِي تَأْخِيرُ الْعِشَاءِ إِلَى ثُلُثِ اللَّيْل إِلاَّ لِمَنْ يُرِيدُ تَأْخِيرَهَا لِشُغْلٍ مُهِمٍّ ، كَعَمَلِهِ فِي حِرْفَتِهِ ، أَوْ لأَِجْل عُذْرٍ ، كَمَرَضٍ وَنَحْوِهِ . لَكِنْ يُسْتَحَبُّ أَنْ يُؤَخِّرَهَا أَهْل الْمَسَاجِدِ قَلِيلاً لاِجْتِمَاعِ النَّاسِ
Dan tak diusulkan mengakhirkan sholat isya hingga sepertiga malam terakhir kecuali bagi orang yg mempunyai kesibukan penting, seperti menjalankan pekerjaannya, atau alasannya ada udzur (hambatan) mirip sakit dll. Hanya saja berdasarkan mereka (golongan malikiyyah) dianjurkan mengakhirkan sholat isya dlm tempo waktu sedikit guna menghimpun orang yg hendak jamaah. (AlFawaakih ad-Dawaany I/197).
وَأَفْضَلِيَّةُ تَقْدِيمِ الصَّلَوَاتِ لأَِوَّل وَقْتِهَا وَلَوْ عِشَاءً هُوَ – أَيْضًا – قَوْلٌ آخَرُ لِلشَّافِعِيَّةِ . قَال النَّوَوِيُّ : وَالأَْصَحُّ مِنَ الْقَوْلَيْنِ عِنْدَ أَصْحَابِنَا أَنَّ تَقْدِيمَهَا أَفْضَل ، ثُمَّ قَال : وَتَفْضِيل التَّأْخِيرِ أَقْوَى دَلِيلاً
Keutamaan menjalankan sholat di permulaan waktu walaupun sholat isya ini pula merupakan pertimbangan syafi’iyyah pada Qaul yang lain (qaul qadiim), an-Nawaawy berkata “Yang lebih utama dr dua qaul (pertimbangan syafi’i ini) menurut kelompok syafiiyah yaitu mengerjakan sholat isya di permulaan waktu hanya saja keistimewaan mengakhirkan isya memang memiliki dalil yg berpengaruh. (Mughni alMuhtaaj I/125, 126 & alMajmu li an-Nawaawy III/57). Wallahu A’lamu Bis Showaab..