Maksud dibandingkan dengan “ushalli” ialah melafadhkan niat (membaca niat) sesaat sebelum takbir. Ada orang lain yg menamai ini dgn “Talaffudh binniyyat” ya’ni mengucapkan lafadh dgn ekspresi.
Membaca ushalli itu bukanlah niat, karena niat itu terletak di dlm hati bukan di pengecap, & pula memabaca ushaali ini terdahulu sesaat daripada takbir.
Membaca ushalli itu bukanlah niat, karena niat itu terletak di dlm hati bukan di pengecap, & pula memabaca ushaali ini terdahulu sesaat daripada takbir.
Kaprikornus, tak cukup bila sembahyang hanya membaca ushalli tanpa menghadirkan niat dlm hati pada tatkala takbir.
Di dlm kitab-kitab fiqih mazhab Syafi’I keseluruhannya dibilang bahwa membaca ushalli sunnat, berguna untuk dilaksanakan
Dibawah ini beberapa uraian dlm kitab-kitab fiqih mazhab Imam Syafi;I :
1.Tersebut dlm kitab “Minhaj”, karangan Imam Nawawi Raimahullah, seorang ulama besar dlm lingkungan mazhab Imam Syafi’I, yg berpangkat dgn “Mujtahid Fatwa” :
والنية بالقلب ويندب النطق قبل التكبير
Artinya : Dan niat itu dlm hati. Sunat mengucapkannya sebelum takbir (Minhaj pada bab Sifat Sembahyang)
Jadi lafadh niat yakni “ushalli” sunat diucapkan sesaat sebelum takbir, demikian difatwakan oleh imam Nawawi Rahimahullahu.
2. Imam Ibnu Hajar al- Haitami (wafat : 974 H), pengarang kitab “Tuhfah”, yakni syarah Minhajut Thalibin, begini berkata :
وَيَنْدُبُ النُّطْقُ) بِالْمَنْوِيِّ (قُبَيْلَ التَّكْبِيرِ) لِيُسَاعِدَ اللِّسَانُ الْقَلْبَ وَخُرُوجًا مِنْ خِلَافِ مَنْ أَوْجَبَهُ وَإِنْ شَذَّ وَقِيَاسًا عَلَى مَا يَأْتِي فِي الْحَجِّ)
Artinya :” & sunat mengucapkan apa yg diniatkan, sesaat sebelum takbir, gunanya supaya mulut mampu membantu hati, pula alasannya adalah ada orang yg mewajibkannya, ddan pula dikiaskan pada apa yg terjadi dlm menjalankan haji (Tuhfatul Muhtaj, Juz II, hal. 12).
Syeikh Ibnu Hajar al Haitami, seorang ulama fiqih besar dlm lingkungan mazhab syafi’I, pengarang kitab tuhfah yg terkenal mengatakan, bahwa membaca ushalli itu sunnat hukumnya, berdasarkan :
a. Supaya bacaan itu mampu menolong hati, ya’ni bacaan itu mampu dapat menyegarkan datangnya niat kedalam hati pada tatkala membaca takbir.
b. Ada ulama yg mengatakan wajib ber ushalli itu, maka kita supaya jangan berjauhan sangat dgn usulan ulama tersebut, disunnatkan berushalli bagi kita.
c. Qiyas ya’ni dikiaskan pada ibadat haji, dimana nabi memerintahkan semoga lafadh niat itu dibaca.
b. Ada ulama yg mengatakan wajib ber ushalli itu, maka kita supaya jangan berjauhan sangat dgn usulan ulama tersebut, disunnatkan berushalli bagi kita.
c. Qiyas ya’ni dikiaskan pada ibadat haji, dimana nabi memerintahkan semoga lafadh niat itu dibaca.
3. Berkata Imam Ramli (wafat : 1004 H), pengarang kitab fiqih besar “Nihayatul Muhtaj”, begini :
وَيُنْدَبُ النُّطْقُ) بِالْمَنْوِيِّ (قُبَيْلَ التَّكْبِيرِ) لِيُسَاعِدَ اللِّسَانُ الْقَلْبَ وَلِأَنَّهُ أَبْعَدُ عَنْ الْوَسْوَاسِ وَلِلْخُرُوجِ مِنْ خِلَافِ مَنْ أَوْجَبَهُ)
Artinya :”sunat mengucapkan apa yg diniat itu (membaca ushalli) sesaat sebelum takbir, gunanya supaya pengecap mampu membantu hati, untuk menjauhkan penyakit was was & jangan terlalu jauh dr ulama yg menfatwakan wajibnya (Nihayatul Muhtaj Juz I hal 457).
Imam Ramli memperbesar satu unsure lagi untuk legalisasi pembacaan ushalli, yaitu ushalli itu dapat menjauhkan was was yg mengganggu, sehingga cepat percaya yg bahwa niat itu sungguh-sungguh sudah masuk ke dlm takbir.
4. Imam Khatib Syarbaini (wafat :997 H) mengatakan dlm Mughni Al-Muhtaj, sebuah kitab fiqih mazhab syafi’I yg terkenal, begini :
وَيُنْدَبُ النُّطْقُ) بِالْمَنْوِيِّ (قُبَيْلَ التَّكْبِيرِ) لِيُسَاعِدَ اللِّسَانُ الْقَلْبَ وَلِأَنَّهُ أَبْعَدُ عَنْ الْوَسْوَاسِ)
Artinya :”dan sunat mengucapkan apa yg diniatkan sesaat sebelum takbir, gunanya supaya bacaan itu mampu membantu menyegerakan niat ke dlm hatidan pula untuk menjauhkan dr penyakit was was (Mughni Juz I hal. 150).
Beliau ini menfatwakan juga, bahwa membaca ushalli itu sunnat hukumnya, gunanya yaitu untuk secepatnya masuk niat ke dlm hati & pula untuk menjauhkan was was.
5. Tersebut di dlm kitab fiqih “Fathul Wahab” karangan Syaikhul Islam Zakaria Al-Anshari (wafat : 926 H), begini :
Artunya :”dan sunat pula apa yg hendak diniatkan, supaya bacaan mampu membantu hati (Fathul Wahab Jilid I hal. 38).
6. Tersebut dlm kitab fiqih “Fathul Mu’in”, karangan Syaikh Zainuddin Al-Malibari, begini :
وسن نطق بمنوي قبل التكبير ليساعد اللسان القلب وخروجا من خلاف من أوجبه
Artinya :”dan sunat mengucapkan apa yg diniatkan sebelum takbir, gunanya supaya bacaan dapat menolong hati, & supaya jangan terlalu jauh daripada anutan orang yg berpendapat wajib mengucapkan ushalli (Fathul Mu’in Fasal Sifat Sembahyang).
Demikianlah 6 kutipan nash dr kitab-kitab fiqih mazhab syafi’I yg diakui oleh dunia islam kesyafi’iyahannya menetapkan bahwa membaca ushalli itu sunnat hukumnya, ada gunanya & berpahla bila dikerjakan.
Kalau kita buka kitab-kitab fiqih mazhab syafi’I yg mu’tamad, semuanya menfatwakan bahwa melafadhkan niat sesaat sebelum takbir sunnat hukumnya.
Beliau-ia itu seluruhnya ulama besar ikutan ummat, & pewaris nabi dlm segala amal & tindakannya, sehingga tak masuk nalar lagi bahwa ia-ia akan khilaf berfatwa.
Scure Artic : http://ijal-mantap.blogspot.com/2012/08/membaca-ushalli-bukanlah-sesuatu-yang.html