close

Hendak Membunuh Nabi, Pemuda Ini Malah Jatuh Hati

Kebencian itu terlihat jelas  di raut parasnya. Sebuah dendam yg mendalam dr sorot maja yg tajam. Seorang cowok yg selalu membututi & siap menyerang kapan pun. Dalam pikirannya telah dijadwalkan pembunuhan terhadap Nabi Muhammad SAW. Desah napasnya begitu membuncah.

Pemuda itu berjulukan Fadlalah bin Umair. Ia mengintai Nabi yg sedang bertawaf di Baitullah Al-Haram. Perlahan ia mendekati Rasullullah, wajahnya terlihat tak tenang dgn sorot kebencian menyembur dr matanya. Semakin dekat dgn Rasullullah membuat jantungnya berdegup kencang. Nafsu ingin menghabisi itu pun semakin mendorong jiwa Fadlalah bin Umair. Namun tatkala keduanya sudah erat, Rasullullah SAW menyapa dgn ramah sekali.

“Bukankah kamu-sekalian Fadlalah bin Umair?”

Mendengar bunyi lembut Rasullullah SAW membuat amarah di dada Fadlalah turun. Sapaan ramah Baginda Nabi membuat Fadlalah bin Umair berubah tiba-tiba.

“Benar, Ya Rasululullah,” jawab Fadlalah bin Umair singkat dgn raut muka ragu-ragu.

“Apa yg kau-sekalian bicarakan  dlm hatimu?” Rasululullah SAW memeriksa raut tampang galau Fadlalah bin Umair.

“Tidak ada, gue sedang berdzikir mengingat Allah SWT.”  jawab  Fadlalah mengelak & pula nervous.

Mendengar kata-kata fadlalah bin Umair Nabi Muhammad SAW pun tersenyum, kemudian bersabda :

“Beristigfarlah kamu-sekalian pada Allah SWT!” Sambil Baginda Nabi menjamah dada Fadlalah bin Umair. Seketika itu hati perjaka yg ingin membunuh Nabi Muhammad SAW pun hilang sekejap. Fadlalah bin Umair menjadi tenang hatinya & pedang kebencian itu hilang bersama senyum ramah Baginda Nabi Muhammad SAW.

Fadlalah bin Umair selalu mengenang peristiwa yg menjadikannya berganti. Yang akan senantiasa dikenang dlm sejarah hidupnya. Sikap ramah Baginda Rasullullah SAW & pula senyum yg menjinjing kedamaian di hati Fadlalah. Hingga Fadlalah pun berkata:

  Taujih Hikmah Pasca Perang Badar

“Demi Allah, tidaklah Baginda mengangkat tangannya di dadaku, sehingga tak ada satu pun makhluk Allah yg lebih gue cintai darinya.”

Nabi dicintai oleh umatnya alasannya adalah akal pekertinya yg baik, keluhuran, sikap santun, senantiasa bersikap baik kepada orang-orang yg ingin mendzoliminya, & senyum yg menentramkan. Akhlak mulia Rasulullah SAW yg senantiasa menjinjing kedamaian.

“Senyumanmu pada wajah saudaramu yaitu sedekah bagimu.” (HR. Tirmidji)