Hasil Hutan Bukan Kayu

gaharu

Hasil hutan bukan kayu (HHBK) merupakan sumber daya alam yg sangat melimpah di Indonesia & mempunyai prospek yg sangat baik untuk dikembangkan. Sampai dgn tahun 2004, luas hutan Indonesia seluas 120,35 juta ha. Seluas 109,9 juta ha sudah ditunjuk oleh Menteri Kehutanan sebagai kawasan hutan. Kawasan hutan tersebut terdiri atas hutan konservasi seluas 23,24 juta ha, hutan lindung seluas 29,1 juta ha, hutan buatan terbatas seluas 16,21 juta, hutan produksi seluas 27,74 juta ha & hutan bikinan yg dapat di konservasi 13,67 juta ha. Sebagai negara tropis, Indonesia merupakan negara dgn kekayaan alam hayati yg tinggi, hal ini tercermin dr keragaman jenis satwa & tumbuhan. Indonesia mempunyai 515 jenis mamalia (12% dr jenis mamalia di dunia), 515 jenis reptil (7,3% dr jenis reptil dunia), 1.531 jenis burung (17% dr jenis burung dunia), 270 jenis amphibi, 2.827 jenis invetebrata & 38.000 jenis tumbuhan. Sumber daya hutan mampu meningkatkan kemakmuran masyarakat apabila kita mampu mengolah & memanfaatkan sumber daya tersebut dengan-cara lestari.

Hasil hutan bukan kayu (HHBK) yakni hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan & budidaya kecuali kayu yg berasal dr hutan. Pengertian yang lain dr hasil hutan bukan kayu yaitu segala sesuatu yg bersifat material (bukan kayu) yg diambil dr hutan untuk dimanfaatkan bagi kegiatan ekonomi & peningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hasil hutan bukan kayu kebanyakan merupakan hasil sampingan dr sebuah pohon, misalnya getah, daun, kulit, buah atau berbentuktumbuhan-tumbuhan yg memiliki sifat khusus mirip rotan, bambu & lain-lain. Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada umumnya merupakan kegiatan tradisionil dr masyarakat yg berada di sekitar hutan, bahkan di beberapa tempat, kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu merupakan kegiatan utama sebagai sumber kehidupan masyarakat sehari-hari. Sebagai pola, pengumpulan rotan, pengumpulan aneka macam getah kayu mirip getah kayu Agathis, atau kayu Shorea & lain-lain yg disebut damar.

  Kayu Lapis Struktural

HHBK atau Non Timber Forest Product (NTFP) memiliki nilai yg sangat strategis. HHBK merupakan salah satu sumberdaya hutan yg mempunyai keunggulan komparatif & bersinggungan langsung dgn penduduk di sekeliling hutan. Kontribusi HHBK (rotan, damar, arang, getah-getahan, gaharu, dll) pada tahun 1999 tercatat sebesar US $ 8,4 juta, lalu berkembangmenjadi US $ 19,74 juta pada tahun 2002. Jumlah tersebut belum tergolong kontribusi dr hasil perdagangan flora & fauna yg tak dilindungi (PP No. 8/1999) sebesar US $ 61,3 ribu (1999) lalu meningkat menjadi US $ 3,34 juta pada tahun 2003. Hasil ini terus berkembangsejalan dgn undangan pasar yg terus meningkat dengan-cara signifikan. Sejalan dgn kemajuan IPTEK maka berbagai jenis pohon HHBK manfaatnya tak sebatas hanya satu fungsi saja tetapi multifungsi, mirip fungsi selaku bioenergi (bioethanol, biofuel, biogas) meliputi: mimba (Azadirachta indica), saga hutan (Adenanthera pavonina), mangapari (Pongemia pinnata), nyamplung/bintangur (Calophyllum sp.), kesambi (Scheleira oleosa), gatep pait (Samadera indica), jarak pagar (Jatropha curcas), kelor (Moreinga oleifera), kacang hiris (Cajanus cajan), sukun (Artocarpus altilis), aren (Arenga pinnata), sagu (Metroxylon sp.) & aneka alga mikro.

HHBK ternyata tak hanya terbatas hanya madu, rotan, damar & gaharu saja, tetapi pula termasuk hasil-hasil bikinan turunannya tergolong pula jasa lingkungan. Komoditi HHBK mampu dibagi menjadi beberapa kalangan diantaranya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kelompok hasil hutan bukan kayu

No.

Kelompok

Jenis produk

I

Resin

1.    Gondorukem

2.    Kopal

3.    Gaharu

4.    Kamedangan

5.    Shellak

6.    Jemang

7.    Damar mata kucing

8.    Kemenyan

II

Minyak atsiri

1.    Minyak cendana

2.    Minyak kayu putih

3.    Lemo

4.    Cengkeh

5.    Masohi

III

Minyak lemak

1.    Tengkawang

2.    Kemiri

3.    Jarak

4.    Nyatoh

5.    Nyamplung

6.    Kapok

7.    Kelor

8.    Mimba

9.    Ketiau

IV

Pati

1.    Sagu

2.    Aren

3.    Gadung

V

Tanin, bahan

pewarna & getah

1.    Bruguiera

2.    Pinang

3.    Gambir

4.    Segawe

5.    Soga

6.    Jernang

7.    Kunir

8.    Secang

9.    Jelutung

10. Hangkang

11. Balam

12. Gemor

VI

Buah-buhan

1.    Asam

2.    Matoa

3.    Sukun

4.    Duren

VII

Tumbuhan obat dan

tumbuhan hias

VIII

Rotan & bambu

IX

Hasil hewan

1.    Sarang burung

2.    Sutera alam

3.    Lebah madu

X

Jasa hutan

XI

Lain-lain

1.    Ijuk

2.    Pandan

3.    Ganitri

Diantara bermacam-macam komoditi HHBK tersebut terdapat beberapa komoditi yg cukup berperan sebagai komoditi andalan dgn nilai jual yg tinggi mirip gaharu, kulit gemor yg banyak ditemukan di wilayah Kalimantan Tengah & Kalimantan Selatan. Gaharu yg berasal dr pohon Aquilaria malaccensis Lamk, merupakan turunan (bentukkan kayu yg mempunyai sifat baru) yg terjadi akibat infeksi jamur (Fusarium sp., Botryodiplodia sp., Popularia sp. atau Pytium sp.). Kebutuhan ekspor gaharu semakin meningkat sampai tahun 2000, tetapi semenjak ketika itu hingga selesai tahun 2002 buatan gaharu kian menurun & hanya mencapai 45 ton/tahun. Negara tujuan ekspor gaharu antara lain Singapura, Saudi Arabia, Taiwan, Uni Emirat Arab, India, Hongkong & Jepang untuk bahan parfum, hio, dupa, obat kurap, obat kuat, obat rematik & obat sakit perut.

 

Sumber:

Baharuddin, Taskirawati I. 2009. Hasil Hutan Bukan Kayu. Makasar: Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin.

Moko H. 2008. Menggalakan Hasil Hutan Bukan Kayu Sebagai Produk Unggulan. Informasi teknis 6(2), September 2008. Balai Besar Penelitian Bioteknologi & Pemuliaan Tanaman Hutan.

Rahmina H, Sofia Y, marbyanto E, Mustofa A. 2011. Tata Cara & Prosedur Pengembangan Program Pengolahan Hutan Berbasis Masyarakat dlm kerangka UU No. 41 tahun 1999. GIZ, Departemen Kehutanan.

Sumadiwangsa S. 1998. Karakteristik Hasil Hutan Bukan Kayu. Duta Rimba 212 (23): 44-48.

Sumarna Y. 2002. Budidaya Gaharu. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.