Hamzah, Singa Allah dan Rasul-Nya (Bagian 4)

Lanjutan dr Hamzah, Singa Allah & Rasul-Nya (Bagian 3)

Saking besarnya cinta Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada pamannya Hamzah bin Abdul Muthalib Radhiyallahu Anhu, diceritakan bahwa tatkala Wahsyi sang pembunuh Hamzah masuk Islam, ia tiba menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Ketika menyaksikan Wahsyi, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, “Engkau Wahsyi?”

Ia menjawab, “Benar.”

Beliau berkata, “Engkaukah yg telah membunuh Hamzah?”

Wahsyi menjawab, “Memang benar apa yg sudah kamu-sekalian dengar.”

Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Bisakah kau-sekalian tak menampakkan wajahmu kepadaku?”

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapatkan keislamannya, memaafkannya, akan namun beliau tak bisa menatap paras orang yg sudah membunuh pamannya Hamzah bin Abdul Muthalib Radhiyallahu Anhu.

Sekarang, bayangkanlah bila ada seseorang yg membunuh orang yg paling Anda cintai, & orang yg paling bernilai bagi Anda, kemudian ia datang mendapatkan dakwah Anda, karena Anda yakni seorang da’i, peroleh Anda melalaikan air mata yg tumpah atas kepergian kerabat Anda itu?

Betapa berat beban hati yg Anda rasakan? Lalu Anda mesti memaafkan.

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam memaafkan Wahsyi yg telah membunuh Hamzah Radhiyallahu Anhu saat ia masuk Islam.

Akan tetapi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tetap mempunyai watak insan, sehingga ia berkata, “Jangan hingga gue melihatmu.” Wahsyi pun senantiasa bersembunyi dr pandangan mata ia

Di antara karamah besar yg diperoleh oleh Hamzah, & pula oleh sejumlah shahabat yang lain yaitu bahwa bertahun-tahun yg lalu ada banjir yg melanda kuburan para syuhada Uhud, sehingga menciptakan sebagian kubur terbuka.

  Bulan Terbelah di Tangan Rasulullah

Salah seorang ulama Arab Saudi bernama Syaikh Mahmud Ash-Shawwaf Rahimahullah berkata bahwa ia termasuk di antara tokoh ulama besar yg diundang untuk menguburkan kembali jasad para shahabat yg gugur selaku syuhada Uhud

Syaikh Mahmud berkata, “Aku termasuk di antara yg ikut menguburkan kembali para shahabat. Sungguh jasad mereka tetap seperti sedia kala, tak berganti, tak membusuk, & tak terurai.

Diantara yg ikut gue kuburkan adalah jasad Hamzah bin Abdul Muththalib Radhiyallahu Anhu, dan ia memiliki tubuh yg besar.”

Jika ditanyakan, bagaimana Syaikh Mahmud mampu mengenalnya? Syaikh Mahmud mengenalnya alasannya hidung & kedua indera pendengaran jasad itu terpotong, perutnya terbelah, & tangannya terletak di atas perutnya.

Syaikh Muhammad Ash-Shawwaf melanjutkan ceritanya, “Ketika kami menggerakkannya & mengangkat tangannya, darahnya mengalir & segera merebak aroma minyak kesturi.”

Subhanallah, Mahasuci Allah. Ini terjadi seribu empat ratus tahun sesudah ajal Hamzah Radhiyallahu Anhu.

Kita mohon pada Allah semoga kita diberi kehidupan sebagaimana kehidupan orang-orang yg berbahagia, & maut sebagaimana ajal para syuhada. Semoga kita bisa bersama-sama dgn para Nabi di darul baka kelak. Aamiin.

Demikian disarikan dr Uzhama’ min Ahlil Bait karya Sayyid Hasan Al-Husaini.

[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]