Disini Pontianak hanya akan ditemui oleh orang Tionghoa Khek dan Tiochu, masing – masing mempunyai dialek yang berlainan, dan tata cara ekonomi budaya yang sedikit jauh berbeda perkembangannya pada betawi di Jakarta.
Kalau di Jakarta, mereka hidup berdasarkan sistem pertokoan, pecinaan, dan yang lain yang memang berasal dari barang jualan yang mereka terapkan dari ekonomi politik kota di Jakarta. Ketika hal ini dibahas mengenai ke Tionghoaan dan Pribumi, maka orang akan bermigrasi dimana – mana tergolong di Timor – Timur untuk membangun tata cara ekonomi masyarakat dalam suatu Negara.
Hal ini menjelaskan bahwa aneka macam hal terkait dengan sistem budaya di masyarakat akan lekat pada kebudayaan setempat yang mempunyai pengaruh pada budaya manusia. Tetapi lupa dengan persoalan pertentangan sosial yang patut diketahui menurut tata cara agama yang diterapkan hingga saat ini.
Ketika hal ini penting dalam memetakan karakteristik manusia, kehidupan sosial, ekonomi dan spritualitas yang di rencanakan dan penyimpangan kepada adab dan adat orang tua maka lekat dengan adanya perlawan dalam sistem ekonomi yang ada di Pontianak – Jakarta.
Maka, dengan demikian aneka macam hal terkait dilema insan hendak dipahami dari sejarah abad lalu mereka di masyarakat, berdasarkan drama kehidupan sosial, kaum pribumi disini. Berbagai perguruan tinggi tinggi pekerjaan dan yang lain hendak dimengerti dengan adanya moralitas mereka terhadap tata cara ekonomi yang di bangkit berdasarkan usaha kelas sosial dan budaya.
Hendak dimengerti dengan adanya problem kehidupan budaya mereka di penduduk menurut aturan hak asasi insan dan adat moralitas sosial mereka di penduduk . Ketika membicarakan berbagai hal terkait tata cara aturan maka akan lekat pada kebudayaan lokal di penduduk yang berada pada kehidupan sosial yang berlawanan pula.
Membangun ekonomi politik akan terlihat pada kebudayaan setempat di penduduk , tanpa mempunyai pendidikan yang tinggal 1990an yang berada pada masalah sosial dan manusia, yang kerabkali menjadi baik, dalam melihat pekerjaan, dan identitas orang tua mereka sebelumnya, di Pontianak. Serta politik selama birokrasi pada masa Orde Baru utamanya masyarakat Tionghoa dan Dayak di Kalimantan Barat.
Hal ini menjelaskan adanya campur tangan berbagai hal terkait ketionghoaan, serta pekerjaan masing – masing marga Tionghoa di Pontianak kepada berbagai bidang ekonomi dan rumah tangga serta agama. Penjelasan hal ini dapat dimengerti sejak pada tahun 1999 – 2002 sehabis reformasi yang terjadi di Jakarta dan Timor – Timur.
Penyimpangan wawasan utamanya kesehatan terjadi akan berada pada keadaan manusia dan budaya berada pada kehidupan sosial politik di masyarakat dengan adanya persoalan pendidikan yang diterapkan sebelumnya (oleh nenek moyang), dan aneka macam hal terkait pergeseran sosial manusianya, sampai kelakuan mereka dalam bidang ekonomi dan pendidikan, dan kelas pekerja di Pontianak – Jakarta.
Keuletan orang Tionghoa pada metode jual beli terjadi dengan baik, dan bahkan banyak sekali budaya termasuk pribumi yang tidak senang akan kemajuaan wawasan dan ekonomi akan terlihat dengan pengejaran berdasarkan asimilasi budaya dan seksualitas Batak – Tionghoa.
Dengan budaya malu mereka selama hidup di banyak sekali wilayah di Indonesia dan orang tuanya Sihombing sebagai perompak kapal pada kala kolonial, hasil perdagangan Tionghoa di Pontianak dan bersembunyi dibalik profesi dokter, selaku makan orang hasil dari psikologis kurun lalu kehidupan sosial budaya.
Pada tahun 2020 selama covid19 terjadi kuliner terlihat tutup di pinggiran kota Pontianak, dan ada yang ganti plang dagangan, yang berada pada aspek kehidupan ekonomi sosial penduduk Tionghoa dan pribumi.