Haditsul Ifki, Berita Bohong Tentang Aisyah (4)

Tulisan ini ialah lanjutan dr Haditsul Ifki, Berita Bohong Tentang Aisyah (3) yg merupakan pecahan tamat dr kisah ini.

Aisyah melanjutkan,

“Kemudian gue pindah & berbaring di kawasan tidurku. Demi Allah, pada saat itu gue yakin diriku bersih & Allah akan memperlihatkan kebersihanku. Tetapi, sungguh gue tak menduga bahwa akan diturunkan wahyu yg akan selalu dibaca (hingga hari kiamat) perihal persoalanku.

Aku merasa persoalanku terlalu remeh untuk dibicarakan oleh Allah Azza wa Jalla dgn menurunkan wahyu yg akan senantiasa dibaca (hingga hari akhir zaman). Yang gue harapkan, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam akan melihat lewat mimpi bahwa Allah membersihkan diriku dr tuduhan-tuduhan itu.“

Ia melanjutkan, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam belum lagi meninggalkan daerah duduknya & tak seorang pun dr isi rumah ada yg keluar, Allah Ta’ala pun menurunkan wahyu pada Nabi-Nya.

Tampak Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam merasa kepayahan mirip biasanya bila ia mendapatkan wahyu, hingga bertetesan keringat ia bagaikan mutiara yg berkilauan, sebab beratnya firman yg diturunkan pada beliau.

Ketika keadaan yg demikian telah hilang dr Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam (wahyu telah selesai turun), maka sambil tersenyum perkataan yg pertama kali dia ucapkan ialah,

“Bergembiralah, wahai Aisyah, bahwasanya Allah sudah membersihkan dirimu dr semua tuduhan.”

Lalu ibuku berkata kepadaku, “Bangkitlah! Sambutlah dia!”

Aku menjawab, “Demi Allah, gue tak akan berdiri menyambut dia. Aku hanya akan memuji syukur pada Allah Ta’ala. Dialah yg sudah menurunkan ayat Alqur‘an yg menyatakan kebersihanku.“

Aisyah mengatakan, “Allah Ta’ala menurunkan ayat, “Sesungguhnya orang-orang yg membawa informasi bohong itu adalah dr kelompok ananda (juga)…” hingga sepuluh ayat berikutnya, (QS. An-Nur: 11).

Allah menurunkan ayat-ayat tersebut yg menyatakan kebersihanku. Abu Bakar yg semula senantiasa memberikan nafkah pada Misthah karena korelasi & kemiskinannya, pada saat itu menyampaikan,

“Demi Allah, gue tak akan lagi memperlihatkan nafkah kepadanya sedikit pun selamanya, setelah apa yg ia katakan terhadap Aisyah.”

Maka sebagai teguran atas ucapannya itu, Allah menurunkan ayat yg berikutnya, “Dan janganlah orang-orang yg memiliki keunggulan & kelapangan di antara ananda bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (dukungan) pada kerabat(nya)…” hingga pada firman-Nya, “Apakah ananda tak suka bahwa Allah mengampunimu?”

(Hibban bin Musa berkata, Abdullah bin Mubarak berkata, “Ini yakni ayat yg paling gue harapkan dlm Kitabullah.”)

Maka berkatalah Abu Bakar, “Demi Allah, tentu saja gue sangat mengharapkan jikalau Allah mengampuniku.”

Selanjutnya ia (Abu Bakar) kembali menunjukkan nafkah pada Misthah seperti sediakala & berkata, “Aku tak akan berhenti memberikannya nafkah untuk selamanya.”

Aisyah meneruskan, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bertanya pada Zainab binti Jahsy, istri Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang persoalanku,

“Apa yg ananda ketahui? Dan apa pendapatmu?”

Zainab menjawab, “Wahai Rasulullah, gue selalu mempertahankan pendengaran & penglihatanku (dari hal-hal yg tak layak). Demi Allah, yg kuketahui hanyalah kebaikan.”

Aisyah berkata, “Padahal, dialah yg menyaingi kecantikanku dr para istri Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Allah menganugerahinya dgn perilaku wara‘ (menjauhkan diri dr maksiat & perkara yg meragukan), lalu mulailah saudara perempuannya, yaitu Hamnah binti Jahsy, memeranginya dgn rasa fanatik (yakni ikut berbagi apa yg dikatakan oleh pembuat kisah bohong). Maka celakalah ia bareng orang-orang yg celaka.”

Az-Zuhri berkata, “Inilah isu yg hingga pada kami wacana mereka.” [Abu Syafiq/Wargamasyarakat]

  Ali dan Tugas Mulia di Malam Hijrah (Bagian 2)