Haditsul Ifki, Berita Bohong Tentang Aisyah

Kebaikan & kejahatan sudah ada sejak masa dulu, entah itu masa kenabian, kekhalifahan, atau pun masa setelahnya. Di setiap masa yg penuh kebaikan, pasti ada kejahatan. Sebaliknya, di masa yg dipenuhi kejahatan, niscaya pula ada kebaikan.

Salah satu kejahatan yg pernah terjadi di masa kenabian adalah berita bohong yg disebarkan oleh gembong munafik wacana Ummul Mukminin (ibunda orang-orang yg beriman). Isu yg tersebar di kala itu membuat guncang kota Madinah. Betapa tidak, ada kaum muslimin yg terpengaruh dengannya.

Hingga, risikonya Allah menurunkan ayat ihwal pembebasan Aisyah dr gosip bohong itu.

Kisah selengkapnya disebutkan oleh Imam Al-Bukhari & Muslim dlm kitab Shahih. Mari kita simak bersama.

Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud telah mengabarkan hadits Aisyah istri Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, tatkala ia berkata kepadanya; para pendusta sudah menuduhnya; lalu Allah membebaskannya dr semua tuduhan itu, setiap perawi itu memberitahukan kepadaku sebagian haditsnya, sebagian mereka lebih memahami haditsnya dibandingkan dengan sebagian yang lain & lebih sempurna menceritakan kisah dlm hadits itu.

Sungguh gue telah mengetahui setiap hadits yg telah mereka beritahukan kepadaku, sebagian hadits mereka membenarkan atas sebagian lainnya, mereka menyebutkan, bahwa Aisyah istri Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata,

“Apabila Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hendak keluar dlm sebuah perjalanan selalu mengadakan undian di antara para istri dia & siapa di antara mereka yg keluar undiannya, maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam akan berangkat bersamanya.”

Aisyah berkata, “Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengundi di antara kami untuk menentukan siapa yg akan ikut dlm salah satu peperangan, & ternyata keluarlah undianku sehingga gue pun berangkat bareng Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Peristiwa itu terjadi sehabis diturunkan ayat hijab Al-Ahzab ayat 53, di mana gue dibawa dlm sekedup & ditempatkan di sana selama perjalanan kami.

  Mengapa Rasulullah Saw Tolak Makan Malam dari Abu Ayyub?

Pada sebuah malam tatkala Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam selesai berperang kemudian pulang & kami telah mendekati Madinah, ia memberikan kode untuk berangkat.

Aku pun segera bangun setelah mendengar mereka mengumumkan keberangkatan kemudian berlangsung sampai jauh meninggalkan pasukan prajurit.

Seusai melakukan hajat, gue hendak pribadi menghampiri unta tungganganku tetapi dikala gue meraba dada, ternyata kalungku yg yang dibuat dr mutiara Zhafar putus. Aku pun kembali untuk mencari kalungku sehingga tertahan alasannya pencarian itu.

Sementara itu, orang-orang yg bertugas membawaku mereka telah mengangkat sekedup itu & meletakkannya ke atas punggung untaku yg biasa gue tunggangi karena mereka menerka gue telah berada di dalamnya.”

Aisyah menambahkan, “Kaum wanita pada waktu itu memang berbadan ringan & langsing tak banyak ditutupi daging sebab mereka hanya mengkomsumsi masakan dlm jumlah sedikit sehingga orang-orang itu tak mencicipi beratnya sekedup tatkala mereka mengangkatnya ke atas unta.

Apalagi tatkala itu gue anak perempuan yg masih belia. Mereka pun secepatnya menggerakkan unta itu & berangkat. Aku baru mendapatkan kalung itu sehabis pasukan prajurit berlalu. Kemudian gue mendatangi tempat perberhentian mereka, tetapi tak ada seorang pun di sana.

Lalu gue menuju ke tempat yg semula dgn impian mereka akan merasa kehilangan & kembali menjemputku. Tatkala gue sedang duduk di tempatku rasa kantuk mengalahkanku sehingga gue pun tertidur.

Ternyata ada Shafwan bin Mu’aththal As-Sulami -Az-Dzakwani- yg berhenti dr perjalanan pada tamat malam untuk istirahat alasannya adalah baru berangkat pada malam hari & keesokan paginya ia sampai di tempatku.

Dia menyaksikan bayangan hitam seperti seorang yg sedang tidur lalu ia mendatangi & pribadi mengenali tatkala melihatku sebab ia pernah melihatku sebelum diwajibkannya hijab. Aku terbangun oleh ucapannya, “Inna Lillaahi Wa Inna Ilaihi Raji’uun” pada dikala ia mengenaliku.

  Sakaratul Maut Rasulullah dan Kematiannya yang Membuat Umar “Hilang”

Aku segera menutupi wajahku dgn kerudung. Dan demi Allah, ia sama sekali tak mengajakku bicara sepatah kata pun & gue pun tak mendengar satu kata pun darinya selain ucapannya, “inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.”

Kemudian ia menderumkan untanya & memijak kakinya, sehingga gue dapat menaikinya. Dan ia pun berangkat sambil menuntun unta yg gue tunggangi hingga kami mampu menyusul pasukan yg sedang berteduh di tengah hari yg sangat panas.

Maka celakalah orang-orang yg telah menuduhku di mana yg terbesar berperan merupakan Abdullah bin Ubay bin Salul. [Abu Syafiq/Wargamasyarakat]

Bersambung…