Hadits Arbain Nawawi ke-16: Jangan Marah

Berikut ini hadits Arbain Nawawi ke-16, klarifikasi & fiqih atau kandungan haditsnya. Matan-nya singkat, “Jangan murka.” Namun kadungannya sangat luas & keuntungannya sangat banyak.

Arbain Nawawi (الأربعين النووية) yakni kumpulan hadits pilihan yg disusun oleh Imam An Nawawi rahimahullah. Jumlahnya hanya 42 hadits, tetapi mengandung pokok-pokok fatwa Islam.

Arbain Nawawi ke-16 & Terjemah

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – أَوْصِنِى . قَالَ  لاَ تَغْضَبْ  . فَرَدَّدَ مِرَارًا ، قَالَ  لاَ تَغْضَبْ

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, seorang pria berkata pada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Berilah gue hikmah.” Beliau menjawab: “Jangan marah.” Beliau mengulanginya beberapa kali, “Jangan marah.” (HR. Bukhari)

jangan marah

Penjelasan Hadits

Imam Bukhari meriwayatkan hadits ini dr Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Shahabat yg paling banyak meriwayatkan hadits, berkat mulazamah-nya bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Hadits ini pula termasuk jawami’ul kalim, singkat padat & mengandung banyak pelajaran berharga. Ia menjelaskan larangan marah. Dan dlm larangan ini terkandung kebaikan dunia & akhirat.

Kata rajul (رجل)  artinya yakni seorang pria. Sebagian ulama menyampaikan bahwa pria dlm hadits ini yaitu Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu. Sebagaimana riwayat Imam Thabrani:

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ، قَالَ: لا تَغْضَبْ، وَلَكَ الْجَنَّةُ

Abu Darda’ berkata, gue mengajukan pertanyaan: “Wahai Rasulullah, tunjukilah gue sebuah amal yg memasukkan gue ke nirwana.” Rasulullah menjawab, “Jangan murka, bagimu nirwana.” (HR. Thabrani)

Ada pula yg mengatakan bahwa pria tersebut yaitu Jariyah Ibnu Qudamah radhiyallahu ‘anhu. Sebagaimana riwayat Imam Ahmad:

عَنْ جَارِيَةِ بْنُ قُدَامَةَ السَّعْدِىُّ أَنَّهُ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِى قَوْلاً يَنْفَعُنِى وَأَقْلِلْ عَلَىَّ لَعَلِّى أَعِيهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-  لاَ تَغْضَبْ . فَأَعَادَ عَلَيْهِ حَتَّى أَعَادَ عَلَيْهِ مِرَاراً كُلُّ ذَلِكَ يَقُولُ  لاَ تَغْضَبْ

Dari Jariyah bin Qudamah As Sa’di bahwa ia bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku satu perkataan yg berfaedah & persingkatlah untukku supaya gue bisa memahaminya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jangan marah.” Ia mengulangi pertanyaan tersebut berulang-ulang & setiap pertanyaan dijawab oleh Rasulullah, “Jangan marah.” (HR. Ahmad)

Siapa pun pria itu, larangan marah ini sungguh penting sehingga Rasulullah menasihatkan pada banyak shahabat. Dan tentu saja, hikmah ini pula berlaku untuk seluruh umatnya.

Ghadhab (غضب) artinya murka. Ibnu Qudamah menjelaskan, murka adalah darah di dlm hati yg mendidih karena mencari pelampiasan. Marah membuat darah hatinya mendidih lalu menyebar ke seluruh nadi & naik ke seluruh badan sebagaimana naiknya air yg mendidih.

Sedangkan berdasarkan Aidh Al Qarni, marah yakni mendidihnya darah dlm hati  untuk menuntut balas atau balasan terhalangnya seseorang dr meraih tujuan & harapan.

Baca juga: Ayat Kursi

Kandungan Hadits & Pelajaran Penting

Hadits ini mengandung banyak pelajaran penting. Mulai dr hal paling mendasar dr etika seorang seorang, yakni pengelolaan emosi. Berikut ini beberapa poin utama yg bisa kita ambil dr hadits yg singkat ini:

1. Rindu pada Surga

Sabda Rasulullah “la taghdlob” umumnya didahului dgn pertanyaan atau usul para sahabat yg ingin masuk surga.

يَا رَسُولَ اللَّهِ، دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ

 “Wahai Rasulullah, tunjukilah gue suatu amal yg memasukkan gue ke surga.”

Pada hadits 16 Arbain Nawawi ini, sobat minta pesan yang tersirat. Aushinii (أوصني) yg artinya, nasihatilah aku. Seorang muslim itu suka minta pesan tersirat. Nasihat yg bermanfaat di dunia & akhirat. Nasihat yg memasukkan ke dlm surga.

Demikian pula akan kita dapati banyak obrolan shahabat dgn Rasulullah dlm hadits-hadits yang lain yg memperlihatkan betapa para shahabat sungguh merindukan nirwana.

Kerinduan pada nirwana ini kemudian menciptakan para sobat Nabi selalu berorientasi mendapatkannya. Dengan menanyakan pada Rasulullah amal-amal yg bisa memasukkan ke nirwana kemudian dgn bersegera mereka mengamalkannya.

Semoga kita pula mempunyai kerinduan yg sama. Sebab dunia ini sementara. Hidup di dunia ini sebentar saja. Sedangkan alam baka yg kekal abadi selamanya, di sana cuma ada dua tempat kembali; nirwana & neraka.

2. Akhlak Seorang Muslim

Hadits ini memperlihatkan budbahasa mendasar seorang muslim. Pengelolaan emosi yg baik akan menjaga dirinya dr banyak keburukan & menghadirkan banyak kebaikan. Dan itu terangkum dlm sabda Rasulullah, “Jangan murka.”

Abu Muhammad Abdullah Ibnu Zaid, seorang ulama besar madzhab Maliki di Maroko menyampaikan, “Siklus kebaikan terletak pada empat hadits. Pertama, Barangsiapa beriman pada Allah & hari final hendaklah berkata yg baik atau diam. Kedua, Di antara tanda sempurnanya akidah seseorang ialah meninggalkan perkara yg tak menghadirkan faedah bagi baginya. Ketiga, Jangan murka. Keempat, Tidak tepat keyakinan seseorang sampai ia menyayangi saudaranya seperti menyayangi dirinya sendiri.”

Sabar & menahan marah pula merupakan abjad orang yg bertaqwa. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ . الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Dan bersegeralah ananda pada ampunan dr Tuhanmu & pada surga yg luasnya seluas langit & bumi yg disediakan untuk orang-orang yg bertakwa, (yaitu) orang-orang yg menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, & orang-orang yg menahan amarahnya & memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yg berbuat kebajikan. (QS. Ali Imran: 133-134)

3. Marah Menghimpun Seluruh Keburukan

Dalam hadits ini, Rasulullah mengulang-ulang sabda “jangan murka.” Menunjukkan betapa pentingnya larangan murka. Di antaranya lantaran murka yakni seluruh kejelekan.

Dalam hadits yg diriwayatkan Imam Ahmad, pria yg mendapat nasihat “jangan murka” itu kesannya mengerti bahwa kemarahan menghimpun seluruh keburukan.

عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَوْصِنِى. قَالَ « لاَ تَغْضَبْ ». قَالَ قَالَ الرَّجُلُ فَفَكَّرْتُ حِينَ قَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- مَا قَالَ فَإِذَا الْغَضَبُ يَجْمَعُ الشَّرَّ كُلَّهُ

Dari Humaid bin Abdurrahman, dr seorang laki-laki shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ia menyampaikan, ada seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasulullah, berilah gue pesan tersirat.” Rasulullah bersabda, “Jangan marah.” Laki-laki itu kemudian mengatakan, “Maka gue mempertimbangkan apa yg Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sabdakan & mengerti bahwa kemarahan menghimpun seluruh kejelekan.” (HR. Ahmad)

Betapa banyaknya keburukan yg terjadi akhir seseorang tak bisa menahan murka. Kata-kata yg tak terkontrol hingga langkah-langkah di luar kendali & keputusan tanpa pikir panjang yg kesannya disesali.

Saat marah, suami & istri mengeluarkan kata-kata yg tak terkontrol hingga menciptakan rumah tangga awut-awutan. Bahkan kadang berujung kata cerai & perpisahan. Bukan hanya mereka berdua yg rugi, bawah umur pula menderita menjadi korban.

Ketika murka, orangtua bisa berbuat di luar kendali. Selain kata-kata yg menciptakan anak takut, kerap kali ayah yg marah main tangan pada anak. Buah hati yg mestinya disayangi justru disakiti. Anak yg mestinya mendapat kasih sayang justru menjadi target kekerasan. Anak pun tumbuh dgn luka inner child dan mengalami amputasi kecerdasan.

Apalagi pemimpin yg suka marah. Keputusannya yg tanpa pikir panjang dikala murka akan berakibat jelek pada orang-orang yg dipimpinnya bahkan pada pihak ketiga yg menjadi stake holder kepemimpinannya. Semakin tinggi level kepemimpinan, makin luas efek buruk akhir kemarahannya.

Pemimpin perusahaan yg murka kemudian mengambil keputusan tanpa pikir panjang, ia bisa menghancurkan perusahaan yg ia pimpin. Kepala tempat yg mengambil keputusan dlm keadaan murka, ia bisa menghancurkan masa depan wilayahnya. Apalagi kepala negara. Bukankah tidak sedikit perang antar negara yg tercipta akhir kemarahan?

4. Sabar Menghimpun Seluruh Kebaikan

Kemarahan menghimpun seluruh keburukan. Kebalikannya, sabar mengumpulkan seluruh kebaikan.

Seseorang yg tabah & tak marah, ia akan menerima kebahagiaan & ketenangan. Maka kata-katanya pun terkontrol, tindakannya terkendali, keputusannya pula matang.

Orang yg tabah & menjauhi kemarahan, ia akan dicintai Allah kemudian dicintai sesama manusia.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّهُ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَاذَا يُبَاعِدُنِى مِنْ غَضِبِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ لاَ تَغْضَبْ

Dari Abdullah bin Amr, ia berkata pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Apa yg bisa menjauhkanku dr kemurkaan Allah Azza wa Jalla?” Rasulullah bersabda, “Jangan marah.” (HR. Ahmad)

Sabar & tak marah pula merupakan kekuatan yg bekerjsama. Sebagaimana sabda Rasulullah:

لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

Orang yg berpengaruh bukanlah orang yg akil bergulat. Sesungguhnya orang yg besar lengan berkuasa adalah orang yg bisa menguasai dirinya tatkala murka. (HR. Ahmad)

5. Mengendalikan Marah Kunci Masuk Surga

Rasulullah mengulang-ulang nasihat “jangan marah” memperlihatkan pentingnya sabar & mengelola emosi dgn baik. Yang paling membahagiakan yakni hadits “jangan murka” yg diriwayatkan Abu Darda’. Sebab sabar & tak murka merupakan kunci surga.

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ، قَالَ: لا تَغْضَبْ، وَلَكَ الْجَنَّةُ

Abu Darda’ berkata, gue bertanya: “Wahai Rasulullah, tunjukilah gue sebuah amal yg memasukkan gue ke nirwana.” Rasulullah menjawab, “Jangan murka, bagimu nirwana.” (HR. Thabrani)

“Empat hal yg siapapun bisa melakukannya, pasti Allah akan menjaganya dr setan & dijauhkan dr neraka,” kata Hasan Al Bashri. “Yaitu orang yg mampu menguasai dirinya tatkala menginginkan sesuatu, merasa cemas, tatkala syahwatnya bergejolak & tatkala murka.”

Keistimewaan lainnya bagi orang-orang yg sabar & tak marah, terutama ketika ia bisa membalas, Allah menyediakan hadiah istimewa baginya di surga. Yakni bidadari Istimewa.

مَنْ كَظَمَ غَيْظًا – وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ – دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنَ الْحُورِ مَا شَاءَ

Barangsiapa yg menahan murka, padahal  ia mampu melampiaskannya, kelak pada hari kiamat Allah Azza wa jalla memanggilnya di hadapan seluruh makhluk hingga menawarkan opsi kepadanya, bidadari mana yg ia kehendaki. (HR. Thabrani; hasan)

6. Kiat Mengatasi Marah

Dalam hadits ini Rasulullah menasihatkan “jangan marah.” Bagaimana kiat menanggulangi marah? Jawabannya ada pada hadits-hadits lain & klarifikasi para ulama. Antara lain:

  • Menghilangkan atau menghemat penyebab marah
  • Mengingat efek & bahaya murka
  • Mengingat keistimewaan mengatur murka
  • Membaca ta’awudz
  • Mengubah posisi. Jika sedang bangun, maka duduklah. Jika duduk masih marah, berbaringlah.
  • Menghentikan bicara, membisu.
  • Berwudhu

7. Marah lantaran Mencari Keridhaan Allah

Syaikh Musthafa Dieb Al Bugha menerangkan bahwa marah yg dihentikan dlm hadits ini ialah murka karena dendam & bukan untuk membela agama Allah. Sedangkan marah lantaran mencari keridhaan Allah & membela agama-Nya tak dilarang. Bahkan pada perkara tertentu menjadi wajib.

Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan:

وَمَا انْتَقَمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِنَفْسِهِ إِلَّا أَنْ تُنْتَهَكَ حُرْمَةُ اللَّهِ، فَيَنْتَقِمَ لِلَّهِ بِهَا

Tidaklah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membalas atau menghukum lantaran dirinya (disakiti) sedikit pun, kecuali apabila kehormatan Allah dilukai. Beliau menghukum dgn sebab itu karena Allah azza wa jalla. (HR. Bukhari & Muslim)

Demikian pula, beliau bisa marah bila melihat atau mendengar apa yg dimurkai Allah. Beliau tak membiarkan kejahatan, kemungkaran atau keburukan terjadi.

عَنْ أَبِى مَسْعُودٍ الأَنْصَارِىِّ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ إِنِّى لأَتَأَخَّرُ عَنْ صَلاَةِ الصُّبْحِ مِنْ أَجْلِ فُلاَنٍ مِمَّا يُطِيلُ بِنَا. فَمَا رَأَيْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- غَضِبَ فِى مَوْعِظَةٍ قَطُّ أَشَدَّ مِمَّا غَضِبَ يَوْمَئِذٍ فَقَالَ « يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ مِنْكُمْ مُنَفِّرِينَ فَأَيُّكُمْ أَمَّ النَّاسَ فَلْيُوجِزْ فَإِنَّ مِنْ وَرَائِهِ الْكَبِيرَ وَالضَّعِيفَ وَذَا الْحَاجَةِ

Dari Abu Mas’ud Al Anshari, ia berkata, seorang pria menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata, “Sesungguhnya gue memperlambat shalat Shubuh disebabkan oleh Si Fulan (imam shalat) yg memanjangkan shalat dgn kami.”

Maka tidaklah gue melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam murka dlm menawarkan hikmah yg lebih ahli dr kemarahan beliau pada hari itu. Lantas beliau bersabda, “Wahai manusia, bahu-membahu di antara ananda itu ada orang-orang yg membuat manusia lari (dari agama)! Siapa saja di antara ananda yg mengimami orang banyak, maka hendaklah ia meringkaskan.  Karena sebenarnya di belakangnya, ada orang yg sudah bau tanah, orang yg lemah, & orang yg mempunyai keperluan.” (HR. Muslim)

Suatu hari Abu Dzar Al Ghifari radhiyallahu ‘anhu pernah bertikai dgn Bilal radhiyallahu ‘anhu. Lalu Abu Dzar mencibir Bilal dgn menyebut “anak budak hitam.” Mengetahui itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam marah lantas bersabda:

يَا أَبَا ذَرٍّ أَعَيَّرْتَهُ بِأُمِّهِ إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ

Wahai Abu Dzar, apakah ananda menghina ibunya? Sesungguhnya dlm dirimu masih ada sifat jahiliyah. (HR. Bukhari)

Lalu Abu Dzar segera minta maaf pada Bilal. Ia letakkan kepalanya di tanah, minta Bilal menginjaknya. Bilal tidak ingin, ia telah memaafkan Abu Dzar. [Muchlisin BK/Wargamasyarakat]

  Detik-Detik Mengharukan Jelang Eksekusi Mati Pangeran Turki