Sungguh beruntung menjadi seorang muslim. Semua ibadahnya memiliki keutamaan. Bahkan seluruh tindakan baiknya mendatangkan pahala. Hadits Arbain Nawawi 23 menjelaskan hakikat tindakan insan tersebut.
Arbain Nawawi (الأربعين النووية) adalah kitab Imam An Nawawi rahimahullah yang menyusun kumpulan hadits opsi. Jumlahnya hanya 42 hadits, tetapi di dalamnya terkandung pokok-pokok anutan Islam.
Daftar Isi
Arbain Nawawi ke-23 & Artinya
عَنْ أَبِى مَالِكٍ الْحَارِثِ بْنِ عَاصِمٍ الْأَشْعَرِىِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلأُ الْمِيزَانَ. وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلآنِ – أَوْ تَمْلأُ – مَا بَيْنَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَالصَّلاَةُ نُورٌ وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا
Dari Abu Malik Al Harits bin ‘Ashim Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bersuci itu potongan dr dogma. Ucapan Alhamdulillah memperberat timbangan (kebaikan). Ucapan Subhanallah & Alhamdulillah menyanggupi ruangan antara langit & bumi. Shalat yakni cahaya. Sedekah adalah bukti positif. Sabar ialah pelita. Dan Al-Qur’an adalah hujjah yg membela atau menuntutmu. Semua orang berusaha. Ia pertaruhkan dirinya. Maka ada yg untung & ada yg merugi. (HR. Muslim)
Penjelasan Hadits
Imam Muslim meriwayatkan hadits ini dr Abu Malik Al Harits radhiyallahu ‘anhu. Shahabat yg nama aslinya adalah Ka’ab bin Ashim ini berasal dr kabilah Asy’ar, suku populer di Yaman, sehingga di belakangnya tersemat Al Asy’ari.
Abu Malik Al Harits meriwayatkan 27 hadits dr Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Termasuk hadits mimbar cahaya orang yg saling menyayangi alasannya adalah dogma. Beliau wafat pada masa pemerintahan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu sesudah terkena wabah (tha’un).
Selain Imam Muslim dlm Shahih, Imam Ahmad pula meriwayatkan hadits ini dlm Musnad-nya & Imam Ad Darimi meriwayatkan dlm Sunan-nya.
Kata ath thuhur (الطهور) artinya adalah bersuci. Yakni menyucikan diri dr hadats serta menyucikan diri, busana, & kawasan dr najis. Betapa pentingnya ath thuhur sehingga nyaris semua kitab fiqih mengawali dgn pembahasan thaharah. Ada pula yg mengartikan ath thuhur sebagai wudhu.
Syathru (شطر) artinya setengah atau sebagian. Maka bagi yg selama ini menyukai maqalah an nadhafatu minal iktikad, kalau ingin mengetengahkan hadits perihal pentingnya mempertahankan kebersihan, ath tahuru syathrul akidah inilah hadits shahih.
Al Mizan (الميزان) dlm hadits ini tujuannya adalah segi timbangan amal kebaikan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ
Dan adapun orang-orang yg berat timbangan (kebaikan)nya, maka ia berada dlm kehidupan yg memuaskan. (QS. Al Qari’ah: 6-7)
Nur (نور) artinya ialah cahaya. Syaikh Mushtafa Dieb Al Bugha dlm Al Wafi menerangkan, Ash Shalatu nuurun (الصلاة نور) tujuannya shalat mampu membimbing pada perbuatan-perbuatan baik yg lain.
Burhan (برهان) artinya bukti nyata. Yaitu bukti yg menunjukkan benar tidaknya keimanan. Sedekah menjadi salah satu bukti aktual keimanan. Di antara bukti keimanan seseorang adalah suka bersedekah.
Dliyaa’un (ضياء) artinya cahaya terang. Ash Shabru dliyaa’un (الصبر ضياء) maksudnya dgn ketabahan, seseorang lebih terbimbing dlm kebenaran & gampang lewat kesulitan.
Yaghdzuu (يغذو) artinya berangkat di pagi hari. Dari arti ini timbul makna berusaha atau bergegas berbuat.
Baai’un nafsah (بائع نفسه) artinya memasarkan dirinya. Bisa bermakna positif yaitu memasarkan diri pada Allah dgn mentaati perintah-Nya & menjauhi larangan-Nya. Bisa pula bermakna negatif yaitu menjual diri pada syetan & hawa nafsu dgn bergelimang kekufuran & kemaksiatan.
Mu’tiquha (معتقاه) artinya adalah membebaskannya. Yaitu membebaskannya dr kehinaan di dunia & kesengsaraan di alam baka. Sedangkan muubiquha (موبقها) artinya yaitu membinasakannya. Yaitu membinasakan diri sendiri dgn siksa di akhirat nanti.
Kandungan Hadits & Pelajaran Penting
Hadits ini mengandung banyak pelajaran penting. Mulai dr keutamaan-keistimewaan amal hingga konsekuensi atas amal perbuatan. Berikut ini beberapa poin utama yg bisa kita ambil dr hadits ke-23 Arbain Nawawi ini:
1. Bersuci Setengah dr Iman
Rasulullah mensabdakan salah satu keutamaan thaharah:
الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ
Bersuci itu setengah dr dogma
Ada tiga penafsiran terkait hadits ini. Pertama, thaharah yakni setengah dr kepercayaan. Iman membersihkan jiwa dr kotoran-kotoran maknawi mirip syirik & nifak. Sedangkan thaharah membersihkan badan dr kotoran-kotoran konkret.
Iman menghapus dosa-dosa besar & dosa-dosa kecil di masa kemudian. Sedangkan thaharah, khususnya wudhu, menghapus dosa kecil. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ خَرَجَتْ خَطَايَاهُ مِنْ جَسَدِهِ حَتَّى تَخْرُجَ مِنْ تَحْتِ أَظْفَارِهِ
Barangsiapa berwudhu & menyempurnakan wudhunya, maka dosa-dosanya akan keluar dr badannya, hingga-hingga keluar dr bawah kuku-kukunya. (HR. Muslim)
Kedua, thaharah adalah setengah dr shalat. Sebab thaharah yaitu syarat sah shalat. Sedangkan syarat sebuah perbuatan merupakan setengah dr tindakan tersebut. Juga ada ayat yg menyebut shalat sebagai akidah. Yakni firman-Nya:
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ
Allah tak akan menyia-nyiakan imanmu (shalatmu ke Baitul Maqdis). (QS. Al Baqarah: 143)
Ketiga, membersihkan hati adalah setengah dr dogma. Sebagaimana penjelasan Imam Ghazali yg menafsirkan thuhur pada hadits ini selaku bersihnya hati dr segala dendam, hasad, & penyakit hati yang lain.
Ketiga penafsiran ini bekerjsama tak saling bertentangan. Setengah dr dogma bukan mempunyai arti betul-betul separuhnya tetapi mampu sebagiannya, sebagaimana klarifikasi Imam An Nawawi dlm Syarh Shahih Muslim. Setengah dr shalat pula merupakan sebagian dr iktikad. Dan thaharah tidaklah cukup membersihkan badan dr hadats & najis melainkan pula harus membersihkan hati dr penyakit-penyakit hati.
2. Keutamaan Dzikir
Hadits Arbain Nawawi 23 ini pula memperlihatkan keutamaan dzikir dgn membaca kalimat-kalimat thayyibah. Khususnya ucapan tasbih & hamdalah.
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلأُ الْمِيزَانَ
Ucapan Alhamdulillah memperberat timbangan (kebaikan).
Di akhirat nanti, ketika yaumul mizan, amal insan akan ditimbang. Siapa yg berat timbangan kebaikannya, ia akan masuk surga. Sebaliknya, siapa yg ringan timbangan kebaikannya (kalah oleh amal keburukan), ia akan masuk neraka. Sebagaimana tafsir Surat Al Qariah.
Ucapan alhamdulillah memperberat timbangan kebaikan tersebut. Bahkan bila diawali dgn ucapan tasbih, keduanya akan menyanggupi langit & bumi.
وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلآنِ – أَوْ تَمْلأُ – مَا بَيْنَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ
Ucapan Subhanallah & Alhamdulillah memenuhi ruangan antara langit & bumi.
Maka perbanyaklah berdzikir dgn membaca kalimat thayyibah mirip tasbih & hamdalah. Selain mendapatkan ketenangan hati di dunia, kita akan menerima pahala besar & keistimewaan agung di akhirat kelak.
3. Shalat yakni Cahaya
Dalam hadits Arbain Nawawi nomor 23 ini, Rasulullah pula menyebut salah satu keistimewaan shalat.
وَالصَّلاَةُ نُورٌ
Shalat adalah cahaya.
Shalat merupakan tiang agama. Rukun Islam yg menjadi pembeda antara mukmin dgn orang kafir. Salah satu keutamaannya, shalat adalah cahaya. Syaikh Musthafa Dieb Al Bugha menerangkan, maksudnya yakni cahaya batin yg menerangi jalan hidayah & kebenaran. Maka ia pun lebih terbimbing sehingga terhalang dr kemaksiatan & kemungkaran.
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
Dirikanlah shalat. Sesungguhnya sholat itu menangkal dr yg keji & munkar… (QS. Al Ankabut: 45)
Sedangkan di darul baka nanti, shalat akan bermetamorfosis menjadi cahaya di parasnya. Apalagi mereka yg tak hanya shalat lima waktu tetapi pula mendawamkan shalat sunnah utamanya sholat tahajud.
4. Sedekah ialah Bukti Keimanan
Shalat & sedekah merupakan satu paket ibadah. Yang satu eksklusif pada Allah, yg kedua melalui derma pada sesama manusia. Yang satu dgn penghambaan diri, yg kedua dgn mengembangkan materi. Dalam Al-Qur’an, aneka macam ayat yg merangkai shalat dgn zakat. Dan zakat merupakan sedekah wajib.
Rasulullah menyebutkan salah satu keutamaan sedekah dlm hadits ke-23 Arbain Nawawi ini.
وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ
Sedekah yaitu bukti kasatmata.
Yakni bukti faktual atas keimanan. Sebagaimana sedekah sendiri berasal dr kata kata shadaqa (صدق) yg artinya benar. Orang yg gemar berzakat ialah orang yg benar akreditasi imannya.
Kita pun melihat, aksara orang yg betul-betul beriman di antaranya yaitu menginfakkan sebagian hartanya.
الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
(yakni) orang-orang yg mendirikan shalat & yg menafkahkan sebagian dr rezeki yg Kami berikan pada mereka. (QS. Al Anfal: 3)
5. Sabar yakni Pelita
Berikutnya, Rasulullah pula mensabdakan salah satu keutamaan tabah.
وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ
Sabar yakni pelita.
Dliyaa’un (ضياء) ialah cahaya terang yg umumya berasal dr benda yg panas. Misalnya matahari atau pelita. Sedangkan bulan tak tergolong dliya’.
Kesabaran yaitu dliya’ alasannya di samping sulit untuk diwujudkan, ia pula akan membawa pada keterbimbingan dlm kebenaran & gampang melalui kesulitan. Tidaklah seseorang bisa berada dlm ketaatan & menjauhi kemaksiatan kecuali dgn ketabahan. Demikian pula, tidaklah seseorang mampu melewati bencana alam dgn baik kecuali dgn keteguhan.
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ . الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Dan sangat akan Kami berikan cobaan kepadamu, dgn sedikit ketakutan, kelaparan, kelemahan harta, jiwa & buah-buahan. Dan berikanlah isu bangga pada orang-orang yg sabar. (yakni) orang-orang yg apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.” (QS. Al Baqarah: 155-156)
Bahkan, dgn tabah, seseorang akan mendapatkan kebersamaan Allah (ma’iyatullah) & pahala tanpa batas.
6. Al-Qur’an adalah Hujjah
Berikutnya, Rasulullah mensabdakan Al-Qur’an yaitu hujjah.
وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ
Dan Al-Qur’an yaitu hujjah yg membela atau menuntutmu.
Hujjah adalah argumentasi. Hujjah ada dua yakni hujjatul laka (hujjah bagimu) yakni yg membelamu) & hujjatun ‘alaika (hujjah bagimu) yaitu yg menuntutmu.
Ketika kita mengakibatkan Al-Qur’an sebagai isyarat & pedoman, mengamalkan isinya, maka Al-Qur’an akan membela kita di hadapan pengadilan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun kalau kita menyimpang dr Al-Qur’an apalagi mendustakannya, Al-Qur’an akan menuntut kita di darul baka kelak.
7. Perbuatan yg Memerdekakan Diri
Rasulullah kemudian menutup sabdanya pada hadits Arbain Nawawi 23 ini dgn menerangkan hakikat perbuatan insan. Bahwa meskipun semua manusia berusaha dlm kehidupannya, namun ada usaha & tindakan yg memerdekakan & ada yg membinasakan diri.
كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا
Semua orang berupaya. Ia pertaruhkan dirinya. Maka ada yg untung & ada yg merugi.
Ada manusia yg mengisi pagi hingga malamnya dlm ketaatan. Amal-amal itulah yg akan membebaskannya dr kehinaan di dunia & kesengsaraan di akhirat. Di antaranya adalah amal-amal yg keutamaannya telah Rasulullah jelaskan. Yakni bersuci, berdzikir, shalat, sedekah, sabar, & menyebabkan Al-Qur’an sebagai pedoman.
8. Perbuatan yg Membinasakan Diri
Kebalikannya, muubiquha (موبقها) yaitu membinasakan diri. Yaitu membinasakan diri sendiri dgn siksa di akhirat nanti. Ini ialah tindakan-tindakan yg berkebalikan dr poin sebelumnya. Kedurhakaan, enggan bersuci, gegabah, meninggalkan shalat, bakhil, suka marah, hingga mendustakan Al-Qur’an.
Imam An Nawawi menerangkan kepingan final hadits ini dgn singkat & padat.
كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا
“Maknanya yakni setiap orang berusaha sendiri-sendiri. Oleh sebab itu, di antara mereka ada yg menjual (mengabdikan) dirinya pada Allah dgn menaati-Nya sehingga ia pun dibebaskan-Nya dr azab neraka. Sebaliknya, di antara mereka ada yg menjual (mengabdikan) dirinya pada setan & hawa nafsu sehingga ia pun akan dibinasakan,” tulis Imam An Nawawi dlm Syarh Shahih Muslim.
Semoga kita semua mampu mengamalkan hadits ke-23 Arbain Nawawi ini. Sehingga kita istiqamah dlm ibadah, mendapatkan fadhilahnya, serta tersadar dlm amal yg memerdekakan diri dr kehinaan dunia & siksa neraka. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Wargamasyarakat]