close

Guru Besar Kopertiswilayah Xi Kalimantan Dpk Pada Stkip

MENGENANG PROF.DR.H.HADARI NAWAI
Oleh: HAMID DARMADI
Guru Besar Kopertis Wilayah XI Kalimantan DPK Pada STKIP-PGRI Pontianak
Tulisan mengingat Prof.DR.H.Hadari Nawawi ini saya buat dalam dua bagian ialah; bagian pertama mengenang Prof.DR.H.Hadari Nawawi sebagai acuan pola dan wangsit pendidikan dan bagianj yang kedua mengingat Prof.DR.H.Hadari Nawawi selaku ilmuan dan pendidik sejati.
A.   Mengenang Prof.DR.H.Hadari Nawawi Sebagai Contoh Teladan dan Inspirasi Pendidikan
Saya mulai mengenal Prof.DR.H.Hadari Nawawi tahun 1975. Ketika itu dia menjadi Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Barat. Beliau punya kebijakan untuk mengambil putra/putri lulusan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dari 6 daerah Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Barat saat itu, adalah: dari Kota Pontianak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sambas, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang dan Kabupaten Ketapang masing-masing dua orang lulusan setiap Kabupaten/Kota, untuk diposisikan (di tugaskan di Kota Pontianak). Lulusan SPG Kabupaten Kapuas Hulu tergabung dalam lulusan SPG Kabupaten Sintang, sehingga lulusan SPG Kabupaten Kapuas Hulu diwakili oleh lulusan SPG Kabupaten Sintang.
Ketika itu ada pengangkatan guru Inpres yang bermaksud untuk mengisi kekurangan guru Sekolah Dasar di seluruh wilayah Indonesia mirip Inpres Nomor 10 Tahun 1973 dan Inpres Nomor 6 Tahun 1974 dan sejumlah nomor Inpres yang lain. Saya tergabung dalam pengangkatan guru Inpres Nomor 6 Tahun 1974 mewakili Kabupaten Sintang yang ditugaskan di Kota Pontianak untuk di tempatkan pada Sekolah Dasar Negeri Nomor (SDN) 67 Kota Pontianak Barat.
Sebagai Guru Sekolah Dasar yang diposisikan di Kota Pontianak kami diwajibkan oleh dia (Prof.DR.H.Hadari Nawawi) untuk mengikuti pendidikan lanjutan atau kuliah. Sejumlah mitra kami yang berjumlah 12 orang tersebut pribadi melanjutkan pendidikannya di FIP  Untan Pontianak, karena pada waktu itu FIP masih berada dalam kondisi transisi (FIP-IKIP Bandung Cabang Pontianak) yang akan secepatnya bergabung dalam FKIP Untan, sementara aku dan beberapa rekan lainnya, menunda mengikuti kuliah pada tahun berikutnya. Sebagai putra kawasan yang gres menginjakkan kaki ke kota Pontianak, aku sangat merasa ajaib, dan merasa kurang “pede”, sehingga tahun pertama datang ke Kota Pontianak aku belum masuk kuliah. Namun berkat arahan dan motivasi beliau yang sungguh humanistis maka pada tahun kedua berada di Kota Pontianak, saya merasa terdorong untuk bangun membereskan diri, mengisi segala kekurangan dan mengejar ketertinggalan melalui bangku kuliah sesuai dengan kode ia saya mengambil jurusan : Administrasi Pendidikan (AP)  
Kesan pertama yang aku rasakan sungguh mendalam terhadap dia ialah dimana dikala itu aku mendaftar menjadi calon mahasiswa Untan Pontianak ditolak oleh Panitia sebab tidak menyertakan “Buku Raport” disamping persayaratan yang lain yang diperlukan untuk masuk sebuah akademi tinggi. Sementara “Buku Rapor” kami (aku) tidak dibagikan saat mendapatkan Ijazah kelulusan SPG Negeri Sintang tahun 1974. Harapan saya” pupus” dan resah. Untuk mengambil “Buku Rapor” ke Sintang hampir tidak mungkin, alasannya eksis jalan Pontianak- Sintang dan Sintang-Pontianak dikala itu cuma menggunakan jalan air atau menumpang motor air (motor bandung) atau motor jualan (belum ada motor tambang) waktu itu, yang mengkonsumsi waktu tidak kurang dari 5 sampai 7 hari sekali jalan, pulang-pergi mempunyai arti butuh waktu 10 sampai 14 hari hari itupun kalau motor tumpangan ada, sebab motor air yang mampu ditumpang tidak banyak seperti sekarang ini, disisi lain motor jualan yang mampu ditumpang juga sungguh sedikit. Transfortasi darat tidak ada/belum  seperti sekarang ini. Sungguh memprihatinkan jalannya.  
Saya gundah mempertimbangkan langkah apa yang semestinya mampu saya tempuh agar buku “Raport” yang belum dibagikan itu dapat segera didapat Dalam keadaan seperti itu saya teringat dia (Prof.DR.H.Hadari Nawawi) waktu itu Drs.Hadari Nawawi Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Barat yang menugaskan kami di Kota Pontianak untuk mengajar di Sekolah Dasar Negeri Inpres yang tersebar pada empat kecamatan di Kota Pontianak saat itu. Saya mendatangi beliau (Prof.DR.H.Hadari Nawawi) untuk menceritakan keadaan yang saya alami. Oleh dia saya diberi nota untuk diserahkan terhadap Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Untan Potianak. Dengan berbekal nota tersebut kembali saya menghadap Panitia PMB Untan. Oleh Panitia PMB saya diterima, dan “Buku Raport” aku yang tinggal di Sintang diperbolehkan diserahkan menyusul. Alangkah gembiranya hati aku, dan besar hati pada kepedulian ia pada perjuangan hidup aku. Kenangan ini terpatri berpengaruh dalam lubuk hati sanubari saya yang paling dalam hingga saat ini, bahkan selama hidup aku tak terlupakan.
Perkuliahan waktu itu dijalankan dengan sistim tahunan, tidak dengan sistem semester (SKS) mirip sekarang ini, sehingga waktu tempuh/kuliah mengkonsumsi waktu usang (5 sampai 7 tahun) satu tahun satu tingkat, mungkin lebih dari itu. Mahasiswa yang boleh melanjutkan ke tingkat IV adalah setelah yang bersangkutan lulus ujian Sarjana Muda (BA). Selama perkuliahan  khususnya setelah sarjana muda, aku tergabung dalam kelompok belajar bersama bapak Drs.Syarif Saleh keponakan dia. Kami tergabung dalam satu kalangan mencar ilmu yang mengambil kawasan belajar di rumah dia. Hal ini  lebih menambah lagi keakraban saya dengan ia. Karena itu sebelum belajar golongan dimulai atau setelah mencar ilmu kelompok berakhir, aku sering diminta beliau untu “mengurut”  atau jadi tukang urut dia. Saya gembira mampu melakukan sesuatu yang bagus buat ia. Beliau sering bercerita tentang suka dukanya dan sejarah usaha hidupnya dari sekolah pendidikan guru, menjadi staf pengajar di IKIP Bandung, menjadi Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Barat, kemudian mendirikan STKIP-PGRI Pontianak, sampai menjadi Rektor Untan Pontianak Sungguh fantastis pengalaman dia.
Ketika menjabat selaku Rektor Untan, dia menyerahkan jabatannya selaku Dekan Koordinator STKIP PGRI Pontianak (istiliah waktu itu) terhadap bapak HM. ALI., SH. Pada periode kepemimpinan bapak HM. ALI., SH inilah saya selesai studi S1 dari FKIP Untan Pontianak, tepatnya tanggal, 7 Mei 1984. Waktu itu aku masih menjadi guru SD Negeri 67 Pontianak. Seminggu setelah cobaan saya menerima nasehat dari dia untuk  membantu pada bagian staf akademik STKIP-PGRI Pontianak disamping bertugas sebagai dosen luar bisa, alasannya belum ada pengangkatan dosen PNS yang dipekerja pada Perguruan Tinggi Swasta saat itu.  Betapa senangnya hati saya mendapat tugas tambahan dari ia, disamping sebagai guru Sekolah Dasar saya juga diperintahkan beliau sebagai tenaga pengajar pada STKIP-PGRI Pontianak. Ini kali keduanya aku menerima kepedulian dari dia yang sangat besar. Terukir selaku tinta emas dalam perjalanan hidup saya yang kelam.
Sesungguhnya aku telah mulai mengapdi di STKIP-PGRI Pontianak semenjak aku berada di tingkat IV dan tingkat V tahun 1982 s/d 1983. Ketika itu aku dekat sekali dengan Syarif Saleh.BA (sekarang Drs.Syarif Saleh) keponakan dia, Syarif Saleh.BA ketika itu menjabat selaku Pembantu Dekan Koordinator Tiga bidang kemahasiswaan. Kami tergabung dalam satu kelompok mencar ilmu, sehingga senantiasa bahu-membahu memecahan duduk perkara dan kesusahan belajar golongan. Keakraban kami ini dimanfaatkan ia untuk menenteng Kami (saya) mengawas setiap cobaan simpulan tahun pelajaran pada STKIP-PGRI Pontianak. Saya senang membantu Drs.Syarif Saleh, kebersamaan dan keakraban kami tak ubahnya seperti bersaudara. Drs.Syarif Saleh sungguh berkompetensi dan pandai sekali berorganisasi, ia (Drs.Syarif Saleh) banyak membantu saya mengenalkan forum STKIP-PGRI yang relative masih muda usia berdirinya saat itu. Beliau juga  banyak memotivasi aku untuk terus memacu diri mengembangkan kesanggupan lewat belajar dan berorganisasi.
Setahun kemudian sehabis aku bertugas selaku staf dan dosen di STKIP-PGRI Pontianak disamping masih berstatus sebagai guru Sekolah Dasar, tepatnya bulan Maret 1985, aku terinspirasi oleh Drs.Asrori (kini Prof.DR.H.Asrori.M.Pd) yang melamar dan diterima menjadi dosen FKIP Untan. Saya juga ingin melamar menjadi dosen FKIP Untan untuk mencoba merubah nasib dari guru Sekolah Dasar menjadi dosen. Tetapi ketika ia tahu saya melamar di FKIP-Untan Pontianak dia menasehati dan mengingatkan aku supaya menjadi dosen tetap STKIP-PGRI Pontianak saja. Beliau berjanji untuk memperjuangkan kami (aku) menjadi dosen tetap STKIP-PGRI-Pontianak. Beliau menugaskan saya untuk mencari mitra-kawan untuk disarankan menjadi dosen PNSD yang dipekerjakan pada STKIP-PGRI Pontianak. Saya berupaya melakukan tugas yang dia berikan walaupun hati aku masih ragu alasannya niat aku ingin menjadi dosen FKIP-Untan Pontianak. Atas kode ia orang yang pertama saya hubungi adalah ibu Dra.Hj.Urai Titin Hiswari (kini Dra.H.Urai Titin Hiswari.M.Si) disusul kedua bapak Drs.Marhaki (kini almarhum) kemudian almarhum Drs.Marhaki mengajak bapak Drs.Zuldafrial (sekarang Drs.Drs.Zuldafrial.M.Si) yang kebetulan waktu itu Drs.Zuldafrial sebagai Staf ia pada Dinas Pendidikan Provinsi Kalbar. Selanjutnya disusul dengan bapak Drs.Siswoyo (sekarang Drs.H.Siswoyo.M.Pd) yang telah lebih dulu mengajar selaku dosen hebat di STKIP-PGRI Pontianak sejak 1983, juga bersedia meninggalkan jabatannya sebagai guru STM Negeri 1 (sekarang SMKN 1) meskipun ia telah berpangkat III.b dan kurun kerja usang rela meninggalkan STM  untuk menjadi dosen PNSD di STKIP-PGRI Pontianak dengan abad kerja nol tahun kembali. Saya yakin kami hanya segelintir orang yang ditolong/dibantu beliau, artinya masih banyak kami-kami yang beliau bantu dalam usaha hidupnya mencapai kesuksesan.
Kamilah yang pertama kali diangkat menjadi dosen tetap PNSD dipekerjakan pada STKIP-PGRI Pontianak tahun 1986 oleh Kopertis Wilayah II Palembang saat itu.  Sekarang STKIP-PGRI Pontianak masuk dalam jajaran Kopertis wilayah XI Kalimantan yang berkedudukan di Banjarmasin. Periode selanjutnya tepatnya tahun 1987 abad kepemimpinan bapak H.M.ALI AS.,SH direkrut kembali orang opsi ia lewat bapak Drs.H.Syarif Said Alkadrie (Pembantu Ketua I, waktu itu merangkap selaku Ketua AMPI Kalbar, kini mantan Anggota DPRRI). Mereka ialah bapak Drs.Samion AR (kini Prof.DR.H.Samion H.AR.M.PD) Ketua  STKIP-PGRI Pontianak dan Dra.Sulha (Sekarang Dra.Hj.Sulha,M.Si Sebagai Pembantu Ketua II)
Sebagai guru SDN Inpres Nomor 6 Tahun 1974 yang telah mengajar dengan masa kerja kurang lebih 10 tahun sejak tahun 1975 di Sekolah Dasar Negeri 67 Pontianak hingga tahun 1985 dengan pangkat dan Golongan III.b,  saya ragu untuk mampu menjadi dosen STKIP-PGRI, terlebih untuk menjadi dosen mesti mengulang kurun kerja nol tahun kembali. Sungguh saya ragu, alasannya masa itu calan mahasiswa yang masuk STKIP-PGRI tidak pernah lebih dari 100 orang dari emempat Jurusan yang ada waktu itu yaitu : Jurusan Administrasi Pendidikan (AP), Bimbingan dan Konseling (BK), Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan Matematika.   Tetapi berkat motivasi yang tinggi dan kepiawaian ia menyelenggarakan pendekatan, saya menjadi percaya dan terus maju sekalipun mesti mengulang periode kerja nol tahun kembali. Beliau selalu menekankan prinsip hidup ekonomis, terus berkarya, mulai dari yang sekecil apapun untuk meraih sesuatu besar demikian ia berucap.Prinsip ia yang tak pernah terlalaikan salah satunya yakni “sehari sehelai benang setahun sehelai kain” Prinsip beliau ini masih saya rasakan menggema dalam lubuk hati sanubari yang paling dalam. Itulah yang membuat aku tidak sangsi lagi melepaskan jabatan aku sebagai guru SD sekalipun harus kehilangan era kerja lebih kurang 10 tahun. Sebab dibalik itu saya percaya dengan menjadi dosen aku dapat memburu ketertinggalan saya dalam segala hal.Hipotesa ini terbukti dan menjadi realita tanggal 15 Septembar 2006 saya dilanting menjadi guru besar STKIP-PGRI Pontianak. Semua ini tidak lepas dari motivasi bisikan-bisikan beliau yang selalu aku amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kalau dulu aku merasa ragu menjadi dosen STKIP-PGRI Pontianak, Sekarang saya besar hati, alasannya adalah berkat menjadi dosen STKIP-PGRI Pontianak saya mampu memajukan derajat hidup saya sperti sekarang ini serta bisa mengajar di STKIP-PGRI Pontianak yang dikala ini mempunyai mahasiswa tidak kurang dari empat belas ribu orang.
Tidak mampu dipungkiri bahwa keberhasilan kami diangkat menjadi dosen tetap PNSD pada STKIP-PGRI Pontianak adalah tidak lepas dari kegigihan bapak Drs.H.Syarif Said Alkadrie (mantan anggota DPRRI)  yang banyak punyal “andil”  dalam memperjuangkan kami menjadi dosen tetap PNSD STKIP-PGRI Pontianak. Prof.DR.H.Hadari Nawawi pada waktu telah menjabat Rektor UntanPontianak. Beliau bersikeras berusaha semoga STKIP–PGRI Pontianak secepatnya memiliki dosen tetap PNSD.Sungguh luar biasa perjuangan beliau-dia ini tanpa pamrih, tanpa harap balas jasa, tanpa pilih kasih, layak untuk ditiru dan diteladani.
Delapan tahun sudah berlalu, sempurna tahun 1992 dia senantiasa mengingatkan saya setiap kali ketemu semoga terus mengembangkan kemampuan diri dengan terus mencar ilmu, dan mengambil pendidikan S2 bila ada kesempatan demikian ungkap ia. Sungguh saya “salut”  sekalipun tidak lagi menjabat selaku Dekan Koordinator di STKIP-PGRI (perumpamaan Ketua pada waktu itu) beliau masih tetap menyadarkan saya untuk terus berguru dan menimba ilmu. Atas dasar itu pula saya mencari gosip untuk masuk pendidikan S2 yang pada waktu itu dipandang sangat “sacral” sekali. Saya mencari dan terus mencari informasi, balasannya mampu bahwa IKIP-Malang (kini Universitas Negeri Malang) mendapatkan kandidat mahasiswa S2. Dan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta Juga mendapatkan kandidat mahasiswa S2. Saya mengikuti tes kedua-duanya ternyata juga kedua-duanya lulus. Hanya di UGM lulus tanpa “Beasiswa”  sedangkan di IKIP-Malang lulus dengam “Beasiswa”  (TMPD perumpamaan waktu itu). Tertarik dengan mendapat TMPD aku pilih di IKIP Malang, saya mulai berguru di IKIP-Malang 20 Agustus 1992 dan tamat S2 16 Januari 1995. Setelah simpulan S2 saya kembali mengabdi di STKIP-PGRI Pontianak. Setelah mengabdi/mengajar kembali di STKIP-PGRI Pontianak, tahun 1995 sampai dengan tahun 1999  aku kembali melanjutkan pendidikan S3 di IKIP Bandung (sekarang Universitas Pendidikan Indonesia) dan selesai 25 April  2003.
Tali silaturahmi antara aku dan dia tidak pernah putus sekalipun ia telah berdomisili  di Jakarta, apalagi menjelang hari besar keagamaan dia selalu menelpon aku dia kurang suka dengan SMS, kalau di SMS pasti segera menjawab dengan menelpon pribadi. Ketika Promosi guru besar aku tanggal 15 September 2006, aku tidak mampu  menghadirkan ia mengikuti prosesi acara pelantikan aku sebagai guru besar alasannya adalah kondisi ekonomi saya yang waktu sangat lemah. Saya sangat murung, sampai-sampai aku harus menangis tak terkendali ketika memberikan orarasi ilmiah pidato pengakuan guru besar aku. Tambahan lagi orangtua aku (ayah aku) gres meninggal setahun saat aku dilantik menjadi guru besar. Ibu aku telah usang meninggal  ketika saya kelas I SMP di Sintang. Semua orang yang aku sayangi dan aku cintai, baik secara fisik maupun secara ilmuan tidak bisa hadir dikala aku dikokohkan menjadi guru besar di STKIP-PGRI Pontianak. Suatu penyesalan dan ingatan yang amat menyakitkan bagi aku selama hidup di dunia ini. Itulah yang terjadi waktu itu apa hendak dikata. Sebulan sesudah Promosi Guru Besar aku, beliau tiba ke Pontianak mengajar S2 Pasaca Sarjana Magister Hukum (MH) Untan. Beliau sungguh gembira atas keberhasilan saya dapat mencapai gelar doctor dan terlebih mengenali saya telah dikokohkan menjadi Guru Besar STKIP-PGRI Pontianak Perguruan Tinggi yang beliau sendiri “lahirkan” (dirikan). Hal itu terlihat sekali diraut tampang ia saat mendapatkan teks pidato pengukuhan guru besar yang saya berikan. Dengan gesit beliau berpesan biar selalu menjaga nama almamater dan kesehatan 
Keberhasilan dan karier ia sebagai putra Kalbar yang brilian Sejak 1965-1969 dosen pada IKIP Bandung Cabang Pontianak. Tahun 1969-1991 dosen dan guru besar pada FKIP-Universitas Tanjungpura Pontianak. Guru Besar kepala UPBJJ-Universitas Terbuka Pontianak (1991). Dosen dan guru besar UT di Jakarta (1995). Selama 31 tahun bertugas di Pontianak menjadi dosen dan guru besar tidak tetap di Fakultas Tarbiyah Pontianak (1965-1996), pendiri STKIP-PGRI Pontianak dan Singkawang (1980-1996). Memiliki Konsentrasi bidang Psikologi, Manajemen/ Administrasi Pendidikan, dan Metode Penelitian. Serta sejak 1994 aktif mengajar pada acara MM di banyak sekali akademi tinggi, dengan konsentrasi bidang asuh Manajemen SDM dan Perencanaan SDM dan penunjang Metodologi Penelitian dan Andragogy. Pengalaman kepemimpinan/administrasi beliau diperoleh dari jabatan di Perguruan Tinggi sebagai Ketua Jurusan, Pembantu Dekan, Dekan di lingkungan FKIP-IKIP Pontianak, FKIP-Universitas Tanjungpura dan Ketua STKIP-Pontianak, Rektor Universitas Tanjungpura selama 2 kurun (1982-1991) dan diakhiri selaku Kepala UPBJJ-UT Pontianak (1991-1996), saya pikir yakni merupakan eksistensi kasatmata bahwa ia adalah “seorang ilmuan dan pendidik sejati” yang layak disebut sebagai satria pendidikan
Juni tahun 2010 dikala mendengar info aku sakit jantung, dia  eksklusif menelpon  aku semoga segera berobat (operasi) di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta alasannya adalah dia pernah operasi jantung disitu katanya. Setelah nasehat dia itu aku sering bolak balik Pontianak-Jakarta Jakarta-Pontianak untuk berobat jantung. Beliau senantiasa mengecek keberadaan aku. Akhirnya 24 Juli 2010 jantung aku dipasang 5 sten (balon) oleh DR.Dr.Fuad di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta. Beliau tidak putus-putusnya menghubungi/mengevaluasi eksistensi aku saat kurang lebih 2 minggu aku berada di rumah sakit. Saya merasa terhibur oleh suara beliau yang khas, terlebih ditempat yang jauh secara geografis antara Jakarta-Pontianak tidak ada keluarga dan kerabat bersahabat yang mendatangi aku, kecuali kerabat-saudara kandung yang mendampingi saya operasi. Suara dia, kepedulian beliau memonitor kondisi aku saat sakit  merupakan obat mujarab dan kehormatan tersendiri bagi aku untuk berdiri dan sembuh kembali.
Keadaan aku membaik, dia terus memonitor walaupun saya telah pulang ke Pontianak. Oleh Dokter saya diwajibkan untuk periksa “Chek Up” Jantung secara terpola minimal 2 bulan sekali di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta. Kegiatan ini aku laku berulang-ulang sampai ketika ini. Pada suatu hari Selasa 21 Februari 2012 sungguh aku terkejut seperti gelegar petir disiang hari mendengar isu beliau “sudah tiada” dalam hati aku meronta dan menenagis meneteskan air mata. Hal ini semakin membuat aku bertambah duka alasannya dimana dikala sepekan lagi saya akan ke Jakarta untuk berkonsultasi “Chek Up” Jantung di rumah sakit Jantung Harapan Kita Jakartan sesuai yang dia sarankan kepada saya dan aku merencanakan sekalian akan ketemu beliau, terdengar kabar bahwa beliau telah berpulang ke “rah matullah” diundang menghadap Sang Pencipta. Semakin Jantung aku terasa sakit menahan gejolak jiwa dan perasaan murung yang tak terkendali, aku terpana, nafas sesak, tubuh tak berdaya, semangatku lemah gemulai, jiwaku meronta-meronta menangis terus meneteskan air mata, pikiranku terbang tak pasti arah mengingat jasa baik dan didikan yang sudah ia tanamkan dalam diri saya semenjak tahun 1974 hingga ia (Prof.DR.H.Hadari Nawawi) wafat 21 Februari 2012 di RSPAD Gatot Subroto pada jam 15.00wib, supaya Arwah ia di terima di sisi-NYA. Alamat Rumah: Gudang Peluru Timur III J No 236, RT 5/3 Kebon Baru Tebet Jakarta, merupakan wujud konkret bahwa dia yakni seseorang tokoh pendidik dan ilmuan yang hidupnya bersahaja.
Jujur saya katakan ; Sebagai lulusan SPG Negeri Sintang mampu bertugas mengajar selaku guru Sekolah Dasar Inpres Nomor 6 Tahun  1974 ke Kota Pontianak alasannya kebijakkan ia, aku mampu masuk kuliah  juga alasannya kebijakkan dia, saya pertama kali menjadi staf dan dosen di STKIP-PGRI Pontianak tanggal 11 Mei 1984 juga karena nota ia, saya bisa sperti kini ini juga tidak lepas dari motivasi dan pandangan baru dari dia yang senantiasa menanamkan hidup irit dan berdisplin kapanpun dan dimanapun kita berada. Pendek kata semua usaha hidup aku tidak lepas dari kebijakkan dan sepak terjang beliau sebagai tokoh pendidik di Kalimantan Barat ini.  


Inilah ingatan elok dan panjang dari dia dalam membentuk kepribadian dan huruf saya hingga saya mampu jadi sperti kini ini. Kenangan ini akan tetap terus terukir dan tertanam dalam hati sanubari saya yang paling dalam dan tidak pernah terlalaikan selama hayat dikandung badan. Selamat jalan ayahku, selamat jalan guruku, tiada intan permata, tiada emas mutiara yang dapat nandamu persembahkan selaku balas kecerdikan dan jasa, hanyalah tangis dan Do’a ku selalu menyertai kepergianmu menghadap Sang Pencipta. Semoga Arwah guruku, ayahndaku di terima di segi-NYA. Amin
B.   Mengenang Prof.DR.H.Hadari Nawawi Sebagai Ilmuan dan Pendidik Sejati
Prof. Dr. H. Hadari Nawawi adalah Guru Besar Utama pada Universitas Terbuka Jakarta. Lahir di Kab. Sambas Kalimantan Barat, pada 18 Januari 1942. Meraih gelar Doktor dalam bidang Manajemen Pendidikan dari IKIP Jakarta pada tahun 1980. Beliau memulai karier selaku pendidik sejak masih menjadi mahasiswa di Bandung (1962-1965). Sejak 1965-1969 dosen pada IKIP Bandung Cabang Pontianak. Tahun 1969-1991 dosen dan guru besar pada FKIP-Universitas Tanjungpura Pontianak. Guru Besar Kepala UPBJJ-Universitas Terbuka Pontianak (1991). Dosen/guru besar UT di Jakarta (1995).  Selama 31 tahun bertugas di Pontianak menjadi dosen dan guru besar tidak tetap di Fakultas Tarbiyah Pontianak (1965-1996), Pendiri STKIP-PGRI Pontianak dan Singkawang (1980-1996). Konsentrasi bidang Psikologi, Manajemen/ Administrasi Pendidikan, dan Metode Penelitian. Sejak 1994 aktif mengajar pada program MM di berbagai sekolah tinggi tinggi, dengan fokus bidang asuh Manajemen SDM dan Perencanaan SDM dan pendukung Metodologi Penelitian dan Andragogy yakni seorang ilmuan dan tokoh pendidik sejati yang bersahabat dengan mahasiswa dan penduduk . Beliau ialah seorang dosen yang sungguh disiplin dan senantiasa memanfaatkan waktu luang. Masa saya studi, perkuliahan bedliau selalu dikerjakan pada setiap jam 05.00 pagi hari. Hampir semua mata kuliah beliau dijalankan seperti itu. Kedisiplinan beliau dan kepintaran ia mengatur waktu terpatri dan menempel dalam hidup aku sebagai anak asuhannya. Itupulah yang menciptakan aku merasa ada yang salah atau ada sesuatu yang kurang jika saya belum berada dikampus STKIP-PGRI Pontianak pada jam 05.30 saban hari kerja, kecuali dalam kondisi sakit. Dalam kondisi sakit sekalipun spanjang mampu berdiri dan berjalan tetap aku upayakan untuk mampu hadir di kampus.
Pengalaman kepemimpinan/manajemen yang dia peroleh dari jabatan di Perguruan Tinggi selaku Ketua Jurusan, Pembantu Dekan, Dekan di lingkungan FKIP-IKIP Pontianak, FKIP-Universitas Tanjungpura dan Ketua STKIP-Pontianak, Rektor Universitas Tanjungpura selama 2 era (1982-1991) dan diakhiri sebagai Kepala UPBJJ-UT Pontianak (1991-1996). Pengalaman kepemimpinan/administrasi juga diperoleh dari jabatan selaku Kepala Perpustakaan Daerah Kalbar (4 tahun), Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Dati I Propinsi Kalimantan Barat (1971-1982) dan sejak 1997 sebagaiKepala LPPM-UPI YAI Jakarta, memperlihatkan bahwa dia selaku yakni sosok seorang pemimpin umat, pemimpin penduduk yang patut di teladani.
Dalam memberi perkuliahan  setiap materi yang dia (Prof.DR.H.Hadari Nawawi) sampaikan selalu tersusun secara sistimatis sehingga gampang dimengerti oleh para mahasiswa. Selain mengesankan dan kepiawaiannya dalam menyusun materi dan memilih taktik mengajar, sosok Prof.DR.H.Hadari Nawawi amat lekat dikalangan mahasiswa dan penduduk , alasannya adalah kewibawaannya yang menonjol. Setiap memberikan perkuliahan ia selalu tampil rapi dan tuntas menyajikan bahan. Materi perkuliahan yang sebetulnya susah mirip tata cara eksperimen yang banyak memakai rumus-rumus perkiraan statistic dan metode observasi yang merupakan anutan untuk membuat skripsi (karya ilmiah) yang tidak mudah diserap semua orang menjadi mudah dicerna dan dipelajari jikalau ia menyajikannya. Sungguh saya takjub atas kepintaran ia. Kepiawaian dia mengajar dan menyajikan bahan khususnya mata kuliah metode eksperimen dan tata cara penelitian inilah yang telah memberi gagasan saya untuk berbuat berani melangkah mempublikasikan buku “Metode Penelitian” yang dicetak oleh CV. Alfhabeta Bandung yang kini sudah beredar di tokoh-tokoh buku seluruh Indonesia.
Kesan saya yang amat mendalam dan tidak kalah pentingnya terhadap sosok Prof.DR.H.Hadari Nawawi adalah saat kami ujian mata kuliah sistem eksperimen di kampus usang FKIP-Untan Pontianak (sekarang dipakai untuk SMA Santun Untan). Beliau memperlihatkan ujian mata kuliah “Metode Eksperimen”. Ujian dimulai jam 07.00 s/d jam 14.00 siang. Peserta cobaan diperboleh membawa bekal masing-masing. Tepat jam 14.00 semua pekerjaan cobaan mesti dikumpulkan tidak peduli selesai atau tidak simpulan cobaan itu. Banyak diantara kami akseptor ujian yang tidak dapat lulus sekali tempuh  cobaan, bahkan ada yang harus menempuh hingga tiga (3) kali ujian atau lebih mata kuliah itu. Sungguh beliau menghendaki semua mahasiswa asuhannya mengerti dan mengetahui bahan yang ia telah ajarkan. Tidak cuma itu saja menurut aku, makna yang dapat diambil disini adalah semua mahasiswa asuhannya dibutuhkan bisa mengajar atau menghidangkan mata kuliah yang pernah dia sampaikan.
Sementara itu perilaku religius dia amat terlihat dalam kehidupan kesehariannya sebagai seorang mulim. Sikap religius ia terlihat pula ketika ia memutuskan motto Untan selaku kampus yang ilmiah, edukatif dan religious. Sikap itu pula yang mengakibatkan dia sangat berdisiplin dalam hal waktu shalat, sehingga pernah keluar proposal dia supaya  seluruh dosen dan mahasiswa berhenti kuliah sejenak saat adzan berkumandang. Saya sangat menghargai kebijakkan dia. Sikap multikulturalnya juga amat menonjol, tampa memandang suku, agama dan kelompok. Hal ini mampu dibuktikan saat ia membangun Auditorium Untan jelas tampak bernuansa; Dayak, Melayu dan Cina selaku etnis terbesar di Kalbar ini
Kepemimpinan ia yang berpengaruh juga terpancar amat terperinci. Selain terlihat ketika beliau menjadi Rektor Untan juga semenjak ia memulai kariernya sebagai pendidik sejak beliau masih menjadi mahasiswa di Bandung tahun 1962-1965. Tahun 1965-1969 sebagai dosen IKIP Bandung Cabang Pontianak. Tahun 1969-1991 dosen/guru besar FKIP-Universitas Tanjungpura Pontianak.Guru Besar Kepala UPBJJ-Universitas Terbuka Pontianak tahun 1991. Dosen dan Guru Besar UT di Jakarta tahun 1995.  Selama 31 tahun dia bertugas di Pontianak menjadi Dosen dan Guru Besar tidak tetap di Fakultas Tarbiyah Pontianak tahun 1965-1996, Sebagai pendiri STKIP-PGRI Pontianak dan Singkawang tahun 1980-1996. Beliau juga mempunyai konsentrasi ilmu bidang Psikologi, Manajemen/Administrasi Pendidikan, dan Metode Penelitian. Sejak 1994 aktif mengajar pada program MM di aneka macam sekolah tinggi tinggi, dengan fokus bidang bimbing Manajemen SDM dan Perencanaan SDM dan pendukung Metodologi Penelitian dan Andragogy yakni seorang ilmuan dan tokoh pendidik sejati yang bersahabat dengan mahasiswa dan masyarakat, tidak membedakan suku,  agama, ras dan kelompok kian menguatkan kepercayaan saya bahwa dia memang sosok tokoh  ilmuan dan pendidik sejati yang pantas diteladani dan pantaslah kira disebut “Pahlawan Pendidikan Kalimantan Barat”. Semoga. Penulis yakni Guru Besar Kopertis Wilayah XI Kalimantan dipekerjakan pada STKIP-PGRI Pontianak.