Islam melarang umatnya membunuh orang lain tanpa hak. Lalu bagaimana jika yg dibunuh itu yaitu dua orang mujahid yg sedang terluka? Sebuah azab pribadi mengenainya tanpa menanti usang. Sang pembunuh tiba-tiba menjadi gila.
Kisah ini dituturkan oleh Syaikh Abdullah Azzam dlm bukunya Tarbiyah Jihadiyah. Pada tahun 1973, Rusia & Partai Komunis Afghanistan mengorbitkan Daud sebagai penguasa Afghanistan melalui perebutan kekuasaan yg sudah dirancang sebelumnya. Begitu Daud berkuasa, segera dia menimpuk gerakan Islam sebagaimana kemauan komunis & Rusia.
Perlawanan rakyat pun meletus, dipelopori oleh 30 pemuda aktifis dakwah. Mereka berbagi peran menjadi beberapa golongan kecil untuk melawan antek Rusia. Setelah bertemu Hekmatyar & Rabbani di Peshawar, mereka bergerak ke Panjshir, Badakhsyan, Laghman & kawasan lain sesuai peran masing-masing tim kecil.
Seorang dosen fakultas teknik & mahasiswanya mendapat peran ke Panjshir. Setelah menyerang pasukan komunis & Rusia, keduanya mundur dlm keadaan terluka. Dengan merayap, balasannya keduanya tiba di tepi sungai. Luka kian parah membuat keduanya tak mampu banyak bergerak.
“Siapa kalian?” tanya seorang penggembala yg dengan-cara kebetulan melewati tempat itu.
“Kami berjihad di jalan Allah & terluka di sini,” jawab sang dosen.
Penggembala itu teringat dgn siaran radio rezim Daud yg memberitakan bahwa saat ini ada kaum bandel yg melaksanakan bughat. Melalui propaganda itu, rezim Daud pula mempengaruhi orang-orang awam untuk melawan pihak yg mereka sebut golongan bughat tersebut.
“Apa yg kalian perlukan?” tanya penggembala pura-pura menunjukkan perlindungan.
“Kami ingin minum”
“Tunggu sebentar,” sang penggembala bergegas pergi. Bukannya mengambil air minum, ia justru kembali dgn membawa batu besar & menimpukkan pada merek berdua. Akhirnya dua mujahid itupun menemui syahid.
Usai membunuh keduanya, penggembala itu pergi menemui imam masjid dgn perasaan bangga. “Aku baru saja membunuh sebagian orang yg disebutkan dlm radio pemerintah,” lapornya.
“Siapa yg kau-sekalian bunuh?”
“Dua orang di pinggir sungai”
Alangkah terkejutnya sang imam. “Mereka tergolong orang-orang terbaik di negeri ini. Engkau sudah membunuh dua muslim terbaik yg sedang berjihad di jalan Allah. Bagaimana mungkin Allah akan mengampuni dosamu itu?”
Mendengar penjelasan imam masjid tersebut, mendadak sesuatu yg berat datang pada penggembala. Tiba-tiba, ia menjadi gila. [Muchlisin BK/wargamasyarakat]