![]() |
Ghirah Cemburu Karena Allah |
Kita sering sekali mendengar kata ghirah digunakan, baik di media umum, ceramah, maupun media massa. Kata ini sering dipakai dlm komunitas Muslim. Sebagian memaknainya biasa saja, tapi sebagian lagi memaknainya dengan-cara ekstrem. Lepas dr itu, mula-mula kita mesti bertanya, apa sih bahu-membahu makna ghirah itu? Saya pun menjajal menelusuri makna ghirah. Salah satunya yaitu ghirah dlm persepsi Buya Hamka atau Haji Abdul Malik Karim Amrullah yg merupakan seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia.
Kata ghirah dipakai oleh Buya Hamka untuk judul bukunya yg berisi wacana klarifikasi makna ghirah dlm konteks beragama, lebih khusus ber-Islam. Dalam buku bertajuk Ghirah; Cemburu Karena Allah itu, Buya Hamka yg merupakan ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama ini menerangkan pada kita mengenai makna ‘ghirah’ dgn suatu pemahaman yg sederhana. Buya Hamka menyebutnya “cemburu”. Jawaban yg cukup singkat, bukan? Namun, cemburu yg seperti apa? Karena cemburu pun pada praktiknya berlawanan-beda antara orang yg satu dgn yg lain.
Ghirah, kata Buya Hamka, yakni kecemburuan dlm beragama. Cemburu di sini maknanya bukan sekadar marah, kesal, atau mangkel, melainkan perasaan tak rela yg timbul dr dlm diri sebab haknya direnggut. Dan dgn ghirah itu pula kemudian punya hasrat besar untuk merebut haknya kembali. Kalau tak mau merebut kembali, kata Buya Hamka, bukan cemburu namanya.
Ghirah atau cemburu karena Allah ada dua macam, yakni terhadap perempuan & agama, jika adik perempuanmu diganggu orang lain, lalu orang itu ananda pukul, menunjukan padamu masih ada ghirah.
Jika agamamu, nabimu, & kitabmu dihina, ananda berdiam diri saja, jelaslah ghirah sudah hilang dr dirimu. Jika ghirah tak dimiliki lagi oleh bangsa Indonesia, niscaya bangsa ini akan mudah dijajah oleh aneh dlm segala segi.
Jika ghirah telah hilang dr hati, gantinya hanya satu yaitu kain kafan. Sebab, kehilangan ghirah sama dgn mati! Buku ini pula membahas mengenai Ghirah pada Mahatma Gandhi, Ghazwul Fikri, & Siri.
Hamka lahir di Nagari Sungai Batang, Tanjung Raya (Danau Maninjau), Kabupaten Agam, Sumatera BArat pada tanggal 17 Februari 1908. Hamka adalah Ulama & sastrawan besar Indonesia. Hamka dikenal aktif menjadi pengelola organisasi Muhammadiyah, pernah terjun ke dunia politik -melalui Partai Masyumi- & menjabat selaku Ketua Pertama Majelis Ulama Indonesia (MUI). Hamka tergolong pahlawan nasional Indonesia. Hamka berhasil menorehkan beberapa karya fenomenal dlm sejarah sastra Indonesia, mirip novel “Dibawah Lindungan Kabah” & “Tenggelamnya Kapal Van Deer Wijck”. Karya legendaris Hamka yang lain ialah buku Tafsir Al-Azhar. Hamka tutup usia di Jakarta pada tanggal 24 Juli 1981 pada usia 73 tahun.
Itulah goresan pena kami wacana ulasan & review “Ghirah Cemburu Karena Allah oleh Prof. Dr. Hamka” mudah-mudahan berfaedah bagi para pembaca & jikalau goresan pena ini berfaedah bagi orang lain silahkan untuk membuatkan dgn men SHARE pada orang lain & jikalau ada lebih rezeki silahkan untuk berdonasi untuk kemajuan blog ini