Gemar Membaca, Karakter Istri Idaman

Segala sesuatu ada ilmunya, tergolong ilmu dlm hal-hal yg berkaitan dgn ijab kabul, keluarga, mendidik anak, & berinteraksi dgn pasangan hidup.

Jika pada zaman dahulu tatkala berita begitu terbatas, para orang bau tanah khususnya ibu, bisa mendidik anaknya menjadi berguna bagi bangsa & agama, maka semestinya dgn kedigdayaan teknologi pada masa sekarang, seorang perempuan yg akan atau sudah menjadi istri & ibu mencari gosip-berita yg dibutuhkannya dlm kehidupannya berumah tangga, karena itulah abjad wanita ideal.

Sejatinya, perempuan ideal senantiasa menghiasi dirinya dgn kebiasaan-kebiasaan baik, mirip membaca, menganalisis, & mengasah kemampuan berpikir. ia tak memperkaya diri dgn pengetahuan untuk mendebat suaminya atau agar tampil beda dgn perempuan lain dlm masyarakat.

Akan namun, tujuannya yakni agar dapat menjaga agamanya jangan hingga terpuruk dlm bid’ah, aliran-pedoman keliru, supaya mampu menghilangkan kebodohan dlm dirinya, melalui kubangan hidup dgn kerugian seminimal mungkin & tak hidup sebagaimana orang-orang yg tuli & buta di tengah-tengah dunia yg sesak dgn kejadian & penuhdgn pergantian.

Tidak mesti seorang istri menjadi sosok intelektual seperti ensiklopedi berlangsung, tetapi cukup menguasai hal-hal yg penting saja, cukup kalung itu yg mampu melingkar di leher saja.

Suami tak memerlukan seorang istri intelektual yg senantiasa mengagetkannya dgn pemikiran-pemikiran & hal-hal ilmiah untuk mengajaknya mendiskusikan atau memberikan bahwa pendapatnya tak benar.

Sebaliknya, wanita ideal akan menundukkan ilmu & pengetahuannya biar mampu berjalan seiring dgn suaminya tak untuk bertentangan dengannya, supaya dapat mengangkat harga diri suaminya, bukan untuk mengunggulinya & biar mampu lebih menghargai bisnisnya, sampai yg sedikit apa pun, terlebih pemikiran rasional & besar.

Seringkali kita menyaksikan beberapa wanita yg menjadi sentral perhatian dlm pelatihan atau acara ilmiah yang lain, berpenampilan biasa. Semua predikat intelektual yg kritis, tajam, & tenaga jago yg kredibel dlm bidang tertentu, tak terlihat sama sekali pada dirinya.

Ilmu mampu mendongkrak seorang istri menemukan posisi tinggi, memberinya nilai lebih, memperteguh lemah lembutnya, & menambah keindahan dlm interaksinya. Saat itulah semua akan memandangnya dgn hormat & segan.

Jika terjadi percakapan dgn suaminya, baik yg serius atau hanya sekadar gurauan, maka terlihat jelas keilmuannya dlm setiap tanggapan yg diberikan pada suaminya. Itu alasannya adalah ia bukan sosok wanita yg mudah terseret arus mode. Ilmu mampu mengokohkan rumah tangga.

Hal yg cocok untuk para istri yaitu membaca sejarah sosok wanita-perempuan dlm Al-Qur’an & Sunnah, seperti wanita-wanita sempurna berikut, Maryam, Khadijah, Asiyah, Fathimah, dua putri Nabi Syu’aib yg salah satunya dinikahkan dgn Nabi Musa, Ibu nabi Musa, & dongeng Balqis dgn Sulaiman.

Kemudian membuka sejarah para sobat wanita, seperti, Ummu Sulaim & Anas, Khaulah binti Tsa’labah, & Hindun binti Utbah. Begitu pula membaca biografi perempuan-wanita kafir seperti, istri Nuh, istri Luth, istri Al-‘Aziz (raja Mesir) & Ummu Jamil, istri Abu Lahab.

Wanita ideal tak memperbesar ilmu pengetahuannya dgn serampangan & tanpa prioritas, ia tak cuma suka buku-buku pengetahuan dlm level tinggi, namun ia mencari semua ilmu yg berguna dlm kehidupan dunia & akhiratnya.

Untuk itu, ia tak segan melahap buku-buku pendidikan agar mampu memberi pendidikan yg sehat & benar pada anak-anaknya & dapat berinteraksi dgn mereka sesuai dgn tahapan-tahapan usia mereka, sehingga ia menjadi perempuan yg menguntungkan bagi suami & anak-anaknya.

  Bolehkah Menggunakan Julukan Abul Qasim? (Bagian 2)

Inilah keuntungan hakiki dlm kehidupan & sesudah ajal.

Tulisan ini diringkas dr buku karangan Dr. Abdullah bin Muhammad Al-Dawud. [Abu Syafiq/Wargamasyarakat]