Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Enzim – Enzim yakni sebuah protein dimana bertindak sebagai katalis serta bertanggung jawab untuk laju & kekhususan yg tinggi dr satu maupun lebih reaksi biokimia intraselular & ekstraselular. Enzim bekerja dgn membentuk kompleks enzim substrat, dgn begitu reaksi enzim selalu bolak – balik.
Hampir seluruh enzim merupakan protein globular dimana terdiri atas polipeptide tunggal maupun dua atau lebih polipeptide dimana diikat bersama (dalam struktur kuarternari) oleh ikatan non-kovalen. Ini disebabkan oleh konfigurasi tiga dimensi dimana ada dlm larutan, enzim – enzim bertindak terhadap molekul – molekul lain (substrat), serta mengkatalis satu tipe (tetapi tak mesti satu) reaksi kimia.
Daftar Isi
1. Suhu / Temperatur
Enzim bersifat termolabil, dimana artinya seluruh aktivitas enzim dipengaruhi oleh suhu. Aktivitas enzim akan terus bertambah hingga dgn batas suhu tertentu, dimana batas suhu tersebut dinamakan suhu optimum.
Seandainya enzim berada di bawah suhu optimum, maka kerja enzim akan terhambat. Enzim pada suhu 0oC maupun di bawahnya bersifat nonaktif, akan tetapi pada suhu tersebut enzim tak rusak.
Kenaikan suhu mampu meningkatkan akivitas enzim. Namun, dikala suhu melampaui batas optimum enzim mampu mengalami denaturasi / kerusakan. Hal tersebut akan mengakibatkan enzim tak bisa berfungsi selaku katalis lagi.
Baca Juga : Jaringan Penyokong
Seperti teladan, enzim manusia mempunyai suhu optimum 35oC – 40oC, enzim pada basil yg hidup di air panas memiliki suhu optimum 70oC maupun lebih.
2. Derajat Keasaman / pH
Molekul enzim biasanya ialah protein globular, dimana bentuk & fungsinya mampu dipengaruhi oleh perubahan pH pada cairan di sekitarnya, enzim mempunyai pH optimum yg bisa bersifat basa maupun asam.
Sebagian besar enzim memiliki pH optimum antara 6 – 8. Perubahan pH akan menjadikan sisi aktif enzim yg berubah keefektifannya didalam membentuk kompleks enzim substrat, sehingga bisa menghalangi terikatnya substrat pada segi aktif enzim.
Selain itu, perubahan pH pula menimbulkan proses denaturasi atau kerusakan kepada enzim. Denaturasi oleh pH yg ekstrim umumnya bersifat bolak – balik, namun tak bolak – balik pada denaturasi yg terjadi karena suhu panas.
Dengan kenaikan suhu, maka akan memajukan laju tumpukan antara enzim dgn molekul substrat, sehingga nanti akan memajukan laju pembentukan kompleks enzim substrat & pula meningkatkan kecepetan reaksinya.
Hal ini berlawanan dgn kenaikan denaturasi enzim terhadap suhu optimum lantaran reaksi tersebut teralampaui. Akhirnya reaksi itu berhenti, kadang – kadang cuma pada temperatur lebih dr 100oC.
Sebagai pola, enzim ptialin di mulut hanya bisa melakukan pekerjaan pada pH netral, enzim pepsin di lambung melakukan pekerjaan pada pH asam, sebaliknya enzim tripsin di usus bekerja pada pH basa.
3. Konsentrasi Enzim / Substrat
Semakin besar konsentrasi, maka akan memajukan kecepatan reaksi. Peningkatan kecepatan reaksi akan terus bertambah sehingga tercapai kecepatan konstan, yakni jika seluruh substrat sudah terikat oleh enzim. Dengan begitu, fokus enzim berbanding lurus terhadap kecepatan reaksi.
Bertambahnya fokus substrat pada suatu reaksi akan memajukan kecepatan reaksi, ketika jumlah enzim pada reaksi itu tetap. Tetapi, ketika seluruh sisi aktif enzim sedang melakukan pekerjaan , penambahan konsentrasi substrat tak mampu mengembangkan kecepatan reaksi.
Dengan begitu, akan memperlihatkan jika kecepatan reaksi sudah mencapai titik maksimum. Peningkatan kecepatan reaksi akan terus bertambah hingga tercapai kecepatan konstan yakni jikalau seluruh enzim mengikat substrat.
Pada tiap ketika, proporsi molekul – molekul enzim dimana terikat pada substrat, maka akan tergantung pada fokus substratnya. Karena konsentrasi meningkat, kecepatan permulaan dr reaksi (Vo) disaat penambahan enzim akan meningkat hingga dgn nilai maksimum, Vmax, pada tingkat substrat, enzim ini dibilang bosan (semua segi aktif maksimum), & penambahan jumlah substrat tak akan mengoptimalkan Vo.
Nilai fokus substrat pada saat Vo = ½ Vmax diketahui dgn tetapan MICHAELS (Km) dimana untuk reaksi substrat-enzim. Rendahnya nilai Km akan menawarkan afinitas tinggi atas enzim untuk substratnya.
Beberapa enzim (mirip pola aspartase) yg hanya akan mengikat satu molekul substrat dimana begitu khusus dikarenakan enzim yg lain dapat mengikat banyak sekali substrat lain, khusus untuk enzim tersebut seperti seluruh ikatan peptida terminal pada masalah eksopeptidase.
Perbedaan tersebut timbul atas derajat stereospesifitas enzimnya, dimana banyak yg memerlukan gugus prostetik menempel maupun koenzim yg mampu melebur untuk melakukan kegiatan aktivitasnya. Pada enzim – enzim tersebut komponen proteinnya diketahui selaku apoenzim dan seluruh kompleks enzim kofaktor fungsional dikenal dgn holoenzim.
4. Zat – Zat Penggiat / Aktivator
Aktivator yaitu suatu zat atau molekul, dimana berfungsi untuk memacu maupun mempercepat reaksi enzim. Seperti acuan dr aktivator ialah garam- garam dr logam alkali pada keadaan encer (2% – 5%), serta ion logam seperti Ca, Mg, Ni, Mn, & Cl. Hal ini pula merupakan suatu Faktor yg Mempengaruhi Kerja Enzim.
Baca Juga : Fungsi Sitoplasma
5. Zat – Zat Penghambat / Inhibitor
Inhibitor adalah suatu molekul yg bisa menghalangi acara enzim. Zat ini dapat dibedakan menjadi dua macam inhibitor enzim, yakni inhibitor kompetitif dgn inhibitor nonkompetitif.
Inhibitor Kompetitif
Inhibitor kompetitif (inhibitor irreversible) yaitu suatu molekul penghambat kerja enzim dimana bekerja dgn cara berkompetisi terhadap sisi aktif enzim. Inhibitor kompetitif (inhibitor irreversible) berhubungan dgn dengan-cara kuat pada sisi aktif enzim, nah pengikatan ini berjalan dengan-cara bolak – balik sehingga persentase penghambatan untuk tingkat inhibitor yg tetap menjadi berkurang saat substratnya ditambah.
Makara, inhibitor kompetitif ini bisa dihilangkan dgn cara memperbesar konsentrasi substrat. Seperti contoh yg begitu penting dr pengikatan ini merupakan : dgn melibatkan enzim yg berlimpah, ribulose bifosfat karboksilase, enzim penambat CO2 kepada C3 fotosintesis & kepada proses ini molekul – molekul O2.
Dengan begitu akan bersaing dgn molekul – molekul CO2 dimana untuk segi aktif serta pola yang lain ialah sianida dimana terlarut dlm darah bersaing dgn oksigen dimana demi berikatan terhadap segi aktif hemoglobin.
Inhibitor Nonkompetitif
Inhibitor yg terikat pada sisi alosetrik enzim (atau selain segi aktif enzim) disebut inhibitor nonkompetitif. Inhibitor nonkompetitif merupakan suatu molekul penghambat kerja enzim dimana melakukan pekerjaan dgn cara melekatkan diri pada luar segi aktif enzim, yg mampu menyebabkan segi aktif enzim berganti serta tak bisa berfungsi lagi.
Sehingga substrat tak mampu berikatan dgn segi aktif enzim. Inhibitor ini tak bisa dihilangkan walaupun dgn menambahkan substrat. Contoh inhibitor nonkompetitif merupakan Ag+, Hg2+, & Pb2+.
Baca Juga : Vegetasi Adalah
Enzim adalah sebuah protein dimana bertindak selaku katalis serta bertanggung jawab untuk laju & kekhususan yg tinggi dr satu maupun lebih reaksi biokimia intraselular & ekstraselular
Karena tiap enzim memiliki sisi aktif dimana sesuai hanya dgn satu jenis substrat, mempunyai arti setiap enzim cuma mampu bekerja pada satu substrat dimana yg cocok dgn segi aktifnya.
Enzim tersusun atas dua bagian, yaitu :
1. Apoenzim
2. Gugus prostetik
Demikianlah pembahasan postingan Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Enzim ini, gampang-mudahan berguna & menjadi ilmu wawasan baru bagi para pembaca.