“FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB FRAUD”
Banyak faktor penyebab mengapa seseorang melakukan fraud. Faktor-aspek penyebab tersebut berlainan dari satu kasus ke kasus lainnya. Seorang manajer mugnkin yakin bahwa target bisnis perusahaan /organisasi pada alhasil akan mampu dicapai dengan sukses, oleh karena itu, hasil jelek sementara (interim negative result) yang sudah dicapai pada dikala ini perlu disembunyikan apalagi dahulu. Manajer lainnya mungkin harus melebih-hidangkan pertimbangan (overstatement) untuk meraih taksiran pendapat para analis di bursa saham untuk menerima bonus atau kenaikan harga saham yang dimilikinya. Manajer lain mungkin menghidangkan pendapat yang lebih rendah dan menyimpannya pada kurun yang lebih susah untuk memperoleh pendapatan (rainy day).
Kesempatan untuk melakukan fraud ada di seluruh organisasi. Kesempatan terbesar pada area dimana pengendalian internalnya lemah. Menurut observasi yang dikerjakan oleh Hollingern dan Clark, alasannya adalah yang paling lazim karyawab melaksanakan fraud ialah adanya potensi (yang biasanya muncul dari lemahnya pengendalian) dan ketidakpuasan terhadap upah karya. Penelitian yang dikerjakan oleh Hollingern dan Clark melibatkan 10.000 karyawan di kawasan kerja. Studi tersebut menyimpulkan bahwa 1 dari 3 karyawan memiliki niat (intent) untuk mencuri uang atau barang di daerah kerja. Study tersebut juga memberikan bahwa nyaris 90% karyawan melaksanakan penyimpangan termasuk perilaku seperti malas (goldbricking), melakukan pekerjaan dengan lambat (workplace slowdowns), menyalahgunakan waktu bekerja (sick time abuses) dan pencurian (pilferage).
Penjelasan lain ihwal aspek-aspek dan penyebab terjadinya fraud diberikan oleh Donald R. Cressey yang meneliti 200 pelaku fraud pada tahun 1940-an . Penelitiannya menyimpulkan bahwa dominan orang melaksanakan fraud yakni untuk menyanggupi keharusan keuangannya. Cressey menyimpulkan, untuk mengerjakan praktek fraud , pelaku harus memiliki kesempatan (opportunity) untuk melakukan dan menyembunyikan kejahatannya (concealment), dan pembenaran (rationalization), bahkan tindakannya bukan perbuatan jahat (criminal activity).
Berkaitan dengan faktor-faktor penyebab terjadinya fraud , ada tiga bagian penting yang perlu diamati dalam pengenalan resiko fraud pada perusahaan/organisasi, yakni intensif, tekanan dan peluang untuk melakukan fraud.
Program intensif sebaiknya dievaluasi secara berkelanjutan. Apakah acara tersebut mampu menghipnotis sikap pegawai dikala melaksanakan bisnis atau melaksanakan keterampilan profesionalnya (professional judgment) , misalnya auditor dan pengacara. Dasar penetapan intensif keuangan dan penggajian mampu menyuguhkan suatu peta dimana fraud paling mungkin terjadi. Kadang-kadang pemeliharaan status quo juga merupakan sebuah intensif yang cukup dasyat (powerful) bagi seorang pegawai untuk melaksanakan fraud.
Selain itu, perlu juga dikaji kembali tekanan terhadap individu-individu untuk mencapai kinerja atau sasaran tertentu yang terlalu berat atau dipaksakan/tidak kongkret. Beberapa perusahaan/organisasi menetapkan secara transparan sisten penggajian dan taerget/indikator spesifik pada para pejabat dan karyawan yang mau diukur kinerjanya. Dalam banyak kasus di berbagai perusahaan/organisasi, pegawai melakukan fraud alasannya adalah membutuhkan uang aksesori di luar honor resminya yang relatif tidak cukup untuk membiayai kehidupan minimalnya. Dalam kasus seperti ini acap kali pegawai/karyawan bersangkutan melakukan fraud alasannya tidak mampu memenuhi sasaran kerja yang ditetapkan untuk dapat memperoleh binus, meskipun beliau telah melakukan pekerjaan semaksimal mungkin. Hal ini merupakan salah satu faktor yang diupayakan untuk diperbaiki di lingkungan pemerintah Indonesia dengan memperkenalkan reformasi birokrasi yang diikuti kenaikan penghasilan bulanan bagi para pejabat dan pegawai di lingkungan pemerintahan.
Sumber bacaan:
Buku : “Fraud dan Korupsi, Pencegahan, Pendeteksian dan Pemberantasannya” oleh Bona P. Purba Ak MM CFE CA. halaman 8-10.