Etika Bisnis, Budaya Ekonomi Masyarakat Lokal Di Pontianak – Jakarta

Ketika mempelajari pasar, maka wong cilik masuk dalam sistem jual beli mirip orang Tionghoa, dan petani. Maka, dalam hal ini sistem ekonomi dan bisnis dalam kehidupan sosial, dan seksualitas masyarakat Jawa dan Batak supaya disegani di masyarakat, mereka masuk pada kategori birokrasi, dan hal ini menerangkan aneka macam hal terkait problem budaya bangsawan tradisional.

Pada masa 2000 saat krisis ekonomi di Jakarta, maka ekonomi rakyat berkontribusi pada pembangunan Nasional. Hal ini menerangkan berbagai persoalan kelas sosial, di penduduk yang berdampak pada kampung tengah.

Perubahan sosial penduduk Jawa, baik sebagai pendidik, dan birokrasi untuk dihormati dan disegani, dan tidak lupa membobrokan kecurangan dalam kehidupan status sosial mereka dengan ungkapan bahwa oh kamu mesti menyegani aku,” alasannya adalah pendidikan berpengaruh pada kekuasaan anda “, kira – kira mirip itu, sampai seksualitas RT 003, tidak memiliki malu, ngotot karakteristik Sihombing (Silaban) – Budha, menarik dalam hal ini.

Suatu kesan selama aku bersekolah di Pontianak, pada tahun 1990an – 2008, sampai di dingklik kuliah, bahkan tidak berjumpa dan tatap tampang setahunan begitu. Kecurangan mereka hidup dan kelas sosial, pada penduduk itu terlihat pada orang lokal Indonesia, bersuku Melayu – Batak – dan Jawa, serta Tionghoa.

Hasil pajak penduduk , untuk di imbangi mengenai kepercayaan mereka pada gereja, dan  masjid, maka bertani juga, untuk adanya kasih pada penduduk pastinya. Perjuangan kelas, dan kelas sosial tentang kehidupan sosial mereka, sampai mencapai kehilangan kemaluaan sebagai masyarakat suku, Lokal di Indonesia. 

Dan tidak bisa berkompetisi dengan pendatang, terutama penduduk Barat – Jepang, Korea dan lainnya menerangkan kondisi ekonomi politik penduduk secara menyeluruh pada pembangunan Nasional dan Lokal, hasil asimilasi budaya.

  Kalbar, Beragama Menurut Kepentingan Politik ?

Berbagai hal terkait itu juga, menerangkan banyak sekali hal terkait dengan sistem budaya lokal, di penduduk yang hendak diketahui dengan budbahasa bisnis, dan ekonomi. Tetapi, tidak pada kebudayaan hasil kepentingan ekonomi politik penduduk Jawa dan Batak.

Tidak sengaja atau tidak, suatu penulisan dalam tata cara sosial di penduduk yang berada pada duduk perkara masyarakat yang hendak di kata dengan aneka macam kelas sosial, dan unsur kesengajaan tampak pada orang pribumi yang mengaku agama dan bersembunyi di tembok agama Kristen (Keluarga Kudus), dan aturan di Indonesia,  Sihombing, Protestan – Nasrani di Lokal, Pontianak, Indonesia menerangkan hal ini. 

Membahas perihal hal ini, maka di jelaskan banyak sekali hal terkait setiap pekerjaan penduduk yang memiliki nilai terhadap perubahan sosial yang ada di penduduk yang membentuk sebuah moralitas, dan etika sosial mereka secara nyata. 

Dan hal itu tidak jauh dari orang Tionghoa – Batak di Pontianak –  Jakarta dan Dayak hasil asimilasi masyarakat Jawa – Batak – Dayak. Maka, hendak dimengerti mereka cuma mampu berimajinasi , dengan segala hal yang ada di Kalimantan, maka metode ekonomi terbentuk dengan  uang Rp. 20.000.