Saat ini, kurikulum 2013 sudah tidak sedikit diimplementasikan di sekolah di Indonesia. Kurikulum 2013 digadang-gadang menjdai kurikulum yng bisa merubah kemampuan akseptor didik yng tadinya pasif, menjadi akseptor asuh yng bersungguh-sungguh mencar ilmu secara berdikari, aktif, serta berkarakter.
Kurikulum yng yakni bentuk pengembangan dari kurikulum sebelumnya (KTSP) ini menekankan pada desain Active Learning ataupun pembelajaran aktif. Kata kunci dari desain pembelajaran ini ialah menekankan pada keaktifan siswa dalam pembelajaran, yakni mengupayakan peserta latih supaya lebih aktif dalam proses pembelajaran lewat penggunaan metode serta media yng sempurna.
Dengan mengacu pada kurikulum 2013 ini, para guru diperlukan mampu menaikan kreatifitas serta keaktifan setiap penerima didiknya. Tidak semisal pembelajaran konvensional di mana guru yng selalu aktif sedangkan penerima ajar cenderung pasif simak apa yng disampaikan oleh guru. Dalam desain Active Learning, peserta ajar dituntut bagi atau mampu juga dikatakan untuk aktif ikut serta selama proses pembelajaran berjalan.
Menurut Muhammad Nuh, konsep active learning yng menjadi inspirasi dalam kurikulum 2013 ini diyakini bisa mendongkrak daya serap akseptor ajar terhadap mata pelajaran yng disampaikan guru hingga 90%. Jauh berlainan yang dengannya konsep pembelajaran pasif yng diyakini cuma mampu mendongkrak daya serap siswa 30% saja.
Perbedaan hasil yng diraih, tentu tak lepas dari perbedaan cara ataupun sistem yng dipakai bagi atau bisa juga dikatakan untuk menerima hasil yang telah di sebutkan. Dalam kurikulum 2013, implementasi dari rancangan active learning pada kenyataannya butuh media pembelajaran yng berlainan yang dengannya konsep pembelajaran pasif. Jika dalam pembelajaran pasif, tak tidak sedikit mempergunakan media pembelajaran, maka lain halnya yang dengannya active learning. Dalam pelaksanaan desain Active Learning, guru butuh media yng cukup bermacam-macam dalam proses pembelajaran, khususnya media yng bersifat audio visual.
Guru dituntut bagi atau bisa juga dikatakan untuk kreatif dalam memilih, memanfaatkan, serta membuatkan media pembelajaran bagi atau bisa juga dibilang untuk menaikan fokus serta keaktifan akseptor latih. Media pembelajaran yng dipakai Perlu bisa merangsang penerima bimbing bagi atau mampu juga dikatakan untuk fokus serta berpastisipasi aktif dalam pembelajaran. Bentuk partisipasi aktif itu bisa berbentukkeberanian bagi atau mampu juga dikatakan untuk menawarkan usulan, aktif mengajukan pertanyaan, ataupun menyikapi pertanyaan. Hasil balasannya, tujuan pembelajaran mampu tercapai secara optimal.
Sebagus apa pun desain yng disusun bagi atau mampu juga dibilang untuk mencapai suatu tujuan, bahu-membahu tak lepas dari subjek ataupun pihak yng melaksanakan rancangan yang telah di sebutkan di lapangan. Dalam hal ini, keberhasilan kurikulum 2013 dalam mencapai tujuan pendidikan nasional, Amat ditentukan oleh tugas guru, orang tua, serta unsur penduduk menjdai eksekutornya. Tiga bagian yng oleh Ki Hajar Dewantara disebut menjdai Tri Pusat pendidikan ini tak Perlu membangun kerjasama serta bersinergi satu percis lain dalam menyukseskan tujuan pendidikan.
Saya rasa tidak lebih tepat andai kurikulum 2013 yng notabene disebut-sebut menjdai kurikulum berbasis aksara ini, yng menjadi target tembak bagi atau mampu juga dikatakan untuk dibangun karakternya ialah penerima latih saja. Apakah seluruh guru sudah berkarakter? Semua orang tua telah berkarakter? Tentu saja belum. Oleh karena itu, merupakan keharusan seorang guru menjdai pendidik, Perlu membuat dirinya berkarakter berlebi dulu semisal yng dituntut oleh kulrikulum 2013 ini, sebelum orang-orang menciptakan para peserta didiknya berkarakter. Sebagaimana bisa kita lihat dalam pendidikan di abad Rasulullah SAW, keefektifan tata cara keteladanan yng dia terapkan dalam membangun huruf para sahabatnya mencapai maupun meraih hasil yng hebat. Ahmad Mujib Kamis, 04 Februari 2016 Pendidikan
Source Article and Picture :