Efek Bola Salju Al Maidah 51

Hari-hari ini, hati saya sering bergetar. Bergetar ketika membaca & menyaksikan gelombang semangat umat Islam dr aneka macam tempat untuk membela Kalam SuciNya.

Ribuan muslim Ciamis berlangsung kaki menuju Jakarta. Rupanya larangan menyewa bus tak mampu menghadang tekad baja mereka. Bahkan ketika bus-bus tiba sehabis diijinkan, para laki-laki tangguhitu tetap meneruskan long march. Dan terjadilah resonansi.

Semangat mereka memberi ide umat Islam di setiap titik yg terlewati. Kita pun kemudian menyaksikan parade pengorbanan menyambut mereka; para pelajar yg berbaris & bertakbir di tepi jalan, ibu-ibu yg menangis mendoakan, warga yg dgn suka rela menunjukkan konsumsi & bekal, pesantren & masjid yg menyediakan tempat rehat.

Dan sekarang, dgn jumlah lebih banyak, muslim Bogor pula akan berjalan kaki. Seperti gelombang yg tak bisa dihalau, arus gerakan ini terus membengkak laksana bola salju.

Sementara yg tak terhitung jumlahnya, mereka yg keberangkatannya tak bisa dijangkau media. Ada karyawan yg cuti. Ada penjualyg menutup sementara tokonya. Ada usahawan. Ada yg naik motor, kendaraan beroda empat langsung, bus, pesawat & kereta api. Yang berdomisili di ibukota; mereka akan keluar dr masjid, mushola, perumahan sampai gang-gang kecil. Menyuarakan keadilan yg selama ini jarang mereka peroleh.

Dari berbagai arah dgn aneka macam cara, mereka akan membentuk kafilah paling besar sepanjang sejarah Indonesia. Jutaan muslim akan dzikir bareng , shalat Jumat & mendengar tausiyah para ulama. Sembari menyampaikan satu pesan: adili penista agama. Tak salah kalau Republika menyebut rangkaian aksi ini selaku “Revolusi Putih”

Lalu bagaimana peran kita? Jika pada Aksi 411, cuma dua jurnalis BedaMedia yg menggeluti ke lapangan, insya Allah pada Aksi 212 ini kami akan menggeluti full team. Seluruh jurnalis & redaktur BedaMedia akan hadir bareng jutaan umat Islam; alasannya kami tidak mau Islam difitnah dgn keji. Kehadiran seluruh media Islam & jurnalis muslim, serta netizen muslim dgn masing-masing akun media sosialnya setidaknya akan mengabarkan dengan-cara obyektif pada dunia: inilah bunyi umat Islam Indonesia. [Muchlisin BK/Wargamasyarakat]

  Ancaman Rasulullah untuk Orang yang Menyemir Rambut