Nama lengkapnya Nur Rohman Ibn Mustaqim. Umurnya belum genap 20 tahun. Di kelas, kami memanggilnya “duktur” yg dlm bahasa Indonesia mampu diartikan “doktor”. Dengan panggilan itu, kami berharap ia mampu kuliah tinggi sampai ke jenjang doktoral. Bagaimana tidak, ia terkenal paling tekun di kelas, tak memiliki latar pendidikan agama sama sekali, tetapi mampu masuk kampus kami Ma’had Annu’aimy Jakarta. Dari awal masuk ia tidak punya hafalan alquran sama sekali, namun sangat, ia sampai berlangsung dua tahun kuliah bisa menghafal alquran 10 juz. Ini, masya Allah, luar biasa. Bahkan kami tertinggal jauh darinya.
Sekadar dimengerti, syarat masuk Ma’had Annu’aimy lumayan ketat. Harus ikut daurah dahulu. Dari situ mampu dikenali siapa yg patut masuk & tak patut. Ada yg punya modal kuat ilmu agama untuk masuk namun tak diterima alasannya buruk perangai. Ada yg tidak memiliki basis ilmu agama, namun punya kesungguhan ia diterima.
Atas kebiasaan kami memanggil “duktur” di kelas, ada seorang pengajar dr Yaman, Syeikh Fuad, pula ikutan mengundang “duktur”. Kami kian senang & berharap panggilan yg penuhdoa itu mampu terwujud.
Berjalannya waktu, harapan kami untuk sang Duktur dr Kebumen itu pupus. Rabu, 14 bulan rahmat tahun ini, Allah punya kehendak lain yg indah. Ia terjatuh dr lantai 3 gedung TK Ashshobirin Mampang, Jakarta. Terpeleset. Sehari-hari ia tinggal di sekolah tersebut, kamarnya di lantai 2. Di balkon lantai 3 tempat menjemur busana yakni daerah yg indah baginya untuk murajaah hafalan. Ia mampu menikmati semilir angin sembari melantunkan ayat-ayat cintaNya. Di kawasan indah itu pula ia diundang yg Maha Indah. Kepalanya kena benturan hebat. Ia dilarikan ke Rumah Sakit Jakarta Medical Centre (JMC). Masih ada nafas, namun 20 menit kemudian dokter mengucap nada sedih. Ya Allah..segala milikmu akan kembali padaMu. Ternyata Engkau lebih sayang dengannya.
Duktur, kau telah syahid dulu…(@paramuda/ Wargamasyarakat)
#mirip diceritakan sobat sekelasnya bernama Abdul Muid, Sabtu (4/7).