Di tepi jalan raya Ponorogo-Jenangan, masuk Kelurahan Setono, ada suatu watu berskala sekitar 1,5 Meter yang disebut WATU BENTUL.
Bentul yakni tumbuhan sebangsa umbi umbian, dan alasannya adalah seperti umbi maka batu besar tersebut di sebut Watu Bentul.
Batu tersebut menjadi saksi salah satu cerita dalam babad Ponorogo antara Bathoro Katong, Kyai Ampok Boyo (Ki Ageng Posong) Pacitan dan Ki Surohandoko dari Trenggalek.
Berikut kisahnya Bathoro Katong Adipati Ponorogo, sehabis berhasil mendirikan pemerintahan Kadipaten Ponorogo teringat bahwa di kurun kecilnya saat di Majapahit mempunyai pamong (pengasuh) bernama Ki Surohandoko putra Kyai Ageng Galek.
Ki Surohandoko ini pada kurun surutnya kerajaan majapahit kemudian babad alas di daerah Trenggalek.
Karena rindu dan ingin memperlihatkan tanda terima kasih maka Bathoro Katong meminta sahabatnya dari Demak yakni Kyai Ampog Boyo yang dikala itu berada di kawasan Wengker Kidul (Pacitan) untuk menjemput Ki Surohandoko.
Setiba di Trenggalek, Kyai Ampok Boyo memberikan amanat untuk menjemput ki Surohandoko.
Ki Surohandoko kemudian bercanda mengajak Kyai Ampok Boyo untuk berlomba lari hingga Ponorogo, siapa yang kalah akan mengundang yang menang selaku kakak (ngakang), yang dijadikan saksi kontes lari ini yakni raden Menak Sopal Cucu angkat Ki Surohandoko.
Kedua tokoh sakti ini lalu mengeluarkan ilmu keampuhan masing masing, Kyai Ampok Boyo merapal ilmu Kidang Kencana sedang Ki Surohandoko merapal ilmu Belut Putih, masuk ke dalam tanah melalui terowongan sumur gumuling.
Ternyata Kyai Ampok Boyo hingga duluan di Ponorogo, lalu mencegat di pintu sumur gumuling yang berada di erat sungai Ketegan.
Kyai Ampok Boyo lalu bercanda, mengambil watu besar untuk menutup lubang sumur gumuling. Ki Surohandoko yang gres datang menyaksikan pintu keluar sumur gumuling tertutup batu merasa jengkel dan menendang batu tersebut hingga terpental ke tempatnya sekarang.
Dari Sumur Gumuling Ketegan, Ki Surohandoko berlangsung menuju Setono (tempat Bathoro Katong) kurang lebih 2 KM. Setiba di Setono ternyata kyai Ampok Boyo telah duduk bersama Bathoro Katong. Bathoro Katong lalu tersenyum mendengar cerita kedua tokoh sakti tersebut.
Ternyata maksud Bathoro Katong memanggil Ki Surohandoko yaitu memberikan anugerah selaku balas budi di asuh dikala kecil, cucu ki Surohandoko adalah Raden Menak Sopal diberi pangkat Bupati dan menjadi Bupati Trenggalek.
(Bagi yang belum paham, Ponorogo pada jaman itu ialah Kadipaten, Kadipaten ini tingkatan pemerintahan di atas bupati, semacam gubernur jikalau di jaman sekarang. Seorang adipati mempunyai hak mengangkat seseorang menjadi bupati).
Demikian cerita asal mula batu bentul yang tertulis di babad Ponorogo.