Dongeng Shohabat Bubuk Mahdzuroh Ra

 Kelakuan aneh orang-orang zaman now itu tidak ori, dahulu pada zaman rasul masih hidup banyak orang-orang yang menjadi musuh islam dan lawan dalam selimut orang-orang islam itu sendiri. Masih menyoal ribut-ribut dimedsos soal Azan yang kemarin menyeret nama Mbah Yai Musthofa Bisri Rembang, ternyata dulu di zaman rasul ada salah satu cerita seorang tokoh yang menistakan azan.

Kisahnya bermula saat rombongan Kanjeng Nabi Muhammad dalam perjalanan pulang dari Hunain dan berpapasan dengan kabilah quraisy waktu itu. Saat rombongan Kanjeng Nabi berhenti untuk salat, rombongan kabilah quraisy itupun lewat. Apa yang mereka kerjakan? mereka menjiplak-niru dan mengejek azan yang dikumandangkan salah satu anggota kabilah kanjeng nabi.

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنِي ابْنُ جُرَيْجٍ حَدَّثَنِي عُثْمَانُ بْنُ السَّائِبِ مَوْلَاهُمْ عَنْ أَبِيهِ السَّائِبِ مَوْلَى أَبِي مَحْذُورَةَ وَعَنْ أُمِّ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي مَحْذُورَةَ أَنَّهُمَا سَمِعَاهُ مِنْ أَبِي مَحْذُورَةَ قَالَ أَبُو مَحْذُورَةَ خَرَجْتُ فِي عَشَرَةِ فِتْيَانٍ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ أَبْغَضُ النَّاسِ إِلَيْنَا فَأَذَّنُوا فَقُمْنَا نُؤَذِّنُ نَسْتَهْزِئُ بِهِمْ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ائْتُونِي بِهَؤُلَاءِ الْفِتْيَانِ فَقَالَ أَذِّنُوا فَأَذَّنُوا فَكُنْتُ أَحَدَهُمْ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعَمْ هَذَا الَّذِي سَمِعْتُ صَوْتَهُ اذْهَبْ فَأَذِّنْ لِأَهْلِ مَكَّةَ فَمَسَحَ عَلَى نَاصِيَتِهِ وَقَالَ قُلْ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مَرَّتَيْنِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ ارْجِعْ فَاشْهَدْ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مَرَّتَيْنِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ مَرَّتَيْنِ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ مَرَّتَيْنِ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَإِذَا أَذَّنْتَ بِالْأَوَّلِ مِنْ الصُّبْحِ فَقُلْ الصَّلَاةُ خَيْرٌ مِنْ النَّوْمِ الصَّلَاةُ خَيْرٌ مِنْ النَّوْمِ وَإِذَا أَقَمْتَ فَقُلْهَا مَرَّتَيْنِ قَدْ قَامَتْ الصَّلَاةُ قَدْ قَامَتْ الصَّلَاةُ أَسَمِعْتَ قَالَ وَكَانَ أَبُو مَحْذُورَةَ لَا يَجُزُّ نَاصِيَتَهُ وَلَا يُفَرِّقُهَا لِأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَسَحَ عَلَيْهَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عُثْمَانُ بْنُ السَّائِبِ عَنْ أُمِّ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي مَحْذُورَةَ عَنْ أَبِي مَحْذُورَةَ قَالَ لَمَّا رَجَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى حُنَيْنٍ خَرَجْتُ عَاشِرَ عَشَرَةٍ فَذَكَرَ الْحَدِيثَ إِلَّا أَنَّهُ قَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ مَرَّتَيْنِ فَقَطْ وَقَالَ رَوْحٌ أَيْضًا مَرَّتَيْنِ

  MAKALAH SENI RUPA ZAMAN PRA SEJARAH, ZAMAN BATU, ZAMAN PERUNGGU

مسند أحمد 14951

Telah menceritakan kepada kami [Abdurrozaq] telah mengabarkan kepadaku [Ibnu Juraij] sudah menceritakan kepadaku [‘Utsman bin As-Sa’ib] budak mereka, dari Bapaknya [As-Sa’ib], budak Bani Mahdzurah dan dari [Ummu Abdul Malik bin Abu Mahdzurah] keduanya mendengarnya dari [Abu Mahdzurah] Abu Mahdzurah berkata; “Saya keluar dengan sepuluh cowok bersama Nabi Shallallahu’alaihiwasallam yang dikala itu ia ialah orang yang paling kami benci. Lalu mereka mengumandangkan adzan pada kami. Kami berdiri dan mengumandangkan adzan seraya menghinanya. Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Datangkan para cowok itu kepadaku” Lalu dia bersabda: “Adzanlah kalian” lalu mereka mengkumandangkan adzan, aku adalah salah satu di antara mereka. Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Ya. Inilah beliau bunyi yang saya dengar. Pergilah dan kumandangkanlah adzan terhadap masyarakatMakkah”, kemudian dia mengusap ubun-ubunnya (Abu Mahdzurah) dan bersabda: “Ucapkanlah: ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR, ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAH dua kali, dan ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH dua kali, lalu ulangilah (dengan suara pelan) ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAH dua kali, dan ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH dua kali, HAYYA ‘ALAS SHOLAAH, HAYYA ‘ALAS SHOLAAH, HAYYA ‘ALAL FALAAH HAYYA ‘ALAL FALAAH dua kali, ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR, LAA ILAAHA ILLA ALLAH, dan jika kau adzan pada awal subuh maka ucapkanlah: ASSOLAATU KHOIRUN MINAN NAUM, ASSHALATU KHOIRUN MINAN NAUM, Jika mengiqomatinya maka ucapkan dua kali: QOD QOOMATIS SHOLAAAH QOD QOOMATIS SHOLAAH, apakah kamu mendengar? (Ibnu Abi Mahdzurah Radliyallahu’anhu) berkata; maka Abu Mahdzurah tidak pernah mencukur rambut ubun-ubunnya serta memotongnya alasannya Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam telah mengusapnya. Telah menceritakan terhadap kami [Muhammad bin Bakar] sudah mengabarkan terhadap kami [Ibnu Juraij] berkata; sudah mengabarkan kepadaku [Utsman bin As-Sa’ib] dari [Ummu Abdul Malik bin Abi Mahdzurah] dari [Abu Mahdzurah] ia berkata; tatkala Nabi Shallallahu’alaihiwasallam kembali ke Hunain, kami keluar bersepuluh, kemudian ia menyebutkan Hadits yang serupa, cuma saja beliau menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam mengucapkan ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR dua kali saja, dan Rauh juga berkata dua kali.

  Pks, Kampanye Di Ranah Cyber

Hadits Ahmad Nomor 14833

Akhlaq Kanjeng Nabi Terhadap Penista Azan

Kanjeng Nabi yang mendengar ajukan-usikan kabilah Quraisy yang mau menuju kota Hunain itu pun menghentikan dan memanggil mereka dengan lembut. Dipanggilah siapa saja diantara kabilah tersebut yang suaranya paling keras, lalu lalu diajari azan dengan lembut oleh kanjeng Nabi.

Bahkan awal mula dongeng para penista azan ini lalu malah menjadi Muazin termasyur dan termerdu di Masjidil Haram pada masanya, namanya Abu Mahdzuroh atau Aus bin Rabiah. Bahkan begitu spesialnya pertemuan dan akhlaq yang ditunjukkan Kanjeng Nabi kepada Abu Mahdzuroh, berkembanglah jadi cerita Muazin Gondrong

Nama ia yakni Aus bin Rabiah bin Mi’yar bin Uraij bin Sa’ad bin Jumah. Ada yang menyampaikan nama ia adalah Salman bin Samurah, atau Salamah bin Samurah. Ada juga yang mengatakan nama ia adalah Mi’yar bin Muhayriz Berkata Abu Umar : Zubair dan pamannya serta Ibnu Ishaq Al Musayyabi bersepakat bahwa nama asli Abu Mahdzuroh adalah Aus. Mereka yakni orang yang paling memahami dalam hal ansabu quraisy. Pendapat yang menyampaikan dia berjulukan Salamah yakni keliru

Adz-Dzhabi, biar Allah merahmatinya berkata : Abu Mahdzuroh ialah mu’adzdzin masjidil haram, dan termasuk teman Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Dia tergolong orang yang suaranya merdu.

Dari siapa saja di kabilah menuju Hunain penista azan yang kemudian diajari azan oleh Kanjeng Nabi, ternyata yang paling spesial yaitu Abu Mahdzuroh. Suaranya keras tetapi merdu. Setelah Aus (Abu Mahdzuroh) ini akhir mengumandangkan azan, Kanjeng Nabi menghadiahinya perak, kemudian melepas sorban Abu Mahdzuroh dan mengusap ubun-ubunnya tiga kali seraya mendoakannya 

اللهم بارك فيه، وأهده إلى الإسلام

  Tahapan Pengambilan Keputusan

“Ya Allah, berkahilah ia dan tunjukkan dia ke jalan Islam”

Beliau memberkahiku hingga tiga kali lalu bersabda :

اذهب فأذن عند البيت الحرام

“Pergilah, kumandangkan adzan di Baitullah!”

Aku mengajukan pertanyaan, “Bagaimana caranya Ya Rasulallah?”

Beliau mengajariku adzan sebagaimana para teman. Di waktu shubuh ada kalimat

الصلاة خير من النوم

Dan beliau mengajarkan iqomah dua kali tiap-tiap kalimat

Setelah Nabi mengusap ubun-ubunnya, Abu Mahdzuroh berkata, “Demi Allah, tak akan kupotong rambut ini hingga aku mati.

Benar! Abu Mahdzuroh membiarkan rambut ubun-ubunnya memanjang hingga separo tinggi badannya hingga beliau kembali ke rahmatullah sebab usapan tangan mulia Rasulullah shallallahu alaihi wasallam

Beliau—agar Allah meridhoinya—mengumandangkan adzan sampai wafat tahun 54 H. putranya maju mengambil alih beliau, lalu cucunya, turun temurun sampai kurun Imam Asy Syafi’i

Tentang panjangnya rambut sahabat Abu Mahdzuroh ini, disebutkan dalam Al Mustadrak ala ash shohihain, juz 4 hal 658 :

أن أبا محذورة ، كانت له قصة في مقدم رأسه إذا قعد أرسلها فتبلغ الأرض ، فقالوا له : ألا تحلقها ؟ فقال : إن رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم مسح عليها بيده ، فلم أكن لأحلقها حتى أموت . لم يحلقها حتى مات

Sesungguhnya Abu Mahdzuroh, memiliki cerita ihwal rambut bagian depannya yang panjang. Apabila beliau duduk dan menguraikannya, maka rambutnya menjuntai ke tanah

Teman-temannya berkata, “Mengapa tidak kamu potong saja rambutmu?”

“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah mengusapnya dengan tangan dia. Aku tak akan memotongnya sampai mati”

Duh gusti, paringono pituduh kagem kula lan sedherek-sedherek kula, saget nunut akhlaq kanjeng Nabi kados niku…