Nabi Ayyub Alaihissalam merupakan salah satu Nabi yang Allah kisahkan dalam Al-Alquran alasannya adalah ketakwaannya meskipun dilanda aneka macam macam bencana alam dan penyakit. Ia yaitu putra Ish bin Ishak bin Ibrahim, dia ialah salah satu orang yang kaya raya pada jamannya hidup sejahtera sejahtera, namun harta kekayaannya itu tidak membuatnya lalai dalam mengingat Allah swt dan tetap beribadah terhadap Allah Swt.
Dalam limpahan harta kekayaannya beliau tidak lupa bahwa lezat tersebut datangnya hanya dari Allah Swt, maka dari sebagian hartanya tersebut dia suka membagikannya kepada kaum fakir miskin dan untuk menolong orang-orang yang dilanda kesusahan hidup. Atas perbuatannya tersebut menjadikan para malaikat pun terkagum-takjub kepadanya atas keikhlasannya beribadah terhadap Allah swt.
Berikut ialah cerita Nabi Ayyub yang tabah menghadapi musibah dan penyakit, selengkapnya.
Setelah sang Iblis yang mendengar obrolan para malaikat yang takjub atas keimanan Nabi Ayyub tersebut, iblis merasa iri dan dengki dan berniat ingin menjerumuskan Nabi Ayyub supaya menjadi orang yang tidak sabar dan celaka. Langkah pertama maka sang iblis mendekati Nabi Ayyub supaya tersesat dan tidak inginbersyukur kepada Allah Swt. Akan namun usahanya itu gagal, keteguhan keimanan Nabi Ayub tidak tergoyahkan alasannya adalah bujuk rayu sang Iblis.
Tidak sampai disitu, kemudian Iblis menghadap Allah swt, meminta izin untuk menarik hati Nabi Ayub, Iblis berkata : Wahai Tuhan, bahwasanya Ayub selalu memujimu tak lain hanyalah karena takut kehilangan kenikmatan yang sudah engkau berikaj kepadanya. Semua ibadah tidak ikhlas dan bukan karena cinta dan taat kepada-mu. Andaikata ia terkena musibah dan kehilangan harta benda, bawah umur dan istrinya belum tentu dia akan taat dan tetap nrimo menyembahmu.
Mendengar perkataan itu, lalu Allah Swt berfirman : Sesungguhnya Ayub adalah hamba-ku yang sangat taat terhadap-Ku, beliau seorang mu’min yang sejati. Apa yang ia kerjakan untuk mendekatkan diri kepada-Ku yaitu semata-mata didorong dogma yang teguh dan taat yang lingkaran kepada-Ku dogma dan takwanya takkan tergoyahkan oleh pergeseran keadaan duniawi.
Cintanya kepada-Ku dan kebajikannya tidak akan menurun dan menjadi menyusut walau ditimpa bencana alam apapun yang melanda dirinya dan hartanya. Ia percaya bahwa apa yang beliau miliki adalah perlindungan-Ku yang di saat-waktu mampu Aku cabut daripadanya atau menjadikannya berlipat ganda. Ia higienis dari segala tuduhan dan persangkaan.
Engkau tidak rela melihat hamba-hamba-Ku anak cucu adam berada di atas jalan yang lurus. Untuk menguji ketabahan hati Ayub dan keyakinannya pada diri-Ku. Kerahkanlah pembantu-pembantumu untuk menggoda Ayub lewat harta dan keluarganya. Cerai beraikanlah keluarganya yang rukun tenang makmur itu, lihatlah hingga dimana kemampuanmu untuk menyesatkan hamba-Ku (Ayub).
Hilang/Musnahnya Harta Kekayaan Nabi Ayyub
Setelah mendapat izin dari Allah Swt untuk menggoda Ayub, maka Iblis dan para pembantunya kemudian mulai menyerbu keimanan Ayub. Mula-mula mereka membinasakan binatang ternak peliharaan Nabi Ayub. Lalu satu persatu binatang-hewan tersebut mati bergelimpangan, disusul dengan lumbung-lumbung gandum dan lahan pertanian Nabi Ayub semua musnah terbakar tanpa alasannya adalah.
Melihat kejadian tersebut, Iblis mengira akan berkeluh kesah alasannya banyak kehilangan binatang ternak dan lahan pertaniannya. Melihat peristiwa tersebut Nabi Ayub tetap berbaik sangka baik kepada Allah Swt, semuanya dia serahkan kepada Allah semata. Harta ialah titipan Allah yang di saat-waktu dapat di ambil oleh sang pemiliknya (Allah Swt).
Meninggalnya Putra-putra Nabi Ayyub
Selanjutnya Iblis dan para pembantunya mendatangi putra-putra Nabi Ayud yang sedang berada di dalam gedung yang besar dan megah, kemudian mereka menggoyang goyangkan tiang-tiang gedung tersebut yang menimbulkan rubuh dan menimpa seluruh putra-putra Ayub yang menjadikan semuanya meninggal.
Atas kejadian tersebut Iblispun kemudian menerka bahwa bisnisnya akan sukses menggoyahkan keimanan Nabi Ayub, alasannya Nabi Ayub sangat menyayangi putra-putranya tersebut. Akan tetapi sang Iblis dan para pembantunya itu kecewa kembali, alasannya adalah Nabi Ayub tetap teguh dalam beribadah kepada Allah Swt dan tidak berkeluh kesah dan ia berserah diri hanya terhadap Allah Swt.
Nabi Ayyub tertimpa penyakit
Usaha Iblis selanjutnya yaitu menaburkan baksil (semacam penyakit kulit abses) di sekujur badan Nabi Ayub sehingga beliau menderita sakit kulit yang sungguh menjijikan. Keluarga dan para tetangganya menjauhinya alasannya adalah takut tertular, para istri-istrinya banyak yang melarikan diri dan hanya seorang saja yang setia menemaninya ialah yang bernama Rahmah. Para tetangga khususnya golongan ibu-ibu secara terperinci-terangan menghalau Nabi Ayub dari pemukiman penduduk.
Nabi Ayub dan Rahmah pergi ke ujung desa didekat pembuangan sampah, namun disana orang-orang tidak mau menerima, mereka tetap mengusir Nabi Ayub. Melihat perlakuan orang-orang maka Nabi Ayub dan Istri setianya yang bernama Rahmah pergi ke suatu kawasan yang yang sepi dari kerumunan insan. Selama tujuh tahun Nabi Ayub menderita penyakit tersebut, namun Nabi Ayub tetap tabah dan tetap berdzikir kepada Allah swt.
Untuk mencukupi kebutuhan hidup, maka Rahmah sang istri melakukan pekerjaan sebagai di pabrik pengerjaan roti. Pagi berangkat dan sore harinya ia kembali pulang ke rumah pengasingan. Lama kelamaan sang majikan Rahmah mengetahui bahwa ia ialah istri Ayub yang berpenyakitan, mereka cemas Rahmah menenteng baksil yang mampu menular melalui roti, maka rahmah diberhentikan dari pekerjaannya.
Rahmah yang setia tetap mempertimbangkan suaminya (Nabi Ayub), beliau meminta majikannya biar memberinya roti, namun sang majikan tidak memberinya. Majikannya mau memberinya roti jikalau Rahmah mau memangkas gelung rambutnya yang panjang padahal gelung tersebut sangat disenangi Nabi Ayub. Akhirnya Rahmah pun baiklah, namun dirumah Nabi Ayub menduga bahwa Rahmah telah menyeleweng, padahal tidak.
Nabi Ayyub ditinggalkan Istrinya
Suatu hari, Rahmah merasa tidak tahan dengan kondisi beliau menetapkan untuk bekerja guna menghidupi suaminya dan Rahmah pamit meninggalkan suaminya (Ayub). Namun Nabi Ayub melarangnya akan namun Rahmah tetap pergi sembari berkeluh kesah. Lalu Nabi Ayub berkata pada istrinya : Kiranya kau telah terkena bujukan setan, sehingga berkeluh kesah atas takdir Allah.
Lalu Nabi Ayub menyertakan : Awas kelak jikalau aku sudah sembuh kamu akan ku pukul seratus kali. Mulai saat ini tinggalkanlah aku seorang diri, saya tak membutuhkan pertolonganmu sampai Allah sampai Allah memilih takdirnya.
Setelah ditinggal pergi oleh Rahmah, satu-satunya orang yang terakhir yang masih dan menyayanginya dan masih mau merawatnya sekarang Nabi Ayub hidup seorang diri. Di dalam kamarnya dia berdo’a bermunajat terhadap Allah : Ya Allah, aku sudah diusik oleh setan dengan kepayahan dan kesulitan serta siksaan dan Engkau wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Nabi Ayyub Kembali Sembuh Seperti Sediakala
Allah Swt menerima do’a Nabi Ayub yang sudah berada dipuncak keteguhan dan keteguhan akidah dalam menghadapi ujian. Allah Swt berfirman kepada Nabi Ayub : Hantamkanlah kakimu ke tanah. Dari situ air akan menyembur dan dengan air itu kamu akan sembuh dari semua penyakitmu. Kesehatan dan kekuatanmu akan pulih kembali jika kau pergunakan untuk minum dan mandi.
Kemudian Nabi Ayub melakukan perintah itu, lalu ia minum dan mandi dengan air yang memancar tersebut dari bawah kakinya, maka ia lantas sembuh saat itu juga mirip sediakala. Semua penyakit biksul yang pernah memenuhi seluruh tubuhnya hilang saat itu juga.
Di lain daerah, Rahmah sang istri yang telah pergi meninggalkan suaminya (Nabi Ayub) merasa kasihan dan tak tega membiarkan Nabi Ayub seorang diri. Lalu ia datang untuk menjenguk, tetapi dia tak mengetahui suaminya lagi, sebab Nabi Ayub sudah sembuh dan keadaannya jauh lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
Nabi Ayub sekarang lebih sehat dan lebih tampan. Nabi Ayub bergembira menyaksikan istrinya pulang kembali. Namun beliau ingat harus melaksanakan sumpah itu. Kini Nabi Ayub bimbang, istrinya telah turut menderita ketika bahu-membahu dengannya selama tujuh tahun, akankah beliau tega untuk memukulnya.
Ketika Nabi Ayub sedang merasa bimbang, datanglah Wahyu Allah dan memberikan jalan keluar, Allah berfirman : Hai Ayub, ambillah lidi serratus buah dan pukullah istrimu itu sekali saja, dengan demikian maka tertebuslah sumpahmu. Lalu Nabi Ayub memukulkan ikatan lidi yang jumlahnya seratus buah itu tetapi dengan pelan.
Berkat ketabahan dan ketabahan imannya, maka Nabi Ayub dikaruniai lagi harta benda yang melimpah ruah. Lalu dari Rahmah beliau menerima anak bernama Basyar, yang kemudian menerima julukan Dzulkifli yang mempunyai arti : Punya mampu. Kemudian Dzulkifli Allah angkat juga menjadi seorang Nabi dan Rasul untuk menyempaikan risalah kenabian mirip ayahnya (Nabi Ayub).
Demikianlah bahasan wacana cerita Nabi Ayyub yang sabar menghadapi musibah dan penyakit. Semoga ada hikmahnya untuk kita semuanya. Wallaahu A’lam