Dokter yang Ingat Kematian Karena Surat Wasiat Pasiennya (3)

Lanjutan dr Dokter yg Ingat Kematian Karena Surat Wasiat Pasiennya (2)

Selanjutnya, saya bertanya pada diri sendiri & pada orang-orang mirip diri saya,

“Kenapa kita baru menyadari bahwa kita sering menyakiti orang lain, kemudian bergegas meminta maaf kepadanya cuma dikala kematian sudah begitu dekat? Kenapa kita masih saja menyakiti orang lain? Padahal kita tak tahu kapan maut menjemput.”

Sebelum melangkahkan kaki untuk menyakiti orang lain, hendaklah kita menahan diri, jangan sampai kita menghadap Allah Ta’ala dgn menenteng kesalahan sebab menyakiti orang lain yg mungkin saja dia menghadirkan siksa neraka –biar Allah melindungi kita darinya-.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

اتَّقُوْاالظُّلْمَ فَإنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

 “Jauhilah perbuatan zhalim, alasannya adalah bantu-membantu kezhaliman yaitu kegelapan pada hari akhir zaman.” (HR. Muslim).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pula bersabda,

مَنْ ظَلَمَ قَيْدَ شِبْرٍ مِنَ الْأرْضِ طُوِّقَهُ مِنْ سَبْعِ أَرَضِيْنَ

“Barangsiapa menzhalimi (menyerobot) tanah orang lain seluas satu jengkal, maka tanah itu akan dikalungkan di lehernya sebanyak tujuh lapis.” (HR. Al-Bukhari & Muslim).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيْهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٌ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ، قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُوْنَ دِيْنَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، إنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدَرِ مَظْلَمَتِهِ، وَ إنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِّلَ عَلَيْهِ

“Barangsiapa menzhalimi kehormatan saudaranya atau yg lainnya maka hendaklah dia meminta maaf sekarang, sebelum tiba dikala tak ada Dinar maupun Dirham lagi, sehingga –ketika itu- amal saleh orang –yang berbuat zalim tersebut- akan dikurangi setimpal dgn kezhalimannya.

Dan dia bila tak mempunyai amal saleh maka kesalahan –dosa- orang yg dia zhalimi akan dibebankan kepadanya.” (HR. Al-Bukhari)

  Kisah Nabi Musa Bersama Khidir

Dalam hadits qudsi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menceritakan firman Allah Ta’ala,

يَا عِبَادِي إنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَ جَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مَحَرَّمًا، فَلاَ تَظَالَمُوْا

“Wahai sekalian hamba-Ku, bekerjsama Aku mengharamkan kezhaliman atas diri-Ku, lalu Aku mengharamkannya atas kalian semua, maka janganlah kalian saling menzhalimi.” (HR. Muslim)

Saudara saudariku sekalian.

Seluruh istilah isi hati ini timbul saat saya membaca selembar kertas ini.

Saya menyadari bahwa saya sering berbuat zhalim, bahwa saya & orang-orang mirip saya sudah terlena oleh kenikmatan hingga melalaikan kematian, terlena oleh konferensi-pertemuan hingga melalaikan perpisahan.

Bagaimanapun juga, alhasil saya harus melaksanakan operasi tersebut, operasi itu merupakan operasi paling usang yg pernah saya alami. Alhamdulillah kesudahannya tuntas pula pekerjaan berat itu.

Padahal, semula saya berpikir untuk membatalkan operasi bedah ini alasannya adalah hati saya dlm kondisi berantakan-balau tak menentu.

Akan namun, apa boleh buat, rongga dada orang itu sudah dibedah maka mau tak ingin operasi harus secepatnya dimulai, dgn bertawakal pada Allah saya melaksanakan peran sulit ini yg pada akhirnya lelaki itu keluar dr ruang bedah dgn selamat.

Pada keesokan harinya, gue serahkan kembali secarik kertas wasiat tersebut sambil berkata,

“Saudaraku, mudah-mudahan Allah Ta’ala memaafkanmu, kau-sekalian sudah membuatku terenyuh dikala kamu-sekalian serahkan wasiat tersebut, gampang-mudahan Allah mengampuni dosa-dosaku & dosa-dosamu.”

Semoga shalawat & salam senantiasa dilimpahkan atas junjungan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam beserta keluarga & sobat-sahabatnya.

[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]