DINAMIKA SEJARAH PERJUANGAN HMI DALAM SEJARAH PERJUANGAN BANGSA
HMI Dalam Fase Perjuangan Fisik
HMI ikut berjuang dalam perjuangan fisik saat terjadi pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948. Pemberontakan tersebut bermaksud mengambil alih kekuasaan pemerintahan yang sah dan ingin mendirikan “Soviet Republik Indonesia”. Menghadapi hal tersebut, HMI menggalang seluruh kekuatan mahasiswa dengan membentuk Corps Mahasiswa. Selama waktu krisis tersebut anggota HMI terpaksa meninggalkan dingklik kuliah untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pengkhianatan PKI, selain itu HMI pun terlibat dalam perjuangan fisik menghadapi agresi militer Belanda.
Sebagai anak umat dan anak bangsa, HMI senantiasa ikut dalam perjuangan fisik demi mempertahankan negara Republik Indonesia. Dalam mempertahakan NKRI, anggota-anggota HMI mengganti pena dengan memanggul senjata, HMI merasa ikut bertanggung jawab dalam menjaga kedaulatan NKRI. HMI berkeyakinan bahwa dalam penduduk yang berdaulat dan merdeka akan tercipta keadilan dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu HMI senantiasa berupaya untuk memperthankan dan mempersatukan bangsa.
HMI Dalam Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi Bangsa
Saat HMI gres saja berdiri, terjadi pemberontakan PKI di Madiun yang merupakan bahaya terhadap kedaulatan bangsa, umat Islam, dan HMI sendiri. Kekuatan PKI ini semakin memuncak pada kurun 60-an, PKI menjadi salah satu kekuatan sosial politik besar di Indonesia. Posisi HMI ketika itu ialah menentang aliran komunis dan mengajak semua pihak yang ada untuk menentang komunis. Persoalan komunis bukan hanya masalah bangsa dan negara, namun juga masalah HMI, balasan perilaku HMI tersebut maka PKI menempatkan HMI selaku salah satu musuh utama yang mesti diberangus. HMI menggalang konsolidasi dengan semua pihak yang non komunis, sebab komunis berlawanan dengan dasar negara, yakni Pancasila. Selain itu PKI selalu berusaha untuk merebut pemerintahan dan kekuasaan yang sah.
Untuk menghadapi pemilu 1955, HMI menyelenggarakan Konferensi Akbar di Kaliurang Yogyakarta paa tanggal 9 – 11 April 1955, keputusan yang diambil adalah :
- Menyerukan terhadap khalayak ramai untuk memilih partai-partai Islam dalam pemilu yang akan datan
- Menyerukan kepada partai-partai Islam biar meminimalisir keruncingan-keruncingan, tidak saling menyerang
- Kepada warga dan anggota HMI semoga:
- Wajib aktif dalam pemilu
- Wajib aktif memilih salah satu partai Islam
- Mempunyai hak dan keleluasaan untuk membantu dan menentukan partai Islam yang disukai
Dalam menghadapi sidang pleno Majelis Konstituante, PB HMI mengirimkan seruan terhadap seluruh anggota fraksi partai-partai Islam di konstituante biar mampu memikul amanah umat Islam di Indonesia. Ketika Demokrasi Terpimpin berjalan, HMI menerima tekanan berpengaruh, alasannya ada tuduhan bahwa HMI kontra revolusi, dan lain-lain. Oleh alasannya itu HMI menggelar Musyawarah Nasional Ekonomi HMI se-Indonesia di Jakarta pada tahun 1962. Ada beberapa pertanyaan yang diajukan terhadap HMI ketika itu menyangkut sikap yang diambil HMI, yaitu (1) Apakah HMI mendukung Manipol/Usdek atau tidak? (2) HMI setuju pancasila atau tidak? dan (3) HMI oke sosialisme Indonesia atau tidak?
Munas menawarkan jawaban selaku berikut :
- Ya, HMI mendukung Manipol/Usdek sebagai haluan negara yang ditetapkan oleh MPRS
- Ya, HMI oke Pancasila yang merupakan desain kesatuan dengan Piagam Jakarta
- Ya, HMI oke sosialisme Indonesia, adalah masyarakat adil sejahtera yang diridhoi Tuhan Yang Maha Esa
Dengan melaksanakan pendekatan-pendekatan itu maka HMI mampu terselamatkan, berita dan tuduhan yang dilancarkan kepada HMI tidak berhasil untuk mengubur HMI dalam percaturan sejarah.
HMI Dalam Transisi Orde Lama dan Orde Baru
Tahun 1965, HMI mengalami tantangan yang berat, HMI terancam dibubarkan, dan lagi-lagi HMI lulus dalam ujian sejarah sehingga HMI dapat mempertahankan eksistensinya hingga ketika ini (entah esok hari, entah lusa nanti, entah……). HMI adalah salah satu komponen bangsa yang menentang faham dan anutan komunis, sedangkan PKI saat itu ialah kekuatan sosial politik yang besar di negara Republik Indonesia. PKI berkeinginan untuk membubarkan HMI sebab ialah salah satu musuh utamanya, usaha untuk membubarkan HMI dilaksanakan PKI dengan gencar (Kalau tidak mampu membubarkan HMI, lebih baik pakai sarung saja), terlebih menjelang Gestapu atau Gestok (istilah Pemimpin Besar Revolusi Soekarno). Masalah pembubaran HMI bukan hanya menjadi duduk perkara internal, tapi lebih jauh dibandingkan dengan itu, hal tersebut ialah masalah umat Islam dan bangsa Indonesia kebanyakan.
Puncak dari perjuangan PKI untuk merebut kekuasaan dan kedaulatan negara Republik Indonesia yakni dengan melaksanakan pemberontakan Gerakan 30 Sepetember/PKI tahun 1965. Pemberontakan tersebut dimulai melalui cara penculikan terhadap para perwira tinggi TNI-AD (kecuali Pangkostrad yang ialah jabatan strategis, why ?), dan menghabisi para perwira itu.
Menyikapi hal ini, HMI mengutuk Gestapu dan menyatakan bahwa gerakan tersebut dilaksanakan oleh PKI (pernyataan bahwa G30S/PKI diotaki oleh PKI pertama kali dilontarkan oleh HMI –sumber Agussalim Sitompul), HMI ikut membantu pemerintah dalam menumpas G30S/PKI dan kerelaan HMI untuk membantu sepenuhnya ABRI. Setelah turunnya Soekarno dan naiknya Soeharto selaku Presiden Republik Indonesia, HMI bersikap mendukung pemerintahan baru yang ingin mengerjakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen (katanya sih gitu waktu naik) dan HMI ikut dalam perjuangan-usaha untuk menumpas sisa-sisa PKI serta organisasi underbouw PKI.
HMI Dalam Fase Pembangunan dan Medernisasi Bangsa
Berdasarkan tujuan HMI, maka kader HMI mesti memiliki kualitas manusia cita, yang akhirnya akan tercipta kader yang mempunyai intelektual tinggi yang dilandasi oleh doktrin serta diabdikan terhadap umat dan bangsa. Pengabdian para kader ini akan mampu dijadikan penopang dalam pembangunan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Peran HMI dalam pembangunan bangsa dapat dijabarkan sebagai berikut:
- Partisipasi dalam pembentukan situasi dan iklim
- Partisipasi dalam bantuan desain
- Partisipasi dalam bentuk pelaksanaan
Dalam menjalani tugas tersebut, banyak halangan dan rintangan yang justru bahu-membahu lebih dominan faktor internal, misalnya pergantian nilai yang berdampak pada hilangnya ruh perjuangan HMI. Selain itu faktor eksternal memaksa HMI untuk terbawa pusaran kekuasaan, misal masalah asas tunggal yang mengakibatkan perpecahan HMI menjadi dua yakni HMI yang bermarkas di Diponegoro dan HMI yang menamakan dirinya Majelis Penyelamat Organisasi.
HMI dan Fase Pasca Orde Baru
Setelah runtuhnya Orde Baru, dimulailah babak baru perjalanan bangsa yang dikenal dengan istilah Reformasi. Namun ternyata hingga saat ini reformasi masih berupa angan yang belum mampu terealisir, ironisnya kesasar, karena banyak bagian bangsa yang ingin mencicipi sesuatu yang instan, tetapi dengan harapan berumur panjang.
Peran HMI dalam reformasi banyak dipertanyakan orang, analisa sementara ini diakibatkan penempatan peran HMI yang “salah” pada fase pembangunan. Bahkan gerakan mahasiswa di luar HMI kerap kali menempatkan HMI selaku common enemy.
Dinamika organisasi di manapun akan selalu mengalami fluktuasi, akankah HMI tetap bertahan?