Desain Dasar Kepemimpinan


2       Definisi Pemimpin Menurut Para Ahli dan Dalam Beberapa Kamus Modern


Ahmad Rusli dalam kertas kerjanya Pemimpin Dalam Kepimpinan Pendidikan (1999).  Menyatakan pemimpin adalah individu insan yang diamanahkan memimpin subordinat  (pengikutnya) ke arah mencapai matlamat  yang ditetapkan.

Miftha Thoha dalam bukunya Prilaku Organisasi (1983: 255). Pemimpin yaitu seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya mempunyai kemampuan untuk menghipnotis orang lain atau kalangan tanpa mengindahkan bentuk karena.

Kartini Kartono (1994 : 33). Pemimpin yakni seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan keunggulan khususnya kecakapan dan kelebihan disatu bidang, sehingga beliau bisa mempengaruhi orang-orang lain untuk bantu-membantu melaksanakan acara-kegiatan tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

C.N. Cooley (1902). Pemimpin itu senantiasa merupakan titik sentra dari sebuah kecenderungan, dan pada kesempatan lain, semua gerakan sosial bila diamati secara cermat akan didapatkan kecenderungan yang memiliki titik pusat.

Henry Pratt Faiechild dalam Kartini Kartono (1994: 33). Pemimpin dalam pengertian yaitu seseorang yang dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengendalikan, mengarahkan, mengurus atau mengatur perjuangan/upaya orang lain atau lewat prestise, kekuasaan dan posisi. Dalam pemahaman yang terbatas, pemimpin ialah seorang yang membimbing, memimpin dengan tunjangan kualitas-kualitas persuasifnya dan ekseptansi/penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya.

Sam Walton. Pemimpin besar akan berupaya menanamkan rasa yakin diri pada para pendukung. Jika orang memiliki yakin diri tinggi, maka kita akan kagetpada hasil luar biasa yang hendak mereka raih.

Rosalynn Carter. “Seorang pemimpin lazimmenenteng orang lain ke daerah yang ingin mereka tuju”. Seorang pemimpin yang luar biasa membawa para pendukung ke kawasan yang mungkin tak ingin mereka tuju, namun yang mesti mereka tuju.

John Gage Alle. Leader…a guide; a conductor; a commander” (pemimpin itu yakni pemandu, penunjuk, penuntun; komandan).

Jim Collin. Mendefinisikan pemimpin memiliki beberapa tingkatan, terendah yaitu pemimpin yang mahir, kemudian pemimpin yang menjadi bab dalam tim, kemudian pemimpin yang mempunyai visi, tingkat yang paling tinggi yakni pemimpin yang bekerja bukan berdasarkan ego pribadi, namun untuk kebaikan organisasi dan bawahannya.

 Modern Dictionary Of Sociology (1996). Pemimpin (leader) yakni seseorang yang menempati peranan sentral atau posisi lebih banyak didominasi dan imbas dalam kalangan (a person who occupies a central role or position of dominance and influence in a group).

C.N. Cooley dalam “ The Man Nature and the Social Order’.
Pemimpin itu senantiasa merupakan titik pusat dari suatu kecenderungan, dan sebaliknya, semua gerakan sosial, kalau diamat-perhatikan secara cermat, akan didapatkan di dalamnya kecenderungan-kecenderungan yang mempunyai titik pusat.

I . Redl dalam “Group Emotion and Leadership”. Pemimpin ialah seorang yang menjadi titik sentra yang mengintegrasikan kalangan.

J.L. Borwn dalam “Psychology and the Social Order”. Pemimpin tidak mampu dipisahkan dengan golongan, tetapi dapat dipandang sebagai suatu posisi yang memiliki potensi yang tinggi dibidangnya.

Kenry Pratt Fairchild dalam “Dictionary of Sociologi and Related Sciences”. Pemimpin mampu dibedakan dalam 2 arti; Pertama, pemimpin arti luas, sesorang yang memimpin dengan cara mengambil inisiatif tingkah laris masyarakat secara mengarahkan, mengurus atau mengawasi perjuangan-perjuangan orang lain baik atas dasar prestasi, kekuasaan atau kedudukan. Kedua, pemimpin arti sempit, seseorang yang memimpin dengan alat-alat yang meyakinkan, sehingga para pengikut mendapatkannya secara suka rela.

 Dr. Phil. Astrid S. Susanto. Pemimpin yaitu orangyang dianggap memiliki efek kepada sekelompok orang banyak.

Ensiklopedia Administrasi (disusun oleh Staf Dosen Balai Pembinaan Administrasi Universitas Gadjah Mada). Pemimpin (Leader) yaitu orang yang melaksanakan kegiatan atau proses menghipnotis orang lain dalam situasi  tertentu, lewat proses komunikasi, yang diarahkan guna mencapai tujuan/tujuan-tujuan tertentu.

2.2       Pengertian Kepemimpinan
Secara sederhana, jika berkumpul tiga orang atau lebih kemudian salah seorang di antara mereka “mengajak” sobat-temannya untuk melaksanakan sesuatu (Apakah: nonton film, bermain sepak bola, dan lain-lain). Pada pengertian yang sederhana  orang tersebut telah melaksanakan “aktivitas memimpin”, karena ada bagian “mengajak” dan mengkoordinasi, ada sobat dan ada aktivitas dan sasarannya. Tetapi, dalam merumuskan batas-batas atau definisi kepemimpinan ternyata bukan ialah hal yang mudah dan banyak definisi yang dikemukakan para andal tentang kepemimpinan yang tentu saja menurut sudut pandangnya masing-masing. Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :
  1. Koontz dan O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan selaku proses menghipnotis sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk menjangkau tujuan kelompoknya. 
  2. Wexley dan Yuki (1977), kepemimpinan mengandung arti mensugesti orang lain untuk lebih berupaya mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka.
  3. Georger R. Terry, kepemimpinan ialah kegiatan mensugesti orang-orang untuk bersedia berupaya mencapai tujuan bareng .
  4. Pendapat lain, kepemimpinan merupakan sebuah proses dengan banyak sekali cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang.
Dari keempat definisi tersebut, mampu disimpulkan bahwa sudut pandang yang dilihat oleh para jago tersebut yakni kesanggupan menghipnotis orang lain untuk meraih tujuan bareng .
Definisi lain, para jago kepemimpinan merumuskan definisi, selaku berikut: 1) Fiedler (1967), kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola kekerabatan antara individu-individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya kepada golongan orang semoga bekerja bahu-membahu untuk mencapai tujuan. 2) John Pfiffner, kepemimpinan adalah kemampuan mengkoordinasikan dan memotivasi orang-orang dan golongan untuk meraih tujuan yang di kehendaki.  3) Davis (1977), mendefinisikan kepemimpinan yaitu kesanggupan untuk mengajak orang lain mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan sarat semangat. 4) Ott (1996), kepemimpinan mampu didefinisikan sebagai proses kekerabatan antar eksklusif yang di dalamnya seseorang mempengaruhi perilaku, dogma, dan utamanya perilaku orang lain. 5) Locke et.al. (1991), mendefinisikan kepemimpinan merupakan proses membujuk orang lain untuk mengambil langkah menuju suatu sasaran bersama  Dari kelima definisi ini, para ahli ada yang meninjau dari sudut pandang dari contoh relasi, kesanggupan mengkoordinasi, memotivasi,  kemampuan mengajak, membujuk dan mensugesti orang lain.
Dari beberapa definisi  di atas,  ada beberapa unsur pokok yang mendasari atau sudut pandang dan sifat-sifat dasar   yang ada dalam merumuskan definisi kepemimpinan, ialah:
a.    Unsur-bagian yang mendasari
Unsur-bagian yang mendasari kepemimpinan dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, yakni: (1)  Kemampuan mensugesti orang lain (golongan/bawahan). (2) Kemampuan mengarahkan atau  memotivasi tingkah laris orang lain atau kalangan. (3) adanya unsur kerja sama untuk meraih tujuan yang dikehendaki.
b.    Sifat dasar kepemimpinan
Sifat-sifat yang mendasari kepemimpinan yaitu kecakapan memimpin. Paling tidak, dapat dibilang bahwa kecakapan memimpin mencakup tiga bagian kecakapan pokok, yakni:
  1. Kecakapan mengetahui perorangan, artinya mengetahui bahwa setiap manusia mempunyai daya motivasi yang berlawanan pada banyak sekali saat dan kondisi yang berlainan.
  2. Kemampuan untuk menggugah semangat dan memberi wangsit.
  3. Kemampuan untuk melaksanakan tindakan dalam suatu cara yang dapat berbagi suasana (iklim) yang mampu menyanggupi dan sekaligus mengakibatkan dan mengendalikan motivasi-motivasi (Tatang M. Amirin, 1983:15). Pendapat lain, menyatakan bahwa kecakapan memimpin meliputi tiga bagian pokok yang mendasarinya, yakni : [1] Seseorang pemimpin mesti memiliki kemampuan pandangan sosial [sosial perception]. [2] Kemampuan berpikir abstrak [abilitiy in abstrakct thinking]. [3] Memiliki kestabilan emosi [emosional stability].
 Kemudian dari definisi Locke, yang dikemukakan di atas, mampu dikategorikan kepemimpinan  menjadi 3 [tiga] bagian dasar, adalah: 

  1. Kepemimpinan merupakan sebuah desain hubungan [relation consept], artinya kepemimpinan hanya ada dalam relasi dengan orang lain, maka kalau tiadak ada pengikut atau bawahan, tak ada pemimpin. Dalam defines Locke, tersirat premis bahwa para pemimpin yang efektif harus mengenali bagaimana membangkitkan ide dan berelasi dengan para pengikut mereka.
  2. Kepemimpinan merupakan sebuah proses, artinya proses kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas atau posisi jabatan saja, alasannya adalah dipandang tidak cukup mencukupi untuk membuat seseorang menjadi pemimpin, artinya seorang pemimpin harus melakukan sesuatu. Maka berdasarkan Burns (1978), bahwa untuk menjadi pemimpin seseorang mesti mampu membuatkan motivasi pengikut secara terus menerus dan mengubah perilaku mereka menjadi responsif.
  3. Kepemimpinan mempunyai arti menghipnotis orang-orang lain untuk mengambil tindakan, artinya seorang pemimpin harus berusaha mempengaruhi pengikutnya dengan aneka macam cara, seperti menggunakan otoritas yang terlegitimasi, membuat model (menjadi contoh), penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukuman, restrukrisasi organisasi, dan mengkomunikasikan sebuah visi. Dengan demikian, seorang pemimpin dapat dipandang efektif jika mampu membujuk para pengikutnya untuk meninggalkan kepentingan langsung mereka demi kesuksesan organisasi (Bass, 1995. Locke et.al., 1991., dalam Mochammad Teguh, dkk., 2001:69).
  Makalah Kesehatan: Total Quality Management (Tqm)

Dari definisi-definisi di atas, paling tidak mampu ditarik kesimpulan yang sama , yaitu duduk perkara kepemimpinan yaitu dilema sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk meraih tujuan bareng , baik dengan cara mensugesti, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi.  Dari sini dapat dimengerti bahwa peran utama seorang pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada kemampuannya dalam melakukan acara-program saja, namun lebih dari itu adalah pemimpin mesti mempu melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotanya atau masyarakatnya untuk ikut berperan aktif sehingga mereka bisa memberikan kontribusi yang posetif dalam usaha meraih tujuan.
2.3       Teori Kelahiran Pemimpin
Para jago teori kepemimpinan telah mengemukakan beberapa teori ihwal timbulnya Seorang Pemimpin. Dalam hal ini terdapat 3 (tiga) teori yang menonjol (Sunindhia dan Ninik Widiyanti, 1988:18), yaitu:
a.    Teori Genetik
Penganut teori ini berpendapat bahwa, “pemimpin itu dilahirkan dan bukan dibuat”  [Leaders are born and not made]. Pandangan terori ini bahwa, seseorang akan menjadi pemimpin sebab “keturunan” atau ia sudah dilahirkan dengan “menenteng bakat” kepemimpinan. Teori keturunan ini,  dapat saja terjadi, alasannya adalah  seseorang dilahirkan telah “mempunyai potensi” termasuk “mempunyai kesempatanatau bakat” untuk memimpin dan inilah yang disebut dengan aspek “dasar”. Dalam realitas,  teori keturunan ini biasanya mampu terjadi di golongan aristokrat atau keturunan raja-raja, karena orang tuanya menjadi raja maka seorang anak yang lahir dalam keturunan tersebut akan diangkan menjadi raja.
b.    Teori Sosial
Penganut teori ini beropini bahwa,  seseorang yang menjadi pemimpin dibuat dan bukan dilahirkan (Leaders are made and not born).  Penganut teori berkeyakinan bahwa siapa pun itu sama dan mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin. Tiap orang memiliki peluangatau bakat untuk menjadi pemimpin, cuma saja paktor lingkungan atau faktor pendukung yang menjadikan potensi tersebut teraktualkan atau tersalurkan dengan baik dan inilah yang disebut dengan aspek “ajar” atau “latihan”.
Pandangan penganut teori ini bahwa, setiap orang mampu dididik, diajar, dan dilatih untuk menjadi pemimpin.  Intinya, bahwa setiap orang memiliki potensi untuk menjadi pemimpin, walaupun beliau bukan merupakan atau berasal dari keturunan dari seorang pemimpin atau seorang raja, asalkan mampu dididik, diajar dan dilatih untuk menjadi pemimpin.
c.    Teori Ekologik
Penganut teori ini beropini bahwa,  seseorang akan menjadi pemimpin yang baik “manakala dilahirkan” sudah memiliki talenta kepemimpinan. Kemudian bakat tersebut dikembangkan lewat  pendidikan, latihan, dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan untuk berbagi lebih lanjut bakat-bakat yang sudah dimiliki.
Jadi, inti dari teori ini yaitu seseorang yang mau menjadi pemimpin merupakan perpaduan antara faktor keturunan, talenta, dan lingkungan adalah faktor pendidikan, latihan dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan bakat tersebut mampu teraktualisasi dengan baik.
Selain ketiga teori tersebut, timbul pula teori keempat ialah Teori Kontigensi atau Teori Tiga Dimensi. Penganut teori ini berpendapat bahwa,   ada tiga faktor yang turut berperan dalam proses kemajuan seseorang menjadi pemimpin atau tidak, yaitu: (1) Bakat kepemimpinan yang dimilikinya. (2) Pengalaman pendidikan, latihan kepemimpinan yang pernah diperolehnya, dan (3) Kegiatan sendiri untuk menyebarkan talenta kepemimpinan tersebut.
Teori ini disebut dengan teori serba kemungkinan dan bukan sesuatu yang niscaya, artinya seseorang dapat menjadi pemimpin kalau mempunyai bakat, lingkungan yang membentuknya, kesempatan dan kepribadian, motivasi dan minat yang memungkinkan untuk menjadi pemimpin.
Menurut Ordway Tead, bahwa timbulnya seorang pemimpin, karana : (1) Membentuk diri sendiri (self constituded leader, self mademan, born leader). (2) Dipilih oleh kalangan, artinya beliau menjadi pemimpin alasannya jasa-jasanya, sebab kecakapannya, keberaniannya dan sebagainya terhadap organisasi. (3) Ditunjuk dari atas, artinya ia menjadi pemimpin alasannya diandalkan dan disetujui oleh pihak atasannya (Imam Mujiono, 2002: 18).


2.4     Teori Kepemimpinan
Memahami teori-teori kepemimpinan sungguh besar artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam sebuah organisasi telah dapat dilakukan secara efektif serta menunjang terhadap produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan dibahas perihal teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang pemimpin mesti mengerti wacana teori kepemimpinan agar nantinya memiliki acuan dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori perihal kepemimpinan antara lain :
1. Teori Kepemimpinan Sifat (Trait Theory)
Analisis ilmiah ihwal kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang lalu teori ini diketahui “The Greatma Theory”. Dalam perkembangannya, teori ini menerima efek dari fatwa sikap pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak semuanya dilahirkan akan tetapi juga mampu dicapai lewat pendidikan dan pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain: sifat fisik, mental dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain:
a)   Kecerdasan
Berdasarkan hasil observasi, pemimpin yang memiliki kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rat-rata dari pengikutnya akan memiliki potensi sukses yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada pengikutnya.


b)   Kedewasaan dan keluasan korelasi sosial
Umumnya di dalam melaksanakan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak gampang panic dan goyah dalam menjaga pendirian yang diyakini kebenarannya.

c)    Motivasi diri dan dorongan berprestasi
Seorang pemimpin yang sukses biasanya mempunyai motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini lalu tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.

d)   Sikap korelasi kemanusiaan
Adanya pengesahan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya bisa berpihak kepadanya.

2. Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi

Berdasarkan penelitian, sikap seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini mempunyai kecenderungan kearah 2 hal, ialah:
  • Pertama yang disebut dengan Konsiderasi ialah kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan bersahabat dengan bawahan. Contoh tanda-tanda yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan terhadap bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
  • Kedua disebut Struktur Inisiasi adalah Kecendrungan seorang pemimpin yang menawarkan batas-batas terhadap bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat arahan dalam pelaksanaan peran, kapan, bagaimana pekerjaan dilaksanakan, dan hasil yang hendak dicapai.

    Makara, menurut teori ini, seorang pemimpin yang bagus yaitu bagaimana seorang pemimpin yang mempunyai perhatian yang tinggi terhadap bawahan dan kepada hasil yang tinggi pula.

3. Teori kewibawaan pemimpin
Kewibawaan ialah faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, karena dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi sikap orang lain baik secara perorangan maupun kalangan sehingga orang tersebut bersedia untuk melaksanakan apa yang diinginkan oleh pemimpin.
4. Teori kepemimpinan situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang bagus dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
5. Teori kalangan
Agar tujuan golongan (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang konkret antara pemimpin dengan pengikutnya.
2.5     Tipe dan Gaya Kepemimpinan

Kartini Kartono menjelaskan bahwa tipe kepemimpinan terbagi atas:
1. Tipe Kharismatik
Tipe ini memiliki daya tarik dan pembawaan yang hebat, sehingga mereka memiliki pengikut yang jumlahnya besar. Kesetiaan dan kepatuhan pengikutnya  muncul dari dogma kepada pemimpin itu. Pemimpin dianggap mempunyai kesanggupan yang diperoleh dari kekuatan
Yang Maha Kuasa.

2. Tipe Paternalistik
Tipe Kepemimpinan dengan sifat-sifat antara lain;

  • Menganggap bawahannya belum dewasa
  • bersikap terlalu melindungi
  • Jarang memberi peluang bawahan untuk mengambil keputusan
  • Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.

3. Tipe Otoriter
Pemimpin tipe adikara memiliki sifat sebagai berikut:
a. Pemimipin organisasi sebagai miliknnya
b. Pemimpin bertindak selaku dictator
c. Cara menggerakkan bawahan dengan paksaan dan ancaman.

4. Tipe Militeristik
Dalam tipe ini pemimpin mempunyai siafat sifat:

  • menuntut kedisiplinan yang keras dan kaku
  • lebih banyak memakai system perintah
  • mengharapkan keputusan mutlak dari bawahan
  • Formalitas yang berlebih-lebihan
  • Tidak mendapatkan nasehat dan kritik dari bawahan
  • Sifat komunikasi cuma sepihak

5. Tipe Demokrasi
Tipe demokrasi mengutamkan dilema kerja sama sehingga terdapat kerjasama pekerjaan dari semua bawahan. Kepemimpinan demokrasi menghadapi potensi perilaku individu, mau mendengarkan usulan dan kritik yang sifatnya membangun. Makara pemimpin menitik beratkan pada aktifitas setiap anggota golongan, sehingga semua unsure organisasi dilibatkan dalam akatifitas, yang dimulai penentuan tujuan,, pembuatan rencana keputusan, disiplin.

2.6     Syarat-syarat Kepemimpinan
Ada tiga hal penting dalam konsepsi kepemimpinan antara lain:
1. Kekuasaan
Kekuasaaan yaitu otorisasi dan legalitas yang menawarkan wewenang terhadap pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu dalam rangka solusi tugas tertentu.

2. Kewibawaan
Kewibawaan merupakan kelebihan, keunggulan, keistimewaan sehingga pemimpin bisa mengontrol orang lain dan patuh padanya.

3. Kemampuan
Kemampuan ialah sumber daya kekuatan, kesanggupan dan kecakapan secara teknis maupun social, yang melampaui dari anggota biasa. Sementara itu Stodgill yang dikutip James A. Lee menyatakan pemimpin itu harus memiliki kelebihan sebagai standar, antara lain:
  1. Kepastian, kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan mengatakan, kemampuan menganggap.
  2. Prestasi, gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan dalam bidang tertentu.
  3. Tangggung jawab, berani, bersungguh-sungguh, berdikari, kreatif, giat, yakin diri, bergairah.
  4. Partisipasi aktif, mempunyai stabilitas tinmggi, kooperatif, bisa bergaul.
  5. Status, kedudukan social ekonomi cukup tinggidan terkenal .

2.7  Ciri-ciri Kepemimpinan Yang Baik
WA. Gerungan menerangkan bahwa seorang pemimpin paling tidak harus mempunyai tiga ciri, adalah:
1. Penglihatan Sosial
Artinya sebuah kesanggupan untuk melihat dan memahami tanda-tanda-tanda-tanda yang timbul dalam masyarakat sehari-hari.

2. Kecakapan Berfikir Abstrak
Dalam arti seorang pemimpin harus memiliki otak yang pandai, intelegensi yang tingggi. Kaprikornus seorang pemimpin harus mampu mengecek dan mumutuskan adanya gejala yang terjadi dalam kelompoknya, sehingga bermanfaat dalam tujuan organisasi.

3. Keseimbangan Emosi
Orang yang gampang naik darah, membuat ribut mengambarkan emosinya belum mantap dan tidak memililki keseimbangan emosi. Orang yang demikian tidak bisa jadi pemimpin alasannya adalah seorang pemimpin mesti bisa menciptakan suasana damai dan senang. Maka seorang pemimpin mesti memiliki keseimbangan emosi.

2.8  Pemimpin dan Pimpinan Indonesia

1. Kepemimpinan Pancasila
Dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya seorang pemimpin harus dapat menjaga kewibawaannya. Lebih-lebih dalam kemerdekaan dan pembangunan. Berhasilnya pembangunan nasional tergantung tugas aktif rakyat Indonesia, dengan sikap mental, tekad semangat, ketaatan dan disiplin nasional dalam mengerjakan peran kewajibannya. Dengan demikian perlu dikembangkan motivasi membangun dikalangan masyarakat luas dan motivasi pengorbanan dedikasi pada komponen kepemimpinannya. Norma-norma yang tercakup dalam Pancasila itu
sekaligus merupakan sistem nilai yang mesti dihayati dan diamalkan oleh setiap warga Negara, khususnya para pemimpin. Kepemimpinan Pancasila yakni bentuk kepemimpinan yang senantiasa menggambarkan nilai-nilai dan norma-norma Pancasila.
Sumber-sumber kepemimpinan Pancasila:
a. Nilai-nilai faktual dan modernisme
b. Refleksi hakekat hidup dan tujuan hidup bangsa pada kurun
pembangunan dan zaman terbaru.
c. Intisari warisan pusaka berupa nilai-nilai dan norma-norma
kepemimpinan yang ditulis para nenek moyang, pujangga, raja.
Ada beberapa azas kepemimpinan Pancasila yang digali dari nilai-nilai
kepemimpinan Indonesia:
  • Ing ngarsa sung tulada
  • Ing madya mangun karsa
  • Tut wuri Handayani
  • Taqwa terhadap Tuhan Ynag Maha Esa
  • Waspada purwa wasesa
  • Ambeg para marta
  • Prasaja
  • Satya
  • Gemi nastiti
  • Blaka
  • Legawa

2. Kepemimpinan Pembangunan
Dalam pembangunan nasional pada hakekatnya yaitu pembangunan manusia seutuhnya dan membangun seluruh rakyat Indonesia, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hakekat pembangunan yaitu rangkaian upaya pembangunan dan pergeseran yang dilangsungkan secara sadar, sengaja, berniat yang menuju


terhadap modernitas dan taraf hidup yang lebih tinggi. Untuk merealisasikan pembangunan tersebut diperlukan tipe kepimimpinan yang bisa mengurus pembangunan yakni tipe kepemimpinan “Administrator dan Sosio teknokrat”. Pemimpin Administrator pembangunan bertugas untuk melaksanakan rentetan usaha bersama dengan rakyat untuk mengadakan perbaikan, kenaikan tata  kehidupan dan sarana kehidupan sosial demi pencapaian kesejahteraan insan, kebaikan serta keadilan yang merata. Sosio teknokrat yakni seorang yang bertugas mengurus aspek-aspek teknik administratif dan mahir membimbing dan membangun manusianya.