DEFINSI ISTILAH PIS
Ilmu-Ilmu Sosial :
Studi perihal tingkah laku kalangan umat manusia. Studi tentang tingkah laku golongan umat manusia tentang cara mereka mengatur dan menyanggupi keperluan yang diperlukan hidup (ekonomi), tentang metode korelasi anggota kalangan dengan kelompok dan kelembagaan yang mereka perlukan (sosiologi), tentang aneka macam hukum dan nilai dalam golongan (antropologi), keterhubungannya dengan ruang (geografi), mengenai kegiatan manusia dimasa lalu (sejarah), kelembagaan dan proses pembinaan golongan generasi muda oleh generasi diatasnya (pendidikan), cara dan hukum main mengenai kekuasaan serta kelembagaan (politik).
Pendekatan Terpisah :
Pendekatan di mana setiap disiplin dalam ilmu-ilmu sosial diajarkan secara terpisah. Dalam pendekatan ini tujuan dan materi pelajaran sepenuhnya dikembangkan dari disiplin ilmu yang bersangkutan.
Pendekatan adonan :
Pendekatan pendidikan ilmu-ilmu sosial yang memadukan (relasi) beberapa disiplin ilmu-ilmu sosial dalam melaksanakan kajian terhadap sebuah pokok bahasan diketahui ada satu disiplin ilmu sosial yang dijadikan sebagai disiplin ilmu utama dalam melaksanakan kajian kepada sebuah pokok bahasan. Dalam kajian itu, disiplin ilmu yang utama tadi dibantu oleh disiplin ilmu-ilmu sosial yang lain yang dipakai secara fungsional.
Pendekatan Multidisiplin :
Pendidikan ilmu-ilmu sosial yang memakai lebih dari satu disiplin ilmu untuk membicarakan sebuah pokok duduk perkara. Batas-batas disiplin ilmu itu tetap dipertahankan dan kedudukan satu disiplin ilmu kepada dilema sama dengan kedudukan disiplin ilmu lainnya (tidak ada disiplin ilmu yang lebih utama dibandingkan disiplin ilmu yang lain).
Pendekatan Terpadu :
Pendidikan ilmu-ilmu sosial yang memadukan banyak sekali disiplin ilmu-ilmu sosial sedemikian rupa sehingga batasan antara disiplin satu dengan yang lain telah tidak tampak.
Pendidikan :
Usaha sadar untuk menyiapkan peserta latih melalui kegiatan tutorial, pengajaran, dan/atau latihan bagi kiprahnya di abad yang hendak datang.
Pendidikan Ilmu Sosial :
Pendidikan perihal disiplin-disiplin dari ilmu-ilmu sosial sesuai dengan pendekatan yang digunakan (terpisah, gabungan, atau terpadu).
Synthetic Social Sciences :
Upaya untuk memadukan aneka macam disiplin ilmu-ilmu sosial menjadi sebuah disiplin baru. Upaya ini diantaranya dipelopori oleh Bruner dan mitra-kawannya dari Universitas Harvard (Harvard University).
Perkembangan kurikulum di Indonesia menawarkan posisi pendidikan ilmu-ilmu sosial yang berlawanan selama masa 30 tahun terakhir. Dalam kurikulum 1964 pendidikan ilmu-ilmu sosial Sekolah Menengah Pertama cuma terdiri atas disiplin. Sejarah dan Geografi, Kedua disiplin ilmu dibagi atas dua bab yaitu Sejarah Kebangsaan dan Sejarah Dunia, Geograpi Indonesia dan Geografi Dunia. Sejarah Kebangsaan dan Geografi Indonesia dalam struktur kurikulum dimasukkan dalam Kelompok Dasar maupun dalam Kelompok Cipta baik dalam Kelompok Dasar maupun dalam Kelompok Cipta, Sejarah dan Geografi diajarkan dengan pendekatan pengajaran disiplin ilmu yang terpisah (separated disciplinari approach).
Pendekatan terpisah dipakai pula dalam pengajaran ilmu-ilmu sosial di Sekolah Menengan Atas. Dalam kurikulum 1964 pendidikian ilmu-ilmu sosial di Sekolah Menengan Atas terdiri atas Sejarah, Geografi, dan Ekonomi. Pendidikan Sejarah terdiri atas pendidikan Sejarah Indonesia (perumpamaan yang dipakai bukan Sejarah Nasional mirip yang dipakai untuk SMP), Sejarah Dunia dan Sejarah Kebudayaan. Pendidikan Geografi terbagi atas Geografi Indonesia dan Geografi Dunia.
Dalam kurikulum 1968 yang merupakan perbaikan dari kurikulum 64 dan 66, Sejarah dan Geografi tetap mewakili pendidikan ilmu-ilmu sosial di SMP. Kedua disiplin ilmu itu di ajarkan dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia dan Sejarah Dunia, Geografi Indonesia dan Geografi Dunia. Keadaan yang sama dengan kurikulum 1964 berlaku untuk pendidikan ilmu-ilmu sosial di SMA. Bentuk pengajaran yang disarankanpun masih sama yakni pendekatan pengajaran disiplin ilmu yang terpisah.
Upaya untuk menerapkan pendekatan integratif dalam kurikulum ilmu-ilmu sosial hanya dilakukan dalam kurikulum 1975. Meskipun harus dibilang bahwa upaya itu kurang berhasil baik ditingkat kurikulum apalagi di tingkat pengajaran namun kurikulum tersebut ialah sesuatu yang memperlihatkan alternatif lain dalam pendidikan ilmu-ilmu sosial.
Dalam kurikulum 1975 IPS SMP, pendidikan ilmu-ilmu sosial diwakili oleh disiplin Sejarah, Geografi, dan Ekonomi. Pembagian Sejarah menjadi mata pelajaran terpisah Sejarah Indonesia dan Sejarah Dunia dan Geografi menjadi mata pelajaran terpisah. Geografi Indonesia dan Geografi Dunia tidak terjadi dalam kurikulum 75. Keterpaduan yang diharapkan kurikulum meskipun tidak dapat dibilang yang dikehendaki kurikulum, walaupun tidak mampu dikatakan berhasoil dirterjemahkan dalam GBPP, mengakibatkan materi Sejarah Indonesia dan Sejarah Dunia diramu sedemikian rupa sehingga cuma tergambar pada rumusa. Tujuan Kurikuler demikian pula yang terjadi dengan Geografi yang diperluas dengan Kependudukan.
Dalam kurikulum 1975 IPS SMA ditambahkan materi Antropolgi sehingga dapat dibilang bahwa pendidikan ilmu-ilmu sosial telah lebih berkembang dalam jumlah disiplin ilmu yang diliput kurikulum. Meskipun demikian, pendekatan terpadu yang dikehendaki kurikulum tidak sukses diterjemahkan dalam GBPP.
Upaya mengembangakan pendekatan terpadu untuk pendidikan ilmu-ilmu sosial dapat dibilang berhasil dalam kurikulum 84 IPSSMP. Rumusan tujuan kurikuler, Tujuan Instruksional Umum, serta rumusan Pokok Bahasan, dan Uraian menunjukkan petunjuk kesuksesan penerapan pendekatan terpadu dalam GBPP.
Pendidikan ilmu-ilmu sosial dalam kurikulum Sekolah Menengan Atas selanjutnya (1984 dan 1994) dikembangkan menurut pendekatan disiplin ilmu yang terpisah. Mamang terjadi perbedaan-perbedaan dalam mata pelejaran yang menopang pendidikan ilmu-ilmu sosial kedua kurikulum dan bukan dalam pendekatan pendidikan ilmu sosial yang digunakan.
Senarai :
Eklintik Pandangan yang berusaha menggabungkan banyak sekali pemikiran dengan melihat kebaikan dan laba yang dimiliki setiap pemikiran. Dalam konteks diskusi dalam baba ini eklitik diartikan secara khusus pada kelompok yang menganut pandangan esensialisme tetapi dalam pendekatan pengembangan bahan tidak membatasi diri hanya pada pendekatan terpisah namun juga adonan dan terpadu.
Esensialisme Aliran dalam filsafat pendidikan yang menyampaikan bahwa tujuan pendidikan ialah pengembangan intelektualisme. Unrtuk meraih tujuan pendidikan itu maka disiplin ilmu yang diajarkan secara terpisah berdasarkan ciri khas keilmuan itu sendiri. Dalam persepsi ini pendektyan ganbungan atau terpadu yaitu sesuatu yang tidak benar.
Perenialisme Aliran filsafat yang menyatakan bahwa intelektualisme yaitu tujuan pendidikan yang utama. Untuk meraih tujuan tersebut maka siswa mesti berguru mengenai liberal arts dan karya-karya Besar.
Rekonstruksionisme Aliran filsafat ini beropini bahwa tujuan pendidikan yang palin utama yaitu mensejahterakan masyarakat. Oleh alasannya adalah itu pendidikan harus diarahkan untuk mengembangkan siswa dengan kesanggupan dan kemampuan yang berguna bagi upaya mensejahterakan masyarakat.
Akomodasi : Istilah yang dipakai piaget untuk menawarkan proses pergeseran pada sketsa yang ada sehingga beliau bisa mendapatkan isu gres (yang telah mengalami asimilasi).
Asimilasi Istilah yang digunakan piaget untuk memberikan proses pergeseran yang terjadi pada gosip semoga info itu mempunyai keterkaitan dengan denah siswa.
Belajar Penuh Makna : perumpamaan yang dipakai Ausubel untuk memberikan bahwa infornmasi, rancangan, generalisasi teori dan bahan yang lain yang dipelajari memiliki keterkaitan makna dan wawasan dengan apa yang sudah diwakili siswa sehingga mengganti apa yang sudah menjadi milik siswa.
Belajar Tanpa Makna : Istilah yang digunakan Ausubel untuk memberikan bahwa berita, rancangan, generalisasi teori dan materi lainnya yang dipelajari tidak memiliki keterkaitan makna dan wawasan dengan apa yang sudah dimiliki siswa sehingga materi yang gres dipelajari tidak berubah menjadi milik siswa.
Berpikir Formal : ungkapan yang dipakai Piaget untuk menawarkan tahap pertumbuhan berpikir seseorang yang sudah mampu mengerti bukan saja hal-hal yang absurd namun juga yang bersifast induktif dan deduktif.
Berpikir KonkrIt : Istilah yang digunakan Piaget untuk menawarkan kemampuan awal siswa dalam berbagai hal termasuk perbedaan-perbedaan dalam informasi yang dipelajari.
Enactive : Istilah yang digunakan Bruner untuk memberikan kesanggupan berpikir yang dapat diwakilkan melalui gejala dan telah mulai melepaskan diri sdari keterbatsan kenangan yang dihubungkan dengan waktu dan tempat tetapi masih terbatas pada isu yang dinyatakan secara eksplisit.
Non-specific transfer : istilah yang digunakan Bruner untuk menunjukkan kesanggupan yang dimiliki siswa dalam menerapkan apa yang sudah dipelajarinya dalam berbagai suasana.
Preoperasional : Istilah yang digunakan Piaget untuk menggambarkan kesanggupan awal seseorang untuk berkomunikasi dengan dunia luar lewat bahasa ekspresi.
Sensori Motor : Istilah yang digunakan Piaget untuk menawarkan kesanggupan seseorang pada tingkat permulaan keterkaitannya dengan dunia luar melaluikomunikasi non- lisan
Skema : Pengetahuan, pengertian, kemampuan kognitif dan afektif yang sudah ada dan menjadi milik siswa sebelum ia berguru sesuatu yang gres. Jika sesuatu yang gres dipelajari mampu diterima oleh sketsa yang ada maka denah itu menjelma sesuatu yang gres.
Specific transfer of pelatihan : Istilah yang dipakai Bruner untuk menunjukkan kemampuan siswa dalam memakai wawasan dan kemampuan yang sudah dipelajari hanya untuk situasi-situasi khusus.
Symbolic : Istilah yang dipakai Bruner untuk memperlihatkan kemampuan beropikir yang absurd, penuh lambang, dan dapat dikembangkan untuk berpikir dalam ilmu.
Afektif : yakni aspek kepribadian yang berkenaan dengan perasaan, sikap, nilai dan moral seseorang.
Development Objectives : Tujuan yang harus dikembangkan dalam sebuah proses pendidikan yang panjang dan oleh karena itu dia mustahil tercapai hanya dalam satu konferensi kelas.
Konatif : ialah aspek kepribadian yang berkenaan dengan kemauan, impian, dan pelaksanaannya dalam hidup sehari-hari
Kognitif : adalah pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari yaitu faktor kepridabian yang berkenaan dengan kesanggupan daya pikir dan logika seseorang.
Mastery Objective : Tujuan yang dapat diraih dalam suatu pertemuan kelas dan umumnya berkenaan dengan pengetahuan dan pemahaman kepada bahan substantif pelajaran tersebut.
Tujuan : yaitu kualitas yang ingin dikembangkan pada diri siswa sesudah mempelajari ilmu-ilmu sosial. Tujuan memperlihatkan arah tentang penyeleksian materi latih dan kemana proses berguru siswa harus diarahkan.
Tujuan Global : Tujuan yang berkenaan dengan ruang lingkup yang bersifat terbuka terhadap insiden dan perkembangan yang ada di luar negara Indonesia. Kejadian dan kejadian itu besar lengan berkuasa kepada kehidupan siswa seharihari dan oleh kesannya tujuan ilmu-ilmu sosial mesti juga menyiapkan siswa untuk berhadapan dengan berbagai insiden global.
Tujuan Institusional : Tujuan yang mau dicapai oleh sebuah forum pendidikan tertentu. Sekolah Menengah Pertama memiliki tujuan institusional yang berbeda dari Sekolah Menengan Atas alasannya adalah fungsi pendidikan yang diemban lembaga tersebut berbeda.
Tujuan Pendidikan Nasional : tujuan yang mau dicapai oleh setiap upaya pendidikan yang dilaksankan di Indonesia. Tujuan ini ditetapkan dalam GBHN, Uunomor 2 tahun 1989 ihwal Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan Pendidikan Nasional ialah tujuan bangsa Indonesia dalam melakukan pendidikan. Oleh alasannya itu setiap upaya pendidikan yang berlaku di tanah air hendaklah diarahkan untuk pencapaian kualitas insan yang dipersyaratkan dalam tujuan pendidikan nasional.
Tujuan Pengajaran : tujuan yang dicapai secara eksklusif melalui kajian bahan dan proses belajar tertentu. Tujuan ini intinya yakni tujuan yang dikembangkan guru dalam setiap planning pengejaran dan ia berhubungan langsung dengan tujuan yang dinyatakan dalam kurikulum dan sifat bahan pelajaran yang dikaji siswa.
Tujuan pengayaan : tujuan pengayaan yaitu tujuan yang dicapai siswa selaku balasan samingan dari kegiatan berguru yang mereka kerjakan. Tujuan ini memang ialah tujuan sampingan dan oleh sebab itu tidak berhubungan pribadi dengan materi kajian. Tujuan pengayaan terjadi alasannya adalah suatu acara belajar mengajar tidak cuma kuat terhadap pencapain satu tujuan saja tetapi kepada aneka macam tujuan.
Fakta : kesimpulan-kesimpulan yang diambil seseorang berdasarkan cara persepsi keilimuan terhadap data atau sekumpulanm data. Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan itulah maka data yang telah dikumpulkan itu memiliki makna.
Generalisasi : kesimpulan yang berkenaan dengan sifat dan jenis keterhubungan anatara dua konsep atau lebih dan kesimpulan itu dirumuskan dalam bentu pernyataan yang memiliki daya keberlakuan dalam banyak sekali ruang dan waktu. Dalam kesimpulan yang dinamakan generalisasi itu terdapat juga struktur keterhubungan antar desain-konsep.
Konsep : abstraksi kesamaan atau keterhubungan dari sekelompok benda atau sifat. Dalam keterhubungan itu terdapat struktur yang menggambarkan keterhubungan antara banyak sekali atribut sebuah konsep. Konsep mempunyai nama yang disebut label dan memiliki isi yang dinyatakan dalam definisi.
Konsep disjungtif : adalah rancangan yang mempunyai anggota dengan atribut yang memiliki nilai beragam. Adanya perbedaan dan keanekaragaman dalam nilai atribut itu justru menjadi persamaan diantara keanggotaan konsep.
Konsep konjungtif : desain yang mempunyai anggota dengan persamaan yang sungguh banyak. Dapat dikatakan persamaan anatara satu anggota dengan anggota lain meliputi nyaris sebagian besar nilai atribut desain.
Konsep relasional : konsep yang diangap paling tinggi tingkat abstarksinya alasannya adalah persamaan yang ada diantara anggota rancangan dikembangkan berdasarkan tolok ukur tertentu dan tidak lagi bersifat konkret.
Materi proses : bahan yang dipelajari namun tidak berkenaan dengan faktor seperti fakta, konsep, generalisasi atau pun teori tetapi berkenaan dengan mekanisme yang harus dikerjakan. Materi pendidikan yang bersifat proses haruslah dipelajari dalam bentuk aktivitas dan pelaksanaan proses itu sendiri.
Materi Substansi : bahan yang secara universal dipelajari siswa di kelas-kelas pendidikan ilmu-ilmu sosial dikala kini. Dalam materi yang demikian siswa mengkaji fakta, rancangan, definisi usulan, generalisasi, teori, nilai, adab, dan sebagainya.
Pendekatan komunitas yang meluas : pendekatan yang dikembangkan Paul Hanna berdasarkan keterdekatan lingkungan kepada siswa. Lingkungan terdekat adalah keluarga dan diteruskan hingga kelingkungan dunia. Dalam lingkungan-lingkungan tersebut siswa mempelajari sembila faktor kehidupan manusia.
Belajar memiliki arti : mencar ilmu yang mempunyai arti bagi siswa secara berarti sebab apa yang dipelajari memiliki : keterhubungan dengan struktur kognitif siswa.
Induktif : proses belajar yang mengembangkan kesanggupan berpikir abstrak lewat kemampuan menarik kesimpulan yang sifatnya biasa dari fenamena yang bersifat khusus.
Mnemonic : cara belajar fakta dengan jalan menciptakan abreviasi mengenai fakta tersebut yang memiliki arti yang memiliki arti bagi dirinya sehingga gampang dikenang.
Pengemas permulaan : bahan yang disuguhkan guru terhadap awal sebuah proses belajar yang terdiri dari abstraksi, generalisasi dan rincian dasar mengenai materi yang mau dipelajari.
Berpikir : sebuah proses mental berdasarkan mana seseorang menemukan makna dari apa yang telah dipelajarinya.
Isu kontroversial : suatu berita yang mengakibatkan perbedaan usulan dari seseorang atau kelompok lain. Suatu golongan mungkin setuju sedangkan yang lain tidak oke perihal suatu persoalan.
Kasus : bekerjasama dengan kehidupan manusia di kurun lalu, periode kini dan periode yang mau tiba. Kasus yang berkenaan dengan kehidupan insan dimasa mendatang yakni perkara yang fiktif, Meskipun demikian perkara fiktif tidak cuma terbatas untuk sebuah yang berafiliasi dengan kehidupan kurun datang saja; perkara perihal kehidupan kala lalu atau pun era sekarang dapat pula diciptakan.
Konsep : abstraksi kesamaan karakteristik sejumlah benda, fenomena, atau stimuli. Suatu konsep mempunyai atribut, fakta, label/nama dan definisi.
Diagram Vee : diagram y6ang dikembangkan oleh Gowin yang menerangkan keterhubungan antara kemampuan berfikir dengan kesanggupan memroses berita.
Kemampuan proses : kesanggupan yang dipakai untuk menghimpun info mengolah isu, mengkomunikasikan hasil dan memanfaatkan berita.
Pengajaran Inkuiri : salah satu bentuk pengajaran untuk mengembangkan kemampuan proses yang sudah disistematiskan dalam sebuah tata ukuran tertentu dengan acara yang bermula dari perumusan persoalan, pengembangan hipotesis, pengumpulan data, pembuatan data, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan.
Pengajaran Pemecahan Masalah : salah satu bentuk pengajaran untuk berbagi kesanggupan proses yang sudah disistematiskan dalam tata urutan dengan aktivitas bermula dari identifikasi persoalan, pengembangan alternatif, pengumpulan data pengujian alternatif dan pengambilan keputusan.
Aspek non-teknis profesi guru : aspek yang berhubungan dengan komponen-unsur afeksi keprofesian seorang guru. Dalam faktor ini yang menonjol yakni motivasi, rasa tanggung jawab, kesadaran profesi serta harapan profesi sebaik mungkin.
Model Tyler : pengembangan kurikulum yang dikemukakan Ralph Tyler dan dianggap sebagai bapak pengembang kurikulum. Dalam model tersebut Tyler sungguh menekankan pencapaian tujuan, tugas aktif siswa dalam proses dan peran guru dalam melancarkan dan memudahkan proses mencar ilmu siswa. Bagi Tyler, kurikulum ialah pedoman untuk siswa dalam belajar dan bukan aliran guru untuk mengajar.
Perencanaan guru : adalah penyusunan rencana yang dibentuk guru dalam merencanakan suatu proses belajar. Pada dasarnya penyusunan rencana guru adalah terjemahan operasional guru kepada kurikulum sehingga dari penyusunan rencana guru akan terlihat pandangan dan harapan profesional guru perihal hasil mencar ilmu siswa, pengalaman mencar ilmu siswa serta upaya guru untuk mengenali hasil belajar siswa.