Pertengahan abad kesembilan belas terlaksana wabah kolera di London. Seorang dokter anestesi bernama John Snow melakukan serangkaian pemeriksaan bagi atau mampu juga dikatakan untuk mengenali penyebab wabah yang sudah di sebutkan antara 1849 serta 1854. Dalam pemeriksaan itu Snow mengamati tidak sedikit akhir hayat terlaksana pada populasi yng mempergunakan sumber air dari pompa air di Broad Street London. Air yang sudah di sebutkan disuplai oleh sebuah perusahaan air minum yng mempergunakan air di bagian Sungai Thames yng terkotori limbah. Snow mendapatkan, angka kematian lantaran kolera pada populasi yng memanfaatkan air minum yang sudah di sebutkan lebih tinggi ketimbang populasi yng tak memanfaatkan air minum itu. Snow memberikan kesimpulan, air minum tercemar yaitu penyebab epidemi kolera. Berdasarkan hasil pemeriksaan Snow, otoritas di London menutup pompa air Broad Street bagi atau mampu juga dibilang untuk menetapkan transmisi, tak lama lantas epidemi kolera berhenti. Era epidemiologi penyakit jerawat dimulai semenjak pemeriksaan Snow serta semakin berkembang seiring yang dengannya hadirnya ilmu baru mikrobiologi pada paroh kedua era kesembilanbelas. Sekitar satu dekade pasca investigasi Snow gres diketahui bekerjsama patogen penyebab epidemi kolera merupakan Vibrio cholera. Epidemiologi penyakit infeksi memanfaatkan Teori Kuman (Germ Theory). Teori Kuman menerangkan bahwasanya penyakit penyebabnya adalah oleh biro bengkak menjdai kausa tunggal. Upaya pencegahan penyakit nanah di kerjakan yang dengannya cara memutus transmisi, mencakup santunan vaksin, isolasi yang dengannya karantina, isolasi di rumahsakit, serta pemberian antibiotika (Susser serta Susser, 1996a).
Mula-mula epidemiologi cuma mengkaji epidemi penyakit bengkak. Kini epidemiologi tak cuma mendeskripsikan serta meneliti kausa penyakit epidemik (penyakit yng “berkunjung” secara datang-tiba dalam jumlah tak sedikit melebihi perkiraan normal) tetapi pun penyakit endemik (penyakit yng “tinggal” di dalam populasi secara konstan dalam jumlah tidak banyak ataupun sedang). Epidemiologi tak hanya mengkaji penyakit bengkak namun pun penyakit non-bisul. Menjelang pertengahan era keduapuluh, yang dengannya meningkatnya kesejahteraan serta pergantian gaya hidup, terealisasi kenaikan insidensi penyakit kronis di negara-negara Barat. Sejumlah riset epidemiologi lalu di kerjakan bagi atau bisa juga dibilang untuk memperoleh kausa epidemi penyakit kronis. Epidemiologi penyakit kronis memanfaatkan paradigma “Black box”, ialah meneliti korelasi antara paparan di tingkat individu (kebiasaan merokok, pembatasan makanan ) serta risiko terjadinya penyakit kronis, tanpa butuh mengenali variabel antara ataupun patogenesis dalam prosedur kausal antara paparan serta terjadinya penyakit. Upaya pencegahan penyakit meramalkan terjadinya penyakit, serta mendapatkan strategi yng tepat bagi atau mampu juga dibilang untuk menertibkan terjadinya penyakit pada populasi menyebabkan tak menjadi duduk perkara kebugaran atau kesehatan penduduk yng penting (Slattery, 2002). Metode ilmiah meliputi perumusan persoalan observasi, pengujian hipotesis, pengumpulan data lewat pengamatan serta eksperimentasi, penafsiran data, serta penarikan kesimpulan yng masuk logika. Metode ilmiah bermanfaat bagi atau mampu juga dibilang untuk menarik kesimpulan yng benar (valid) serta bisa dipercaya dalam jangka panjang (reliable, consistent, reproducible).
Source Article and Picture :