BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Landasan Teoritis
1. Pengertian Analisis
Menurut bloom dalam A. Sudjono (1996: 51) bahwa “Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau objek menurut bagian – bagian yang lebih kecil dan mengetahui hubungan bab yang satu dengan lainnya”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menganalisis sebuah objek adalah menyelidik dan menguraikan sebuah objek atau suatu peristiwa atas bagian – bab atau aspek – aspek serta meneliti relasi antar bagian fungsi dan peranan bagian- bab tersebut semoga dikenali keadaan yang sesungguhnya.
2. Pengertian Kefektifan
Keefektifan berasal dari kata efektif yang di defenisikan berdasarkan KBBI, Kata efektif memiliki arti ada efeknya (kesudahannya, pengaruhnya, karenanya) Dapat menenteng hasil;berhasil guna (perjuangan,langkah-langkah); Mulai berlaku sedangkan defenisi dari kata efektif yaitu suatu pencapaian tujuan secara sempurna atau memilih tujuan-tujuan yang sempurna dari serangkaian alternatif atau opsi cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya.
Diatas sudah kita uraikan mengenai keefektifan yang berasal dari efektif. Istilah efektif, jikalau meminjam perumpamaan yang di gunakan reigeluth dalam pembelajaran mengarah kan pada terukurnya suatu tujuan dari belajar.
3. Keefektifan Pembelajaran
Pembelajaran dikatakan efektif jika mencapai sasaran yang diinginkan, baik dari sisi tujuan pembelajaran dan prestasi siswa yang maksimal.
Richard Dunne dan Teggwragg ( 1996:17 ) mengemukan : “Pembelajaran efektif yaitu jantung sekolah efektif atau sekolah yang meraih tujuanya. Kotak hitam ( Black box ) pendidikan bergotong-royong ialah ada diruang kelas atau pada proses pembelajaran”.
Sedangkan berdasarkan pendapat murshell dalam Dimiati dan Mudjiono, (1999:12), Indikator pembelajaran efektif ialah hasil mencar ilmu yang tahan usang dan siswa dapat menggunakannya dalam hidupnya.
Berdasarkan pendapat diatas siswa akan menjalani suatu proses yang hendak membangun pengetahuannya dengan bantuan akomodasi dari guru serta meningkatkan kesanggupan berguru, mereka harus berperan aktif dalam kegiatan belajar. Peran aktifitas penerima asuh harus terus ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas matematika sehingga bisa memahami rancangan-konsep matematika yang lebih baik dan penggunaan strategi pengajuan persoalan yang lebih efektif. Dengan kata lain keterlibatannya dalam proses belajar haruslah nampak.
Menurut Harry Firman (1987:25) Keefektifan progam pembelajaran ditandai dengan ciri- ciri selaku berikut:
- Berhasil menghantarkan siswa meraih tujuan-tujuan intruksional yang talah ditetapkan
- Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan intruksional
- Memiliki fasilitas -sarana yang menunjang proses belajar mengajar
Berdasarkan ciri program pembelajaran efektif seperti yang digambarkan diatas, keefektifan acara pembelajaran tidak cuma ditinjau dari sisi tingkat prestasi berguru saja, melainkan mesti pula di tinjau dari sisi proses dan sarana penunjang.
Aspek hasil mencakup tinjauan terhadap hasil berguru siswa sesudah mengikuti acara pembelajran yang meliputi kemampuan kognitif, efektif dan psikomotorrik. Aspek proses meliputi pengamatan kepada kemampuan siswa, motivasi, respon, kerjasama, partisipasi aktif, tingkat kesulitan pada penggunaan media, waktu serta tehnik pemecahan masalah yang di tempuh siswa dalam menghadapi kesusahan pada dikala aktivitas mencar ilmu mengajar berjalan. Aspek sarana petunjang mencakup tinjaua-tinjuan terhadap fasilitas fisik dan materi serta sumber yang dibutuhkan siswa dalam proses berguru mengajar mirip ruang kelas, laboratorium, media pembelajaran dan buku-buku teks. Efektifitas seni manajemen pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berafiliasi dengan tingkat kesuksesan dari sebuah proses pembelajaran.
4. Kefektifan siswa Dalam Pembelajaran Matematika
Kefektifan mencar ilmu siswa dalam pembelajaran matematika adalah sejumlah ketelibatan siswa selama aktivitas proses pembelajaran yang menggunakan strategi pembelajaran TSTS. Pembelajaran berlangsung optimal kalau secara aktif para siswa dilibatkan dalam pengorganisasian dan inovasi pengetahuan. Dengan demikian, pembelajaran mampu memberikan hasil yang efektif, kalau siswa mempunyai aktifitas yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran. Kaprikornus pembelajaran yang efektif di dominasi oleh aktifitas siswa.
Kauchak dan Eggan dalam Purwanto (2002:25) beropini bahwa pembelajaran akan berjalan efektif bila seara aktif para akseptor didikdi libatkan dalam pengorganisasian dan inovasi pengetahuan. Mereka tidak hanya menerima berita pengetahuan dari guru yang pasif. Keefektifitas pembelajaran berafiliasi dengan guru yang efektif. Dengan kata lain keterlibatannya dalam proses belajar haruslah nampak. Keterlinatan siswa dalam proses berguru ini dapat dilihat dari indikator aktivitas siswa.
Lima tahapan aktivitas yang di tunjukan siswa memberikan kemampuan belajar siswa. Berikut yaitu indikator untuk alat mengukur aktivitas yangdilakuakn siswa berdasarkan analisis faktor. Wafford dalam Darmono ( 2004 : 35 ) menyatakan bahwa ciri-ciri aktif selaku berikut :
- Visual activities
- Oral activities
- Writing activities
- Motor activities
- Mental activities
- Emosional activities
5. Pengertian Belajar
Belajar yakni suatu proses usaha yang dilaksanakan seseorang untuk memperoleh suatu pergeseran tingkah laris yang gres secara keseluruhan, sebagai pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Menurut Djaramah dan zein (2006: 11) menyatakan bahwa “ Belajar pada hakekatnya yakni pergantian yang terjadi didalam diri seseorang setelah berakhirnya lewat aktifitas belajar”.
Bertolak dari banyak sekali defenisi yang sudah di uraikan diatas, secara biasa belajar mampu di ketahui selaku tahapan pergeseran sesudah tingkah laris individu yang relatif menetap selaku hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan kognitif.
6. Pengertian Pembelajaran Matematika
Berdasarkan uraian yang telah di kemukakan, ialah perihal belajar maka dapat ditarik sebuah istilah lagi yaitun pembelajaran. Pembelajaran yaitu proses interaksi akseptor asuh dengan pendidikan dan sumber belajar pada sebuah lingkungan berguru. Dengan kata lain, pembelajarana adalah proses untuk menolong akseptor asuh agar dapat berguru dengan baik.
Pembelajaran matematika ialah kegiatn belajar mengajar matematika dikelas yang melibatkan sisiwa, guru, materi pembelajaran matematika dan lingkungan mencar ilmu lingkungan. Pada pembelajaran matematika siswa dijadikan subjek sedangkan guruberfungsi selaku pembimbing, pemotivasi, dan pengurus acara mencar ilmu.
7. Pengertian Model Pembelajaran Two Stay Two Stray
Penggunaan istilah “model” barangkali lebih diketahui dalam dunia fashion. Sebenarnya dalam pembelajaran pun perumpamaan “model” juga banyak dipergunakan. Mills (Suprijono, 2011), berpendapat bahwa “model yaitu bentuk representasi akurat selaku proses nyata yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak menurut model itu”. Model ialah interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa metode.
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis kepada implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran mampu diartikan selaku contoh yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, menertibkan bahan, dan memberi petunjuk terhadap guru di kelas.
Untuk lebih menunjang kesuksesan dari pembelajaran kooperatif maka alternatif solusi yang dipilih yakni versi pembelajaran tipe two stay-two stray (dua tinggal dua tamu). Model pembelajaran tipe ini memberikan peluang terhadap siswa untuk berhubungan dengan sahabat satu kelompoknya ataupun dengan sahabat dalam golongan lain, berinteraksi sosial dengan membagikan ilham serta memikirkan jawaban yang paling tepat dari hasil interaksinya tersebut (Lie, 2008). Melalui model pembelajaran ini siswa mencar ilmu melakukan tanggung jawab langsung dan kelompoknya serta saling keterkaitan dengan rekanrekan sekelompoknya.
Model Two Stay Two Stray “Dua tinggal dua tamu” yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992. Struktur Two Stay Two Stray yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menawarkan peluang kepada golongan membagikan hasil dan informasi terhadap kelompok lain. Hal ini dilakukan sebab banyak kegiatan mencar ilmu mengajar yang diwarnai dengan acara-aktivitas individu. Siswa melakukan pekerjaan sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa lainnya. Padahal dalam realita hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja insan saling bergantung satu sama yang lain.
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray mampu memberikan sedikit citra pada siswa mengenai realita kehidupan dimasyarakat, adalah dalam hidup bermasyarakat diperlukan relasi ketergantungan dan interaksi sosial antara individu dengan individu lain dan antar individu dengan golongan.
Penggunaan versi pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari tanggapan, menerangkan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan versi pembelajaran Two Stay Two Stray ini karena terdapat pembagian kerja kalangan yang terperinci tiap anggota kalangan, siswa dapat berhubungan dengan temannya, mampu menanggulangi keadaan siswa yang ramai dan susah dikontrol saat proses berguru mengajar.
Dalam pembagian kelompok pembentukannya dilakukan secara permanen yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan dengan anggota golongan lain. Biasanya pembentukan kelompok dikerjakan sebanya 4 orang satu golongan, sesuai dengan usulan Lie (2008) bahwa membentuk kelompok berempat mempunyai keunggulan yaitu kelompok mudah dipecah menjadi berpasangan, lebih banyak inspirasi muncul, lebih banyak peran yang mampu dikerjakan dan guru lebih gampang memonitor. Sedangkan kekuangan kelompok berempat yakni lebih banyak waktu, membutuhkan sosialisasi yang lebih baik, jumlah genap menyulitkan proses pengambilan bunyi dan gampang melepaskan diri dari keterlibatan.
Ciri-ciri versi pembelajaran Two Stay Two Stray, yakni:
- Siswa bekerja dalam golongan secara kooperatif untuk menyelesaikan bahan belajarnya.
- Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
- Bila mungkin anggota kalangan berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
- Penghargaan lebih berorientasi pada kalangan dari pada individu
a) Kelebihan Dan Kekurangan Model Two Stay Two Stray
Suatu model pembelajaran pasti mempunyai kelemahan dan kelebihan. Adapun keunggulan dari model Two Stay Two Stray adalah selaku berikut.
- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih desain sendiri dengan cara memecahkan persoalan Dapat dipraktekkan pada semua kelas/tingkatan
- Memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menciptakan kreatifitas dalam melakukan komunikasi dengan tema sekelompoknya
- Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna
- Lebih berorientasi pada keaktifan.
- Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya
- Siswa dapat meningkatkan kemapuan berpikir kritis
- Menambah kekompakan dan rasa yakin diri siswa.
- Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan.
- Membantu meningkatkan minat dan prestasi berguru
Sedangkan kelemahan dari model Two Stay Two Stray yakni:
- Membutuhkan waktu yang usang
- Siswa yang tidak terbiasa berguru kalangan merasa ajaib dan sulit untuk berafiliasi sehingga siswa condong tidak mau berguru dalam kelompok
- Bagi guru, memerlukan banyak persiapan (bahan, dana dan tenaga)
- Guru condong kesusahan dalam pengelolaan kelas
b) Implementasi Model Two Stay Two Stray
Model pembelajaran dua tinggal dua tamu (two stay two stray) yakni model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kalangan untuk membagikan hasil dan informasi dengan kalangan yang lain. Hal ini dilakukan dengan cara saling mendatangi atau berjumpa antar golongan untuk berbagi gosip.
Langkah-langkah model pembelajaran two stay two stray ialah
- Siswa dibagi menjadi kalangan-golongan
- Masing-masing kalangan diberi tugas untuk berdiskusi perihal suatu bahan tertentu, guru menolong menerangkan pada masing-masing kelompok kalau ada yang kurang mengerti
- Setelah dirasa cukup masing-masing golongan menunjuk salah satu anggotanya untuk membisu ditempatnya sedangkan sisanya berjalan-jalan selaku tamu dalam kalangan lain
- Tugas tuan rumah ialah menerangkan hasil diskusinya kepada setiap tamu yang datang sedangkan peran tamu yang datang ialah mencari info sebanyak-banyaknya bahan yang didiskusikan oleh kalangan tersebut
- Setelah dirasa cukup menerima gosip, anggota golongan yang jadi tamu bertugas untuk mengembangkan gosip yang diterimanya dari golongan ke anggota dari kelompoknya sendiri
- Begitu seterusnya bergantian sampai masing-masing anggota kelompok pernah merasakan peran selaku tuan rumah maupun tamu
- Kesimpulan
B. Kerangka Konseptual
Keberhasilan proses berguru mengajar utamanya pada pembelajaran matematika mampu di lihat dari tingkat acara berguru siswa. Keberhasilan pembelajaran matematika mampu di ukur dari kemampuan siswa dalam mengerti dan menerapkan berbagai desain.
Kefektifan belajar siswa dalam pembelajaran matematika mesti melibatkan siswa selama acara proses pembelajaran. Pembelajaran berjalan optimal kalau secara aktif para siswa dilibatkan dalam pengorganisasian dan inovasi wawasan. Dengan demikian, pembelajaran mampu memperlihatkan hasil yang efektif, jika siswa memiliki aktifitas yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran. Kaprikornus pembelajaran yang efektif di dominasi oleh aktifitas siswa.
Bagaimana pembelajaran Two Stay Two Stray mampu memajukan aktifitas mencar ilmu siswa? Berdasarkan pernyataan pembelajaran matematika yang ada sering tidak fariatif, dimulai guru mengambarkan materi, memberi teladan, memberi latihan soal dan diakhiri dengan melaksanakan PR. Proses pembelajaran yang monoton seperti ini menyebabakan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran menurun. Agar pembelajaran matematika dapat menarik dan menggembirakan (tidak monoton), perlu diterapkan versi pembelajaran tipe Two Stay Two Stray. Pada model Two Stay Two Stray mengharuskan setiap siswa untuk aktif dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran matematika memakai versi Two Stay Two Stray mampu mengembangkan aktifitas siswa.
C. Hipotesis Penelitian
Adapun yang menjadi hipotesis dalam observasi ini ialah ada keefektifan belajar matematika dengan menggunakan versi Two Stay Two Stray pada kelas VIII SMP Muhammadiyah 8 medan T.P 2013/2014.