Seorang suami yg rutin mengungkapkan perasaan hatinya dgn kata-kata “I love you, gue cinta padamu, Uhibbuki” pada istri tercintanya setiap pagi & sore, tentu hal itu tak menjamin kehidupan rumah tangganya senang & menjadi pasangan ideal.
Seorang bayi yg masih menyusu menangis alasannya adalah lapar & dahaga, kemudian ibunya bergegas memperlihatkan seteguk susu cinta atau senampan dekapan kasih sayang, tentu ia tak membalasnya, kecuali dgn bahasa tangisan sebab bayi dgn fitrahnya mampu menangkap arti cinta, yakni bahwa cinta ialah memberi & mencintai, bukan sekadar ucapan elok di bibir.
Sebagian istri kerap kali menciptakan problem dlm rumah tangganya, menyulut api di ranjangnya, & yg terbayang di benaknya yakni daftar perlakuan jelek sang suami. ia tak tahan lagi & merasa hidup dlm neraka. Penyebab satu-satunya adalah suaminya tak pernah lagi membisikkan kata “I love you” di telinganya.
Dia galau, lantas mengangkat gagang telepon yg ada di depannya untuk mengadu pada sahabatnya yg cerdik & bijaksana.
Maka terjadilah percakapan yg panjang antara ia & sahabatnya yg tak lain ialah perempuan ahli yg dlm bahasa arab diistilahkan dgn perempuan lautan (disingkat WL). Berikut serpihan penting percakapan per telpon tersebut:
Istri : Sahabatku, suamiku menyebalkan, ia membuat tidurku tak nyenyak & hidupku gersang.
WL : Subhanallah..saya mengenal suamimu yakni sosok yg penuh perhatian. Apa gerangan yg menjadikannya berganti?
Istri : Tidak… Dalam hal ini, ia tetap mirip semula, tak ada yg berubah sama sekali, namun duduk perkara yg belum kau-sekalian ketahui, ia tak pernah memuaskan perasaan batinku.
WL : Memuaskan perasaan batin? Maksudnya…?
Istri : Sahabatku… kamu-sekalian ini perempuan, niscaya paham yg saya katakan!
WL : Demi Allah… gue tak memahami, meskipun gue sudah belajar delapan semester di perguruan tinggi tinggi, gue tetap tak paham dgn apa yg ananda katakan tadi!
Istri : Intinya.. Suamiku itu acuh taacuh, ia tak memahami perasaan perempuan, tak romantis, & tak pernah mengisi ruang kosong batinku…
WL : Wahai saudariku .. Demi Allah, walaupun kau-sekalian telah menjelaskan, gue tetap tak mampu mencernanya.
Istri : Aku mohon jangan mengejekku, gue meneleponmu untuk menceritakan kekesalanku, malah kamu-sekalian cemooh mirip itu!
WL : Kalau begitu hargai ketidak-mengertianku, jangan mengatakan berputar-putar seperti itu.
Istri : Apakah ada kata-kata lain yg lebih jelas lagi selain perkataanku tadi?
WL : Berbicaralah seakan kamu-sekalian ingin laporanmu perihal kesalahan suamimu diterima oleh hakim. Ayo bicara!
Istri : (sesudah diam agak usang, lalu ia melantunkan syair),
Wahai suamiku, ucapkanlah kata-kata cantik walau itu dusta
Karena diammu yg bagai patung itu membunuhku
Dikutip dr tulisan Dr. Abdullah bin Muhammad Al-Dawud. [Abu Syafiq/Wargamasyarakat]