Correlational Research

A.   PENDAHULUAN

Research berasal dari kata re, yang mempunyai arti kembali dan to search yang memiliki arti mencari. Jadi research memiliki arti mencari kembali.[1] Menurut kamus Webster’s New International, penelitian adalah pengusutan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip, sebuah pengusutan yang amat pintar untuk menetapan sesuatu.[2] Sedangkan Mc. Millan dan Schumacher dalam Wiersma mendefinisikan penelitian sebagai sebuah proses sistematik pengumpulan dan penganalisisan isu (data) untuk berbagai tujuan.[3]

Dari definisi di atas, terkandung ciri-ciri tertentu yang hampir berbarengan, ialah adanya sebuah kegaiatan pencarian, penyelidikan, penganalisisan data dan investigasi kepada wawasan baru, atau setidak-tidaknya sebuah interpretasi (tafsiran) gres dari wawasan yang timbul. Metode yang dipakai dalam proses observasi yakni sistem ilmiah, adalah penyelidikan pengetahuan lewat sistem pengumpulan, analisis, dan interpretasi data.
Metode ilmiah ialah sebuah proses penelusuran wawasan yang sungguh beraturan dan memerlukan sejumlah langkah-langkah yang sistematis. Menurut Emzir, ada lima langkah yang sesuai dengan tata cara ilmiah, ialah (1) kenali problem observasi, (2) review gosip, (3) pengumpulan data, (4) analisis data, dan (5) penarikan kesimpulan.[4]
Penelitian ialah proses yang panjang. Ia berawal pada minat untuk mengetahui fenomena tertentu dan berikutnya berkembang menjadi gagasan, teori, konseptualisasi, pemilihan tata cara observasi yang tepat, dan seterusnya. Hal yang sangat penting bagi peneliti adalah minat untuk mengetahui dilema tertentu, minat tersebut mampu timbul dan berkembang alasannya adalah ransangan bacaan, diskusi, pelatihan atau observasi.
Untuk dapat mengadakan penelitian ilmiah, seseorang mesti mengetahui dasar-dasar yang menjadi referensi berpikir logis. Sekurang-kurangnya peneliti tersebut perlu menyadari arti kebenaran ilmiah sebagai tujuan yang mau diraih lewat penelitian, mengenali cara menjuruskan jalan anggapan yang cermat dan sistematis, mengetahui arti dan fungsi hipotesa, mengenali prinsip-prinsip pengukuran, membedakan populasi dan sampel, dan mengenali kebiasaan akademi dalam menentukan teladan penelitian.
Sehubungan dengan itu, ialah sebuah keharusan bagi seluruh mahasiswa untuk mengetahui dan mendalami dasar-dasar pengetahuan ihwal sistem observasi tersebut yang dituangkan dalam bentuk karya tulis atau makalah. Maka dalam makalah yang sederhana ini penulis menjajal menguraikan salah satu jenis observasi dari sekian banyak jenis penelitian yang ada yakni yang berjudul “Correlational Research (Penelitian Korelasional)”.  Semoga mampu menambah wawasan dan wawasan kita dalam kajian sistem penelitian.

B.    CORRELATIONAL RESEARCH

1.     Pengertian Correlational Research
Penelitian korelasional ialah jenis penelitian yang menjajal untuk menginvestigasikan/mendapatkan hubungan-hubungan yang mungkin terjadi di antara variabel-variabel tanpa adanya usaha untuk mempengaruhi variabel-variabel tersebut. Penelitian korelasional tidak memilih alasannya-alasannya adalah relasi diantara variabel akan tetapi hanya mampu menyarankan sebab-sebab itu. Saran-nasehat ini sering memperlihatkan dorongan untuk diadakannya penelitian eksperimental pada masa yang mau datang.
Penelitian korelasional merupakan observasi yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya relasi antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik kekerabatan seorang peneliti mampu mengetahui kekerabatan kombinasi dalam sebuah variabel dengan variasi yang lain. Besarnya atau tingginya hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk koefisien kekerabatan. Didalam observasi deskriptif koefisien kekerabatan pertanda sejauh mana dua atau lebih variabel berkorelasi, sedangkan dalam penelitian generalisasi hipotesis koefisien korelasi memperlihatkan tingkat signifikansi terbukti tidaknya hipotesis.
Ciri dari penelitian korelasional adalah bahwa observasi tersebut tidak menuntut subjek penelitian yang tidak terlalu banyak. Menurut Donald Ary, 50 sampai 100 subjek penelitian telah dapat dianggap cukup (Ary, 1985:328). Jika peneliti akan menggeneralisasikan hasil penelitiannya mereka harus berhasil mengambil sampel yang sungguh-sungguhrepreentatif. Dikatakan selanjutnya oleh Donald Ary, bahwa variabilitas sekor di dalam setiap variabel yang dikorelasikan akan sangat memilih besar kecilnya koefisien kekerabatan. Variasi yang kecil pada sekor akan menciptakan koefisien relasi yang lebih kecil daripada variasi sekor yang besar.[5]
Perlu dikenali dan diingat terus menerus bahwa korelasi tidak selalu menunjuk pada kekerabatan alasannya-akibat. Satu hal lagi yang perlu diketahui sehubungan dengan relasi yaitu, bahwa koefisien kekerabatan tidak dapat diinterpretasikan secara otoriter. Seorang peneliti dilarang mengambil kesimpulan bahwa korelasi yang berlaku pada sampel tertentu tidak mesti berlaku bagi sampel lainnya. Banyak sekali faktor yang kuat kepada besarnya koefisien relasi. Samplig error merupakan salah satu aspek penting yang mensugesti besar kecilnya koefisien hubungan. Oleh alasannya adalah itu, di dalam mengambil sampel observasi seharusnya peneliti memakai teknik acak agar kesalahan sampling mampu diperkecil.[6]
Pendekatan korelasional sudah menjadi pendekatan utama dalam observasi bahasa kedua. Pendekatan tersebut tidak cuma digunakan oleh peneliti bahasa kedua, namun juga oleh para psikolog, sosiolog, sosiolinguis dan para peneliti di bidang pendidikan. Istilah korelasional tidak merujuk pada bagaimana seorang peneliti mengumpulkan data, tetapi merujuk pada jenis pertanyaan penelitian yang diajukan, bagaimana data dipresentasikan dan jenis teknik analisis data yang dipakai untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut.
Penelitian korelasional pada hakikatnya yakni kuantitatif. Hal ini alasannya konstruk diukur dengan menggunakan teknik-teknik yang menciptakan kesimpulan numerik atau berbentuk angka. Angka-angka tersebut, yang diasumsikan selaku wujud representasi dari sebuah konstruk, berikutnya dianalisis. Oleh alasannya adalah itu, validitas dan reliabilitas instrumen dalam penelitian korelasional ialah masalah yang krusial.
2.     Hakekat Penelitian Korelasional
Salah satu ciri penelitian korelasional adalah tiadanya upaya-upaya untuk menghipnotis variabel-variabel observasi. Artinya seorang peneliti tidak diperkenankan untuk mensugesti/memanipulasi variabel-variabel tersebut.
Penelitian korelasional kadang kala juga ialah suatu bentuk observasi deskriptif, sebab penelitian korelasional mendeskripsikan suatu korelasi yang ada di antara variabel-variabel. Penelitian korelasional mendeskripsikan sejauh mana hubungan dua variabel kuantitatif atau lebih.
Hubungan korelasional mampu bersifat kasatmata atau negatif. Untuk mengidentifikasi kekerabatan antar variabel dipakai koefisien kekerabatan yang dilambangkan dengan (r).[7]
Banyak peneliti yang masih belum paham benar dan mengacaukan antara pemahaman observasi korelasional dengan penelitian komparasi. Unuk memperjelas kedua pemahaman tersebut mampu kiranya diberikan batas-batas singkat selaku berikut:[8]
&  Penelitian relasi – titik berat perhatian peneliti ditujukan pada variabel yang dikorelasikan.
&  Penelitian komparasi – titik berat perhatian peneliti ditujukan pada golongan subjek observasi, kemudian gres dilanjutkan dengan mengamati variabel diteliti yang ada pada golongan yang dikomparasikan.
Selain observasi korelasional komparasi ada lagi jenis observasi yang disebut kausal komparatif. Penelitian ini juga dapat dikategorikan sebagai penelitian deskriptif bila variabel sebab-akibat yang diteliti bukan hasil eksperimen. Penelitian model PSK (pengukuran sesudah kejadian) seringkali merupakan observasi kausal komparatif. Dalam observasi ini peneliti menjajal mengenali perbedaan kekerabatan sebab-balasan yang ada pada dua kalangan atau lebih. Untuk membuat lebih mudah pengertian pembaca ihwal penelitian kausal komparatif ini mampu digunakan pemahaman penelitian korelasional komparatif. Perbedaan antara keduanya terletak pada hubungan antara variabel yang ada atau yang dimiliki oleh kalangan. Pada penelitian korelasional komparatif, variabel yang ada dilihat korelasinya sedangkan pada observasi kausal komparatif variabel yang ada dilihat korelasi karena-jadinya. Perbedaan yang dekat dari kedua jenis observasi itu ialah perihal hal yang dikomparasikan. Yang pertama peneliti mengkomparasikan kekerabatan sejajar sedangkan observasi jenis kedua peneliti mengkomparasikan relasi alasannya-akhir.
3.     Tujuan Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional dikerjakan untuk satu atau dua tujuan yang mendasar. Salah satu tujuan yang mendasar adalah untuk membantu menjelaskan/mendeskripsikan tingkah laris insan. Sedangkan tujuan yang lain yaitu untuk memprediksi hasil-hasil yang mungkin akan terjadi.
Penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat korelasi variabel-variabel yang berlainan dalam suatu populasi disebut penelitian relasi. Sifat-sifat perbedaan kritis yaitu perjuangan menaksir hubungan dan bukan deskripsi saja (Fox, 1969).[9] Melalui observasi tersebut kita mampu memutuskan berapa besar yang disebabkan oleh sebuah variabel dalam hubungannya dengan variasi yang disebabkan oleh kombinasi lain. Kita memakai pengukuran hubungan untuk menentukan besarnya arah relasi. Dalam penelitian korelasi ini kita menghimpun dua atau lebih perangkat nilai dari suatu sampel penerima, kemudian kita mengkalkulasikan hubungan antara perangkat-perangkat tersebut. Sebagai teladan, bila kita menguji hipotesis tentang hubungan antara kreativitas dan kesanggupan mental antara sampel mahasiswa, lalu nilai dari dua variabel tersebut dikumpulkan, kemudian dijumlah relasi koefisien antara dua perangkat itu.
Untuk observasi pengujian hipotesis kita mampu memakai teknik relasi. Bila kita berupaya mengukur sejumlah variabel dan kemudian menghitung koefisien kekerabatan diantara variabel tersebut untuk menentukan variabel mana yang mempunyai hubungan, observasi demikian ini disebut penelitian pengerjaan hipotesis (hipotesis generating). Tujuan biasa dari penelitian mirip ini ialah untuk menjelajahi variabel-variabel yang memiliki relasi yang dapat diidentifikasikan.
Di dalam observasi uji-hipotesis, kita sudah mempunyai dasar cita-cita bahwa kita dapat memperhatikan korelasi antara variabel-variabel yang kita selidiki. Variabel yang kita pilih didasari atas teori yang dibangun terdahulu sehingga arah pertalian yang diharapkan dapat diasumsikan.
Penelitian korelasi tidak membutuhkan sampel yang besar. Diasumsikan jikalau ada pertalian, maka akan merupakan bukti bahwa sampel yang dipakai ialah mewakili populasi yang kita selidiki dan instrumen yang dipakai dapat diandalkan dan sahih. Oleh sebab itu, yang sungguh penting dalam memilih dan membuatkan instrumen. Kita hanya dapat mendapatkan pertalian yang signifikan jikalau instrumen yang kita gunakan reliabel dan valid dalam mengukur variabel-variabel yang diselidiki.
4.     Teknik-teknik Penelitian Korelasi
Ada beberapa teknik hubungan yang lebih kompleks dibanding dengan teknik-teknik yang telah dipelajari sebelumnya, adalah:[10]
Regresi Ganda (Multiple Regression). Merupakan sebuah teknik yang memungkinkan para peneliti untuk mampu memilih suatu relasi antara sebuah variabel. Kriteria dengan adonan dari dua variabel prediktor atau lebih.
Rumus yang digunakan dalam teknik ini yakni rumus prediksi regresi ganda, ialah sebuah persamaan prediksi yang memakai lebih dari satu variabel prediktor. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
Y’ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
Dimana:
Y’      =  Skor yang diprediksikan pada Y (variabel patokan) pada setiap individu
Xi      =   Skor individu pada X (variabel prediktor)
a, bi    =   Nilai konstan
Koefisien hubungan ganda (The Coefficient of Multiple Correlation). Koefisien relasi ganda yang disimbulkan dengan hurur R, menyatakan kuatnya kekerabatan antara variasi variabel-variabel prediktor dan variabel-variabel persyaratan. Koefisien korelasi ganda dapat dipahami mirip koefisien relasi “Pearson” yang sederhana antara skor-skor yang bahu-membahu pada variabel “criretion” dan skor-skor yang diprediksi pada variabel tersebut.
Koefisien determinan (The Coefficient of Determination). Keofisien determinan merupakan akar hubungan antara sebuah variabel “predictor” dan suatu variabel “criterion”, yang dilambangkan dengan r2 (r kuadrat). Secara singkat koefisien determinasi mengindikasikan persentase variabilitas diantara skor-skor tolok ukur yang dapat diatributkan pada perbedaan-perbedaan di dalam skor-skor pada variabel prediktor.
Analisis fungsi diskriminasi (Discriminant Function Analysis). Teknik ini dipakai bila variabel “criterion”nya ialah variabel kategori kelompok (lebih dari dua kategori). Milsanya observasi yang memprediksi apakah seseorang mahasiswa lebih terpesona pada mata kuliah (Bisnis, Teknik, Pendidikan, Bahasa, dsb).
Analisis faktor (Factor Analysis). Analisis aspek ialah sebuah teknik yang memungkinkan seorang peneliti untuk meminimalkan jumlah variabel dengan cara menggolongkan variabel-variabel yang berkorelasi sedang dan tinggi dengan satu variabel lain atau suatu aspek baru.
Analisis jalur (Path Analysis). Analisis jalur dipakai untuk menguji kemungkinan relasi sebab-akibat diantara tiga variabel atau lebih. Gagasan penting pada teknik ini yakni untuk merumuskan/ mengidentifikasi variabel-variabel penyebab yang dapat menerangkan mengapa fenomena itu terjadi.
5.     Langkah-langkah Dasar Dalam Penelitian Korelasional
a.      Pemilihan masalah (Problem Selection)
Variabel-variabel yang akan dilibatkan di dalam suatu penelitian korelasional semestinya diseleksi berdasarkan pada landasan ajaran berkembangnya pengalaman atau teori. Dan seorang peneliti semestinya memiliki beberapa alasan untuk menentukan variabel-variabel tertentu yang memungkinkan untuk dihubungkan.
Secara umum, ada tiga jenis dilema utama yang merupakan konsentrasi observasi korelasional, ialah:[11]
1)    Apakah variabel X berhubungan dengan variabel Y
2)    Seberapa jauhkah variabel prediktor dapat memprediksi variabel standar.
3)    Hubungan apa yang terjadi diantara sejumlah variabel-variabel yang lebih besar, dan prediksi-prediksi apa yang dapat dibentuk menurut hal tersebut.
b.     Sampel (Sample)
Sampel penelitian hendaknya dipilih secara random. Ukuran sampel penelitian direkomendasikan tidak kurang dari 30 subjek/data dengan tujuan semoga mampu memperlihatkan hasil yang lebih memiliki arti.
c.      Instrumens (Instruments)
Instrumen yang dipakai untuk mengukur dua variabel atau lebih di dalam penelitian korelasional mesti dapat menyatakan data kuantitatif. Pada biasanya observasi korelasional memakai jenis instrumen mirip: tes, kuesioner dan pengamatan.
Dalam penelitian korelasional, apapun jenis instrumen yang digunakan, hal yang terpenting yakni bahwa instrumen itu dapat mengumpulkan data yang reliabel dan valid.
d.     Rancangan dan Prosedur (Design and Procedures)
Dalam mendesain penelitian korelasional dapat dipakai simbol-simbol. Rancangan observasi korelasional dapat didiagramkan. Terdapat dua skor atau lebih dari setiap individu di dalam sampel, yakni setiap variabel satu skor. Kemudian pasangan-pasangan skor itu dikorelasikan dan koefisien kekerabatan yang dihasilkan itu menyatakan tingkat relasi antara variabel-variabel tersebut.
e.      Pengumpulan data (Data Collection)
Dalam penelitian korelasional, semua data umumnya dikumpulkan dalam rentang waktu yang relatif pendek. Seringkali instrumen yang digunakan dirancang untuk dipergunakan dalam satu sesion atau dua sesion secara bersama-sama satu sama lain. Misalnya bila seorang peneliti kesengsem dalam pengukuran korelasi antara perilaku dan daya ingat, maka tes perihal perilaku dan daya ingat tersebut diberikan pada sekelompok subjek yang serupa dalam waktu yang hampir bersamaan.
Dalam observasi korelasional yang bertujuan untuk memprediksi, pengukuran variabel kriteria (criterion) dijalankan sehabis pengukuran variabel prediksi (predictor) begitu juga sebaliknya.
f.       Analisis data dan interpretasi (Data Analysis and Interpretation)
Jika variabel-variabel berkorelasi, maka akan dihasilkan atau didapatkan koefisien kekerabatan. Koefisien hubungan ini berkisar antara 0,00 dan –1,00 atau +1,00. Semakin dekat koefisien kekerabatan itu berada pada kisaran +1,00 atau –1,00, maka makin berpengaruh pula hubungan tersebut. Korelasi 0,00 berarti tidak ada korelasi.
Korelasi aktual, menyatakan bahwa skor-skor yang tinggi pada satu variabel cenderung untuk berpasangan dengan skor-skor yang tinggi pula pada variabel yang lain dan kekerabatan negatif, menyatakan bahwa skor-skor yang tinggi pada variabel yang satu condong berpasangan dengan variabel yang rendah pada variabel lainnya. Sedang kekerabatan yang berkoefisien 0,00 mangandung arti tidak ada kekerabatan/tidak berkolerasi.
6.     Ancaman-bahaya Terhadap Validitas Internal di dalam Penelitian Korelasional
Ada beberapa bahaya yang dapat terjadi pada observasi korelasional diantaranya adalah:[12]
a.      Karakterisitik subjek (Subject Characteristics)
Jika karakteristik individu atau lebih dikorelasikan, terdapat kemungkinan bahwa karakteristik-karakteristik lain individu ini mampu menerangkan berbagai hubungan yang didapatkan. Karakteristik-karakteristik subyek lain dapat diatur lewat suatu teknik statistik yang dikenal sebagai “Partial Correlation”.
b.     Masalah-duduk perkara yang berkenaan dengan instrumentasi (Instrumentation)
Kerusakan instrumen (Instrument decay). Penggunaan instrumen yang berulang-ulang pada suatu observasi memungkinkan terjadinya kerusakan. Di dalam sebuah observasi dimana peneliti mencatat dalam waktu yang sama sejumlah pertanyaan yang ditanyakan peneliti dan perhatian siswa, peneliti yang kecapaian, memungkinkan kehilangan substansi masing-masing pertanyaan dan tanggapansiswa. Hal yang demikian akan menghasilkan skor-skor yang rendah/tidak sebagaimana adanya pada kedua variabel yang diteliti.
Karakteristik kolektordata. Karakteristik kolektordata dapat mengakibatkan sebuah ancaman bila orang-orang yang berlainan menggunakan dua buah instrumen yang sama. Misalnya seorang kolonel yang menggunakan seragam lengkap akan mensugesti dalam berhadapan dengan militer dari pada seorang sipil dalam pengumpulan data.
Prasangka pengumpul data (Data Collector Bias). Ancaman instrumen yang lain ialah bahwa akan adanya hasil data dari praduga yang tidak disadari dikala kedua instrumen diberikan dan di skor oleh orang yang serupa sedangkan data itu dikumpulkan oleh beberapa pengumpul data.

C.   PENUTUP

Dari uraian di atas, penulis mampu menyimpulkan bahwa:
1.     Penelitian ialah proses yang panjang. Ia berawal pada minat untuk mengenali fenomena tertentu dan berikutnya bermetamorfosis ide, teori, konseptualisasi, penyeleksian sistem penelitian yang cocok, dan seterusnya. Hal yang sangat penting bagi peneliti yaitu minat untuk mengenali problem tertentu, minat tersebut dapat muncul dan meningkat sebab ransangan bacaan, diskusi, pelatihan atau pengamatan
2.     Penelitian korelasional merupakan jenis penelitian yang menjajal untuk menginvestigasikan/mendapatkan hubungan-korelasi yang mungkin terjadi di antara variabel-variabel tanpa adanya perjuangan untuk menghipnotis variabel-variabel tersebut. Penelitian korelasional tidak menentukan karena-alasannya hubungan diantara variabel akan namun cuma mampu menyarankan sebab-alasannya itu.
3.     Penelitian korelasional dikerjakan untuk satu atau dua tujuan yang mendasar. Salah satu tujuan yang mendasar yaitu untuk membantu menerangkan/mendeskripsikan tingkah laris manusia. Sedangkan tujuan yang lain yaitu untuk memprediksi hasil-hasil yang mungkin akan terjadi.
4.     Ada beberapa teknik korelasi yang lebih kompleks, yakni: regresi ganda (Multiple Regression), koefisien kekerabatan ganda (The Coefficient of Multiple Correlation), koefisien determinan (The Coefficient of Determination), analisis fungsi diskriminasi (Discriminant Function Analysis), analisis faktor (Factor Analysis), analisis jalur (Path Analysis).
5.     Langkah-langkah dasar dalam observasi korelasional adalah: penyeleksian problem (Problem Selection), sampel (Sample), instrumens (Instruments), desain dan prosedur (Desaign and Procedures), pengumpulan data (Data Collection), dan analisis data dan interpretasi (Data Analysis and Interpretation).
6.     beberapa ancaman yang dapat terjadi pada observasi korelasional diantaranya yakni: karakteristik subjek, masalah-problem yang berkenaan dengan instrumentasi yakni kerusakan instrumen, karakteristik pengumpul data dan praduga kolektordata.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Emzir, 2008. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitaif dan Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Fraenkel, Jack R, 1990. How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGraw Hill, Publ. Company
Furchan, Arief. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi, 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
Nazir, Mohammad, 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Sevilla, Consuelo G, dkk, 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Surachman, Winarno, 1972. Dasar dan Teknik Research, Pengantar Metode Ilmiah. Bandung: Tarsito

  Contoh Pernyataan Orisinalitas Tesis

[1]Naskah Asli Dapat Dipesan Via email di buku tamu