Novel angkatan 20-an memiliki karakteristik selaku berikut.
- Isi novel menggambarkan pertentangan paham antara kaum renta dan kaum muda.
- Isi novel menampilkan dilema kawin paksa.
- Isi novel menggambarkan jiwa kebangsaan belum maju.
- Gaya bahasa dalam novel lebih sering menggunakan syair, pantun, dan pepatah.
Novel angkatan 30-an memiliki karakteristik selaku berikut.
- Pengarang lebih bebas memilih nasib karya sastranya sendiri.
- Isi novel memperlihatkan masalah yang dihadapi penduduk kota.
- Novel angkatan 30-an menggambarkan cara memakai kebebasan dan fungsi kebebasan dalam masyarakat.
- Novel angkatan 30-an tidak memakai pepatah. Bahasa dalam novel menggunakan perumpamaan.