close

Cinta Terpuji Dan Cinta Tercela

Salah satu kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya ialah menanamkan rasa cinta. Selayaknya insan memanfaatkan rasa cinta itu untuk hal-hal yang mendatangkan kebaikan dunia dan akhiratnya. Akan namun, tak sedikit pula yang salah menggunakannya.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah  membagi cinta menjadi dua, cinta terpuji dan cinta tercela. Menurutnya, cinta terpuji yaitu:

Pertama, cinta kepada Allah. Bagi orang yang sudah jatuh cinta terhadap Allah SWT, maka ia senang mengatakan kepada Allah SWT dengan shalat dan membaca firman-Nya, dan bahagia mengamalkan hal-hal yang disyariatkan.

Kedua, cinta sebab Allah. Tingkatan relasi keimanan tertinggi adalah cinta alasannya adalah Allah dan benci sebab Allah. Nabi SAW menyebutkan, satu di antara tujuh kalangan yang mendapat naungan di akhirat nanti yaitu dua orang yang saling cinta menyayangi alasannya Allah di mana keduanya berkumpul dan berpisah alasannya adalah-Nya. (HR al-Bukhari dan Muslim).

Ketiga, cinta kepada apa yang menolong ketaatan kepada Allah. Yaitu, cintanya seorang hamba dalam melaksanakan perintah Allah, menjauhi maksiat, sabar akan cobaan, serta bersyukur atas nikmat.

Sedangkan cinta tercela:

Pertama, cinta kepada sesuatu bareng dengan kecintaan kepada Allah. “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mengasihi Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sungguh cintanya terhadap Allah. Seandainya orang-orang yang zalim itu menyaksikan tatkala mereka menyaksikan azab (pada hari kiamat) bahwa bekerjsama seluruh kekuatan adalah milik Allah dan bahwa Allah sangat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (al-Baqarah: 165).

Kedua, cinta terhadap apa yang dibenci oleh Allah.Kemaksiatan dan dosa yakni hal yang Allah benci. Orang mukmin yang melaksanakan maksiat bekerjsama sudah menciptakan Allah SWT cemburu. Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah merasa cemburu. Dan, seorang mukmin pun merasa cemburu. Adapun kecemburuan Allah itu akan bangkit tatkala seorang mukmin melaksanakan sesuatu yang Allah haramkan atasnya.” (HR Bukhari dan Muslim).

  Ihwal Hati (Antara Cinta Dan Rindu)

Ketiga, cinta terhadap sesuatu yang mampu menetapkan atau menghemat cinta seseorang kepada Allah. Cinta kepada anak, pasangan, harta, dan kedudukan yakni fitrah. Namun, hendaklah kecintaan kita terhadap seluruhnya itu tidak menjauhkan kita dari Allah SWT.

“Katakanlah: ‘Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kau usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu senangi, yakni lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah menghadirkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” ( QS at-Taubah: 24). Wallahu a’lam bish showab.

Oleh: Deni Rahman

Sumber : republika.co.id
https://www.muslimahzone.com/cinta-terpuji-dan-cinta-tercela/