Cinta dan benci bagai gas dan rem. Cinta membuat orang bisa bergairah, sementara benci mengendalikannya supaya semangat cinta tak hingga membutakannya. Cinta dibutuhkan bagi atau mampu juga dikatakan untuk sampai pada tujuan. Namun, cinta buta menciptakan tujuan makin tidak kelihatan. Di sinilah benci diharapkan. Cinta dan benci ialah dua hal yng saling melengkapi. Namun, cinta dan benci yng sewajarnya. Cinta dan benci yng berlebihan bisa membahayakan diri, mematikan akal dan menimbulkan pertentangan. Inilah yng kita saksikan akhir-simpulan ini.
Cinta dan benci berlebihan pada sosok figur mengantar kita pada permusuhan. Yang ada ialah saya dan anda, bukan kita lagi. Cinta berlebihan menciptakan logika dan nalar sehat kita mati. Akibatnya, kita menolak apapun yng disampaikam orang atas figur yng kita cintai. Benci berlebihan pun pun menciptakan nalar kita menolak kebaikannya. Apapun yng ia katakan (meski itu baik), akan tetap ditolaknya. Inilah akibat cinta dan benci berlebihan.