Cerita Rakyat Betawi Hasan Jagoan Mampang

Cerita Rakyat Betawi Hasan Jagoan Mampang Cerita Rakyat Betawi Hasan Jagoan Mampang
Waktu Hasan Berumur 3 tahun emaknya meninggal Hasan kemudian ikut neneknya di Mampang dia tinggal bersama engkong dan onangnya mereka melakukan tanahnya yang hanya 2 petak dan seekor lembu.

Hasan Jagoan Mampang

Hasan anak Tabrani. Emak Hasan berjulukan Zainab. Mereka tinggal di Kramatjati, hidup miskin.

Waktu Hasan Berumur 3 tahun, emaknya meninggal. Hasan kemudian ikut neneknya, Ibu Tabrani.

Umur 5 Tahun Hasan kembali ke bapaknya, yang telah kawin lagi. Emak tirinya memperlakukan Hasan semaunya, suka menghantam.

Tatkala umur 10 tahun Hasan mengajukan pertanyaan kepada bapaknya : siapa sebetulnya ibu kandungnya.

Jawab ayahnya, ibu Hasan sudah meninggal. Semula emaknya itu berasal dari Mampang. ” Engkong dan nenekmu masih ada di Mampang.


Engkongmu namanya Bisri dan onangmu Saonah.”

Dua hari lalu Hasan pergi meningggalkan rumah menuju Mampang, rumah kakek dan neneknya.

Di Mampang beliau tinggal bersama engkong dan onangnya. Penghidupan Pak Bisri (engkong Hasan) mengerjakan tanahnya yang hanya 2 petak dan seekor lembu.


Setelah Hasan cukup umur beliau sadar bahwa kehidupan orang-orang yang tinggal di tempat Mampang itu ditindas oleh tuan tanah bangsa Cina berjulukan Lie Ceng Hun, yang selalu menawan pungutan semacam pajak. Tidak hanya kakeknya saja yang diperas, orang lain pun diharuskan pula menyetor sebahagian hasil panennya terhadap Cina tuan tanah itu, bahkan hasil kebun dan ternaknyapun mesti disetorkan pula. Hasan merasa tidak rela menghadap nasib orang-orang di Mampang itu.



Ia pamit kepada engkong dan onangnya pergi ke Bogor, belajar ilmu beladiri.

Kepergian Hasan menjadikan kakeknya jatuh sakit alhasil meninggal. Sawah dan sapinya dijual untuk biaya penguburan kakeknya. Itupun uangnya belum dibayar lunas oleh Lie Ceng Hun.


Selang 2 tahun Hasan datang lagi. Kakenya sudah meninggal, tinggal neneknya hidup seorang diri dalam kondisi sungguh miskin.


Hasan berkata kepada neneknya: “Orang, gua mau pergi ke sawah.”


Jawab onangnya : “Sawah San ? emangnya lu belon tau?”


“Belon nang”.


“Gini San, sawah engkong lu telah diminta itu tuh. Tuan Tanah Babah Lie Ceng Hun. ” Dulu dia bilang mau dibayar, namun ampe kini belon juga dibayar juga. Dasar Cina penipu. Kita kagak bisa berbuat ape-ape, San kalo kita tiba kerumahnya minta bayaran, gue mampu jadi bangke dilempar kali Krukut”.


Bapak Hamzah berdomisili di Rawamangun bersama isteri dan anaknya seorang pria yang berjulukan Hamzah. Disebutnya bapak Hamzah lantaran nama anaknya Hamzah.Pada suatu hari Bapak Hamzah bersama isteri dan Si Hamzah pergi berlangsung-jalan ke Jatinegara.

Di situ Si Hamzah menyaksikan seorang perempuan yang sangat elok sedang membeli di Meester. Tak henti-hentinya Si Hamzah memandangnya. Rasanya segalanya serba menarik di hati Si Hamzah. Kalau ibunya tidak mengajak pulang,mungkin dia masih terus bengong saja.

Sampai di rumah hati Si Hamzah tak mampu damai, karena senantiasa terbayang-bayang akan wajah si perempuan manis di pasar semalam.

Maka setelah itu secara membisu-membisu ia sering pergi sendirian ke Mester cuma ingin ketemu saja dengan perempuan tersebut. Cerita punya dongeng akibatnya Si Hamzah mampu kenal juga sama perempuan yang selalu diimpikan dan taulah ia sekarang akan namanya, yakni Si Sanimah.

Sanimah yakni anak dari raden Ranggawira seorang saudagar yang kaya lagi pula sangat disegani di daerah Mester. Anak satu-satunya adalah Si Sanimah . Maka telah barang tentu dia sungguh sayang kepadanya. Dan berdasarkan kabar Si Sanimah sudah dijodohkan dengan saudagar muda yang masih kemenakannya sendiri.

Setelah Si Hamzah merasa sudah betul-betul bulat pendiriannya mau mengambil isteri Sanimah. Maka dia menemui bapaknya minta semoga biar dilamarkan itu Si Sanimah anaknya Raden Ranggawira.

Mendengar seruan anaknya itu bapak Hamzah menjadi murung hatinya, alasannya bukan sewajarnya kalau beliau mau melamar Si Sanimah. Dia hanya orang kecil, sedangkan Raden Ranggawira selain dia sangat terpengaruh, beliau juga sungguh disegani di wilayahnya. Tetapi karena desakan anaknya yang terus menerus karenanya di pergi juga ke rumah Raden Ranggawira untuk melamar anaknya yakni Si Sanimah.

Dendam Hasan kian meluap

Pada waktu malam, Hasan bersama sahabat-temannya berlatih bela diri, yang dijalankan secara sembunyi-sembunyi, takut dikira akan membangkang Belanda.

Suatu hari Hasan berpapasan dengan rombongan anak tuan tanah : Lie Ceng Yan. Besama centeng-centengnya. Tiba-tiba Hasan di bentek.

“Lu simpanse atau kambing, kagak tau hormat, ini kan rombongan tuan besar !”


” Tuan besar ? Jawab Hasan termangu.


Centeng-centeng berencana mengeroyok Hasan, tetapi selalu mampu ditangkis. Hasan menghindarinya.


Cerita singkat, malam harinya Hasan berunding dengan kawan-kawannya, langkah-langkah apa yang seharusnya dikerjakan.


Di Mampang Pela (h), Salbiyah menjadi gadis pujaaan para pemuda. Hasan mencintai Salbiyah, Salbiyah mengimbangi cinta hasan.


Bedo, pemuda yang menaruh hati kepada Salbiyah, mendendam kepada Hasan, alasannya merasa disaingi.


Tatkala Hasan berniat singgah di  rumah Salbiyah, didengarnya Salbiyah menjerit minta tolong. Ia akan diperkosa cowok Cina “Lie Ceng Yan”, dibantu oleh centeng-centeng.

Dengan sekali dobrak pintu, Hasan mampu menghantam cina itu, ditendang keluar. Bedo dan seorang centeng kena pukulan Hasan pula.


“He, lu bertiga kalo ganggu yayah lagi awas luh ! Gue membuatmampus.”


Cina Lie Ceng Yan menyuruh centeng-centengnya menyelenggarakan pembalasan kepada Hasan. Hasan dikerubut centeng-centeng,tapi centeng-centeng kewalahan, melarikan diri.


Para centeng menciptakan siasat memfitnah Hasan. Bedo disuruh merampok babah Lie ceng Hun. Centeng tidak mampu menghalangi. Sudah itu lapor terhadap Belanda. Bahwa yang merampok Hasan.


Hasan ditangkap, lantas dilepaskan lagi sebab tidak terbukti salah. Dia diberi ragu-ragu mesti dapat menangkap perampoknya.


Hasan dan sobat-temannya menggerebeg rumah Bedo. Bedo pun ditangkap dan mengaku perbuatan jahatnya.


Bedo dan sobat-temnnya dihukum. Hasan ajakan kepada pemerintah agar tuan tanah jangan bersikap absolut kepada rakyat setempat. Usul Hasan diterima. Rakyat Mampang menyambut besar hati. Sumber 

  Legenda Lutung Kasarung dan Purbasari | Cerita Rakyat